Suara.com - Setelah dilanda musim hujan yang menyebabkan banjir besar beberapa waktu lalu, Indonesia mulai memasuki periode musim kemarau mulai April 2021. Sama seperti musim-musim kemarau sebelumnya, akan ada peningkatan temperatur yang cukup signifikan dan matahari yang terik.
Setidaknya tahun lalu, temperatur saat musim kemarau di tanah air mencapai 37,3 derajat Celcius pada April 2020. Salah satu temperatur tertinggi yang pernah dicatat.
Datangnya musim kemarau memang membuat beberapa keadaan lebih baik daripada musim hujan. Tidak perlu khawatir cucian tidak kering, serta melimpahnya cahaya matahari yang bisa meningkatkan imun tubuh.
Meskipun begitu, musim kemarau berarti mulai merasa kepanasan lagi, begitu pula saat di rumah. Dengan aktivitas sehari-hari yang masih lebih banyak di rumah, membuat rumah sejuk tanpa bantuan pendingin ruangan akan sangat membantu.
Supaya hemat listrik, Dekoruma punya beberapa cara untuk membuat rumah terasa lebih sejuk selama musim kemarau, meskipun tanpa penggunaan AC dan kipas angin.
1. Halangi Sinar Matahari dengan Tirai
Salah satu cara paling mudah untuk mengurangi eksposur sinar matahari yang meningkatkan temperatur ruangan adalah dengan menggunakan tirai. Meski, semua tirai dan roller blind bisa melakukan tugas ini, Anda bisa memasang tirai sun block dan thermal insulated yang benar-benar mampu menghalangi sinar matahari. Dengan sinar matahari yang seratus persen tidak bisa masuk ke dalam ruangan, suhu dingin ruangan akan lebih terjaga meskipun tanpa pendingin ruangan.
2. Penggunaan Warna-warna Terang
Penggunaan warna di dalam rumah, terutama warna dinding, juga berpengaruh dengan temperatur di dalam rumah. Warna-warna gelap seperti hitam atau biru tua akan menyerap panas di siang hari, kemudian dikeluarkan kembali pada sore dan malam hari. Membuat bagian dalam rumah menjadi panas.
Untuk itu, perbanyak penggunaan warna-warna terang, khususnya putih pada eksterior dan interior rumah. Warna putih akan memantulkan cahaya matahari dan tidak menyimpan panasnya.
3. Membangun Taman Vertikal
Meletakkan tanaman di teras, balkon, atau depan jendela mampu membantu mengurangi kenaikan suhu di rumah. Melalui proses respirasi, tanaman akan menghasilkan oksigen yang membantu menurunkan suhu ruangan. Anda bisa meningkatkan fungsi ini dengan membangun taman vertikal di rumah.
Baca Juga: 5 Tanaman Hias Indoor yang Bermanfaat Bersihkan Udara di Rumah
Taman vertikal yang menutupi dinding berfungsi untuk mencegah cahaya matahari memantul dari satu dinding ke dinding lainnya, menyebabkan kenaikan suhu. Selain mencegah panas, taman vertikal juga menjadi dekorasi yang menarik.
4. Menerapkan Sistem Ventilasi Silang
Sistem ventilasi ini awalnya banyak dipakai untuk rumah bergaya tropis. Namun, prinsipnya bisa diadopsi untuk menjaga kesejukan rumah. Caranya adalah dengan meletakkan dua bukaan ventilasi saling berhadapan di sebuah ruangan. Sirkulasi udara akan meningkat dengan udara panas yang masuk dari satu ventilasi dan keluar dari ventilasi yang ada di depannya. Menjaga suhu ruangan tetap rendah.
5. Membuka Pintu Ruangan pada Siang Hari
Walaupun tidak digunakan, biasakan untuk membuka pintu ruangan pada siang hari ketika musim kemarau. Menutup pintu hanya akan membuat udara panas terperangkap dan membuat ruangan panas bahkan di malam hari. Terlebih jika rumah Anda menggunakan sistem ventilasi silang, membuka pintu dan jendela yang menghadap ke dalam rumah akan membantu menurunkan temperatur.
6. Atur Penggunaan Peralatan Elektronik
Selain matahari, alat-alat elektronik yang digunakan di rumah juga merupakan sumber panas. Mulai dari televisi, berbagai kabel dan pengisi daya, kulkas, komputer, sampai lampu LED canggih sekalipun. Maka dari itu, gunakan peralatan-peralatan elektronik ini seperlunya. Matikan ketika tidak digunakan dan bila diperlukan, tambahkan sistem pendinginan eksternal.
7. Hindari Material Sintetis di Rumah
Di dalam rumah, ada kebutuhan berbagai material fabrik di rumah seperti sarung pembungkus sofa, sarung bantal, sprei, tirai, sampai karpet. Usahakan selalu memakai material kain yang breathable atau bisa bernapas. Katun dan linen yang paling sering digunakan.
Hindari menggunakan bahan-bahan seperti polyester atau kulit sintetis karena membuat kulit tidak bisa bernapas, dan menyebabkan kulit lembap dan berkeringat karena panas yang menempel di material sintetis ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
7 Sepatu Trail Running Indonesia Ini Punya Bantalan Nyaman Mirip Hoka Ori Versi Low Budget
-
Wajib Coba! Rekomendasi Moisturizer Viva untuk Kulit Berminyak Usia 30 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Cuci Muka untuk Jerawat di Apotek K24, Mulai Rp 16 Ribuan
-
Misteri Micellar Water: Kenali Kandungan, Manfaat, dan Cara Pemakaiannya
-
5 Moisturizer Anti Aging Ibu Rumah Tangga, Kulit Kencang Kerutan Hilang
-
6 Shio Paling Beruntung 17 Desember 2025, Waktunya Panen Hasil Kerja Keras
-
Berapa Harga Saham GOTO? Komika Yudha Keling Pakai 1.412.025 Lembar sebagai Mahar
-
Skor Bahasa Inggris Indonesia Masih Rendah, Pembelajaran Humanis Jadi Kunci di Era AI
-
6 Jam Tangan dengan GPS dan Pemantau Jantung untuk Aktivitas Olahraga
-
8 Hewan Paling Mematikan yang Bisa Membunuh dalam Hitungan Menit