Suara.com - Bagi masyarakat Tionghoa, pergantian tahun baru atau Imlek merupakan momen istimewa. Hal ini ditandai dengan perayaan yang meriah, lengkap dengan sajian kuliner yang istimewa.
Salah satu panganan khas Imlek yang tergolong mewah adalah sirip ikan hiu. Pakar kuliner dan budaya dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Bromokusumo mengatakan, sirip hiu memang menjadi hidangan spesial pada momen-momen tertentu di kalangan masyarakat Tionghoa seperti pernikahan atau perayaan tahun baru.
Ia mengisahkan pada zaman dinasti Zhou, Song, dan Ming, di Cina, kaum dari kalangan menengah ke atas ingin menunjukkan kemampuan finansial atau kemakmurannya dengan menyajikan makanan super mahal pada perayaan tertentu, termasuk Imlek.
"Ada juga filosofi budaya Tionghoa kuno, dimana mereka percaya bahwa ada 8 hal yang mewakili kemakmuran, panjang umur, dan keemasan termasuk sirip ikan hiu," ujar Aji pada diskusi WWF Indonesia bertema #ImlekBebasHiu di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Selain mewakili unsur kemakmuran, tambah dia, ada kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa sirip ikan hiu memiliki berbagai manfaat kesehatan mulai dari meningkatkan kesehatan kulit, meningkatkan gairah seksual, menambah energi, mencegah penyakit jantung, hingga menurunkan kolesterol. Padahal, kata Aji, khasiat tersebut mungkin terjadi, karena kandungan kolagen dalam sirip ikan hiu.
"Sirip ikan hiu dianggap kaya kolagen padahal di ceker ayam juga ada kolagen, di cingur juga ada. Jadi, saya kira hanya mitos," jelasnya.
Pakar kuliner William Wongso berpendapat bahwa harga sirip hiu yang mahal menjadi alasan mengapa menu ini tergolong mewah ketika disajikan saat Imlek. Berdasarkan pengalamannya saat dijamu, ketika ada menu sirip ikan hiu maka bisa dipastikan bahwa penjamu merupakan golongan menengah atas.
"Kualitas paling atas itu sirip hiu utuh disajikan di meja. Jadi, memang ketika menyajikan menu ini kita bisa menilai posisi seseorang," tambahnya.
Namun yang menjadi masalah, populasi hiu di Indonesia semakin menipis. Setiap tahunnya, 100 juta hiu diburu untuk diambil siripnya sebagai hidangan di restoran.
Baca Juga: Tak Laku di Dunia Hiburan, Kiwil Jadi Pendakwah
Pada dasarnya, kata Aji, ada menu alternatif lain yang bisa digunakan untuk mengganti menu sirip ikan hiu. Menurutnya hidangan khas Imlek haruslah mewakili tiga hal, yakni bisa berjalan di darat, terbang di udara, dan berenang di air.
"Menyajikan tiga hal di atas sebagai rasa syukur supaya usaha lancar. Bisa diwakili dengan bebek atau ayam, daging babi, dan ikan. Jadi nggak perlu sirip hiu," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
7 Spot Menonton Kembang Api di Solo, Mudah Akses dan Minim Halangan
-
Prediksi Puncak Arus Libur Nataru 2025/2026, Catat Jam Macetnya
-
30 Link Twibbon Hari Ibu Tema Haru dan Lucu Bisa Langsung Digunakan
-
Warna Rumah Bukan Sekadar Estetika: Cara Menciptakan Hunian yang Lebih Personal dan Hangat
-
Tasya Kamila Ungkap Alasan Bahasa Inggris Jadi Bekal Penting Anak Sejak Dini
-
7 Rekomendasi Sunscreen untuk Cegah Hiperpigmentasi Usia 35 Tahun ke Atas
-
Sepatu Carbon Plate dan Nylon Plate Apa Bedanya? Ini 8 Rekomendasi Terbaik untuk Lari
-
7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
-
Terpopuler: Beda Cara SBY vs Prabowo Tangani Banjir, Medali Emas Indonesia Cetak Rekor
-
Miles of Smiles: Ketika Lari Bersama Keluarga Menjadi Ruang Inklusif untuk Anak Down Syndrome