Suara.com - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN Anang Hermansyah mengemukakan almarhum Suyadi alias Pak Raden merupakan pejuang hak cipta di Indonesia.
"Meninggalnya tokoh legendaris Pak Raden pada Jumat (30/10) malam menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat Indonesia," kata Anang kepada pers di Jakarta, Sabtu (31/10/2015)
Anang menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya Pak Raden. "Semoga diterima di sisi-Nya," kata Anang.
Di ujung usianya, kata Anang, Pak Raden masih memperjuangkan karya ciptanya, Si Unyil.
Karena itu, Anang menyebut Pak Raden merupakan tokoh pejuang hak cipta di Indonesia. "Karena di ujung usia Pak Raden, beliau masih memperjuangan 'intelectual property right'-nya bahwa Si Unyil adalah miliknya. Ini peristiwa yang memilukan," ujar Anang.
Politisi yang juga musisi ini juga menyebutkan hak cipta Pak Raden telah menjadi legenda bagi anak Indonesia. "Pak Raden meninggal dengan memiliki keyakinan tinggi bahwa kehidupan seni di negara ini bisa menjadi harapan kehidupan dan masa depan, tapi ternyata kenyataannya tidak sesuai," kata Anang.
Anang menegaskan peristiwa yang dialami Pak Raden dalam memperjuangkan hak cipta harus menjadi peristiwa terakhir bagi seniman di Tanah Air. Jika peristiwa yang dialami Pak Raden ini terus berulang akan berefek negatif bagi dunia seni di Indonesia.
"Kejadian yang dialami Pak Raden ini menunjukan tidak ada proteksi dari negara terhadap 'intelectual property right' seniman," kata Anang.
Karena itu, Anang meminta pemerintah serius melakukan sosialisasi dan menegakkan UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Dia meminta Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Hukum dan HAM serta lembaga-lembaga terkait seperti PPFN, Lokananta, Perpusatakaan Nasional peduli dan serius mengurus hak kekayaan intelektual.
"Negara harus menginventaris hak kekayaan intelektual (property right) dengan mengimbau masyarakat dan pelaku seni untuk diinventaris, supaya diurus royalti agar bermanfaat untuk anak cucunya," kata Anang.
Anang menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya Pak Raden. Dia mengaku di masa kecilnya, selalu menonton tayangan Si Unyil yang melegenda itu.
Bagi Anang, Si Unyil telah mengajarkan nilai-nilai Pancasila bagi anak-anak Indonesia seperti sikap persahabatan, gotong-royong serta sikap santun kepada sesama.
"Tapi saat ini, tokoh anak-anak justru berasal dari negeri seberang. Padahal, nusantara sejak abad ke-7 telah menelorkan karya monumental berupa Candi Borobudur," kata Anang.
Pak Raden dengan nama asli Suyadi meninggal dunia pada Jumat sekitar pukul 22.20 WIB di Rumah Sakit Pelni dan disemayamkan di kediaman Jalan Petamburan, Jakarta.
Suyadi yang lahir di Jember, Provinsi Jawa Timur, meninggal dunia pada usia 82 tahun.
Pak Raden, tokoh dalam serial boneka Si Unyil ditayangkan di TVRI pada era 1980-an. Sudah sejak Sekolah Dasar dia tertarik dengan dunia menggambar.
Ketertarikannya itu dimulai ketika ia melihat gambar-gambar dibuku pelajaran membaca. Tahun 1940-an, ia bersekolah di ELS (Europese Lagere School), sekolah yang sebenarnya hanya untuk kulit putih. Tetapi orang tuanya, Subekti Wirjokoesoemo, seorang Patih di Surabaya, Jawa Timur, tidak membolehkannya belajar menggambar.
Masa kecilnya dihabiskan dengan bersekolah di ELS (Europese Lagere School), setingkat SD yang khusus ditujukan untuk anak kulit putih dan pribumi dari golongan tertentu. Meneruskan sekolahnya di SMP lalu VHO (Voorbereindend Hoger Onderwijs), Geneskundige Hoge School (sekarang SMA 2), Surabaya, Jawa Timur.
Pak Raden kemudian meneruskan kuliah di ITB jurusan seni rupa (1952). Setelah lulus kuliah pada tahun 1961-1964 ia berangkat ke Paris, Prancis, untuk mengikuti sebuah program beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Prancis.
Di Paris, ia bekerja sebagai tenaga animator di Les Cineast Associest dan pelukis animasi Les Film Martin Boschet. Ia kemudian memilih keluar dari pekerjaannya dan memutuskan bekerja penuh sebagai seniman perupa. Persisnya, ilustrator atau seni rupa aplikasi. (Antara)
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Sinopsis Film Belum Ada Judul: Guru Dihujat Demi Lindungi Rahasia Murid
-
Hadirkan Generasi Baru The Four Horsemen, Film Now You See Me 3 Tayang 12 November 2025 di Bioskop
-
Sudah Jadi Mantan, Bedu Masih Diperingatkan Istri Sebelum Wawancara
-
Tips Cepat Kaya ala Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa untuk Gen Z: Jangan Langsung ke Crypto!
-
8 Film Desta jadi Peran Utama, Terbaru sebagai Dono untuk Warkop DKI Reborn
-
Libatkan Sutradara Kawakan Edwin, JAFF 2025 Siap Gebrak Yogyakarta dengan Ratusan Film dan Kejutan
-
Sikap Bijak Habib Jafar Soal Masalah Onad: Kita Tidak Boleh Menutup Hati
-
Sinopsis Alls Fair, Drama Terbaru Kim Kardashian yang Dapat Rating Nol Persen dari Rotten Tomatoes
-
Perayaan 20 Tahun JAFF, Opera Jawa Garin Nugroho Kembali Diputar Pakai Format Seluloid Langka
-
Fakta dan Sinopsis Die, My Love: Kisah Cinta yang Gelap dan Kacau