Suara.com - Banyak perempuan sering mengeluhkan atau sadar bahwa ukuran payudara mereka tidak sama atau besar sebelah. Di masyarakat muncul berbagai spekulasi tentang alasan perbedaan ukuran tersebut.
Lantas, bagaimana penjelasan ilmiahnya? Apakah itu cukup umum? Dilansir dari Healthline, kondisi tersebut juga dikenal dengan asimetri payudara, suatu kondisi ketika satu payudara memiliki ukuran, volume, posisi, atau bentuk yang berbeda dari yang lain.
Asimetri payudara sangat umum dan mempengaruhi lebih dari setengah dari semua perempuan. Ada sejumlah alasan mengapa payudara wanita dapat berubah ukuran atau volume, termasuk trauma, pubertas, dan perubahan hormonal.
Jaringan payudara dapat berubah saat berovulasi, dan seringkali terasa lebih penuh dan sensitif. Biasanya payudara terlihat lebih besar karena sebenarnya tumbuh dari retensi air dan aliran darah. Namun, selama siklus menstruasi Anda, mereka akan kembali ke ukuran normal.
Penyebab lain untuk payudara asimetris adalah kondisi yang disebut hipertrofi remaja payudara. Meskipun jarang, ini dapat menyebabkan satu payudara tumbuh secara signifikan lebih besar dari yang lain. Ini dapat diperbaiki dengan operasi, tetapi dapat menyebabkan sejumlah masalah psikologis dan rasa tidak aman.
Asimetri payudara biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika ada variasi besar dalam asimetri atau jika kepadatan payudara Anda tiba-tiba berubah, ini bisa menjadi indikasi kanker.
Penelitian masih dilakukan pada hubungan antara payudara asimetris dan risiko kanker. Beberapa penelitian telah menunjukkan wanita dengan kanker payudara memiliki asimetri payudara yang lebih besar, dikombinasikan dengan faktor risiko lain seperti keturunan dan usia, dibandingkan wanita yang sehat. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional