Entertainment / Film
Minggu, 09 November 2025 | 22:00 WIB
Abimana Aryasatya (instagram)
Baca 10 detik
  • Abimana menilai keserakahan menjadi penyebab utama menurunnya mutu film Indonesia.

  • Kejar tayang dan tren seragam mengorbankan kreativitas dan kualitas sinema.

  • Pola yang monoton berpotensi membuat penonton bosan dan meninggalkan film nasional.

Suara.com - Aktor kenamaan Abimana Aryasatya menyoroti kondisi industri film Indonesia saat ini.

Lelaki berusia 43 tahun itu dengan lantang menyebut ada satu hal yang menjadi biang kerok kemunduran kualitas sinema Tanah Air.

Menurutnya, penyakit dalam industri layar lebar sebenarnya masih sama dari dulu.

Bintang film "Gundala" ini menilai bahwa keserakahan telah menjadi musuh utama yang menggerogoti kreativitas dan kualitas film.

"Yang membunuh film Indonesia sebetulnya masih sama, keserakahan," ujar Abimana di salah satu podcast milik Kaks Production beberapa waktu lalu.

Ia mengamati fenomena ini sedang terjadi lagi sekarang di tengah kebangkitan industri.

"Sekarang terjadi lagi, semua orang kerja," tuturnya.

Abimana mencontohkan bagaimana keserakahan itu bermanifestasi dalam proses produksi yang terkesan kejar tayang, bahkan sampai mengorbankan mutu.

"Ada sutradara yang setiap Minggu bisa syuting satu film, apakah akan hasilnya bagus? Tidak akan," tegasnya.

Baca Juga: Profil Jaafar Jackson, Keponakan Michael Jackson Perankan Sang Raja Pop

Abimana juga mengkritik tren film Indonesia yang cenderung seragam, membuatnya sulit dibedakan satu sama lain, dari poster, judul, hingga para pemainnya yang itu-itu saja.

"Gue aja sudah sulit membedakan. Ini mohon maaf ya, buat bapak-bapak yang punya duif," keluhnya.

Ia khawatir hal ini akan menimbulkan kejenuhan di kalangan penonton dan pada akhirnya membuat mereka meninggalkan film nasional.

"Nanti penonton akan bilang, 'Film Indonesia gitu-gitu doang ya'," pungkas Abimana.

Load More