Namun sejak pandemi melanda, semua kegiatan akhirnya dilakukan di rumah masing-masing, termasuk Nathan juga masih tetap melukis dan menghasilkan karya. Lewat Rumah Belajar Kharis, setiap anak tidak hanya didorong untuk bisa menghasilkan karya. Tapi juga didampingi dalam hal pengemasan hingga pemasaran. Meski demikian, ada satu hal yang selalu ditekankan oleh Ida.
“Saya enggak mau orang beli dengan dasar kasihan, tapi terus sudah,” kata Ida.
Menurutnya, pola pikir yang cenderung mengasihani anak disabilitas justru membuat kegiatan yang dilakukan sulit untuk bisa berlanjut. Dengan demikian juga akan sulit bagi mereka untuk bisa mencapai kemandirian. Oleh sebab itu, dalam setiap prosesnya, Ida juga selalu mengedepankan kualitas dari karya yang dibuat oleh anak-anak disabilitas ini.
“Saya bilang kita pakai test food segala. Berkali-kali uji coba,” ujar Ida.
Bukan hanya itu, Ida juga ingin bahwa semua produk yang dihasilkan juga punya kualitas wahid yang bisa bersaing di pasaran. Bahkan, Ida juga berani memasarkannya dengan harga yang relatif tinggi. Seperti misalnya tas dan juga scarf yang dibuat oleh Nathan, masing-masing dijual dengan harga Rp 250 ribu dan Rp 195 ribu. Sehingga, mereka yang membeli karya dari anak berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang sudah bisa mengapresiasi dan menghargai kemampuan anak disabilitas apa adanya.
“Selama stigma yg tertempel di benak bahwa anak-anak ini ‘bukan siapa-siapa’ dan "tidak akan bisa apa-apa", rasa menghargai tidak akan ada,” kata Ida.
Bahkan, Ida mengungkapkan bahwa hasil penjualan tas dan juga scarf COLOURS by Nathan juga ikut disumbangkan ke Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK), suatu program Keuskupan Agung Jakarta yang jadi sarana umat Katolik untuk membantu pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
“Dengan cara ini, kami juga ingin mengubah mindset masyarakat bahwa yang berkebutuhan khusus itu juga bisa berbagi kepada masyarakat, bukan selalu yang harus disumbang dan dikasihani,” kata Ida.
Mendorong kemandirian dan menghapus stigma
Baca Juga: Sedih! Atlet Disabilitas Banyuwangi Raih Berbagai Prestasi Tanpa Didukung Pemda
Ida mengakui bahwa di masyarakat sendiri memang masih terdapat stigma pada bahwa anak disabilitas seringkali dianggap beban bagi masyarakat. Oleh sebab itu, melalui Rumah Belajar Kharis, ia ingin terus mengupayakan sekaligus membuktikan bahwa anak disabilitas bukan hanya bisa mandiri, tapi juga ikut berkontribusi bagi masyarakat.
“Anak-anak berkebutuhan khusus bukan ’beban’ masyarakat, melainkan "bagian" dari masyarakat.” kata Ida.
Ia melanjutkan, bahwa inklusivitas itu bisa dimulai dengan mengubah pola pikir dan menghapus stigma pada anak-anak disabilitas. Ida menganggap bahwa masyarakat seringkali menuntut orang dengan disabilitas dengan standar non-disabilitas. Sehingga, anak-anak disabilitas baru dianggap hebat jika berprestasi dan memenuhi standar masyarakat. Padahal, lanjut Ida, yang semestinya diubah dan beradaptasi ialah masyarakat umum agar bisa lebih terbuka terhadap orang dengan disabilitas.
“Tapi mindset orang, ABK (anak berkebutuhan khusus) hebat kalo dia bisa nunjukin prestasi yg luar biasa. Mereka punya kelebihan semua. Masalahnya ada nggak dukungan untuk mengeluarkan kelebihan itu?”
Lebih lanjut, Ida mengatakan, bahwa pendekatan terapi, dan pendidikan bagi anak disabilitas akan sia-sia, jika pada akhirnya masyarakat masih sulit untuk menerima dan terus memberikan stigma.
“Saya selalu bilang kalau selama ABK apapun diajarin, kalau masyarakat enggk nerima, ya nggak ketemu.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
7 Sepatu Trail Running Indonesia Ini Punya Bantalan Nyaman Mirip Hoka Ori Versi Low Budget
-
Wajib Coba! Rekomendasi Moisturizer Viva untuk Kulit Berminyak Usia 30 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Cuci Muka untuk Jerawat di Apotek K24, Mulai Rp 16 Ribuan
-
Misteri Micellar Water: Kenali Kandungan, Manfaat, dan Cara Pemakaiannya
-
5 Moisturizer Anti Aging Ibu Rumah Tangga, Kulit Kencang Kerutan Hilang
-
6 Shio Paling Beruntung 17 Desember 2025, Waktunya Panen Hasil Kerja Keras
-
Berapa Harga Saham GOTO? Komika Yudha Keling Pakai 1.412.025 Lembar sebagai Mahar
-
Skor Bahasa Inggris Indonesia Masih Rendah, Pembelajaran Humanis Jadi Kunci di Era AI
-
6 Jam Tangan dengan GPS dan Pemantau Jantung untuk Aktivitas Olahraga
-
8 Hewan Paling Mematikan yang Bisa Membunuh dalam Hitungan Menit