Suara.com - Timnas Indonesia U-23 sukses menembus semifinal Piala AFF U-23 2025 sebagai juara Grup A, namun di balik keberhasilan itu tersimpan cerita menarik tentang tiga pemain top yang belum jadi pilihan utama.
Pelatih Gerald Vanenburg menerapkan rotasi ekstrem selama fase grup, di mana susunan sebelas pemain inti selalu berubah di tiap pertandingan.
Langkah ini menciptakan dinamika baru dalam skuad, tetapi juga membuat beberapa nama besar kehilangan menit bermain yang ideal.
Muhammad Ferarri
Muhammad Ferarri adalah salah satu contohnya, bek tengah yang punya rekam jejak kuat di timnas usia muda hingga senior, justru hanya bermain satu kali.
Ia tampil saat Indonesia melumat Brunei Darussalam, namun kemudian hanya menjadi cadangan di dua laga penting kontra Filipina dan Malaysia.
Kehadirannya di lini belakang digantikan oleh Kadek Arel dan Kakang Rudianto yang dipercaya Vanenburg sejak menit awal.
Achmad Maulana
Begitu juga dengan Achmad Maulana, bek kanan Arema FC yang dikenal kuat dalam bertahan dan rajin membantu serangan, justru jarang dimainkan.
Maulana menjadi starter melawan Brunei, absen di laga kedua, dan hanya masuk sebagai pemain pengganti saat melawan Malaysia.
Pola rotasi Vanenburg seolah tak memberi ruang bagi Maulana untuk menunjukkan kualitas konsistennya di sektor sayap kanan.
Baca Juga: Shin Tae-yong Resmi Kalah, Timnas Indonesia U-23 Era Vanenburg Cetak 3 Rekor Mengerikan
Hokky Caraka
Sementara itu, situasi lebih rumit dialami oleh Hokky Caraka, striker PSS Sleman yang biasa jadi andalan di timnas kelompok umur.
Hokky sama sekali tak bermain saat menghadapi Brunei, lalu tampil setengah babak saat kontra Filipina, dan turun sebagai cadangan melawan Malaysia.
Sejauh ini, Hokky belum sekalipun diberi kesempatan bermain penuh dalam satu pertandingan, meskipun dikenal tajam di kotak penalti.
Ketiganya sebenarnya punya reputasi kuat dan jam terbang tinggi, bahkan beberapa sudah debut di timnas senior.
Namun, strategi Vanenburg justru memberi prioritas pada pemain-pemain yang tampil baik saat latihan atau sesuai taktik lawan.
Keputusan ini memunculkan pertanyaan tentang skema ideal yang akan digunakan di babak semifinal menghadapi lawan yang lebih tangguh.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Persib Jamu Selangor FC di GBLA, Marc Klok Ajak Bobotoh Lakukan Ini
-
Mewah! Luka Modric Hadiahi Semua Pemain AC Milan iPhone Baru
-
4 Kiper Terbaik Premier League Saat Ini: Alisson Coret, Donnarumma Buat Gebrakan
-
Ousmane Dembele Tegaskan Tekad PSG Pertahankan Tren Positif
-
Dilumat 2-6 oleh PSV, McTominay Minta Napoli Jangan Panik: Musim Masih Panjang!
-
Marco van Basten Semprot Rencana Barcelona dan AC Milan Main di Luar Eropa
-
Air Mata Jurgen Klopp Mengingat Mendiang Diogo Jota: Dia Sudah Seperti Keluarga
-
Ide Gila Arsene Wenger Bakal Diterapkan di Piala Dunia 2026, Apa Itu?
-
Taktik Jitu Peter Bosz Matikan Strategi Antonio Conte: Peran False 9 Jadi Kunci
-
Persib vs Selangor FC, Bojan Hodak: Ini Persaingan Indonesia Lawan Malaysia