Suara.com - Saat naik pesawat, salah hal yang biasanya terjadi akan membuat telinga berdengung bahkan sakit ketika landing. Hal itu bisa terjadi akibat adanya peristiwa fisika yang berhubungan dengan ketinggian dan tekanan gas atau tekanan udara
Dalam teori fisika disebutkan bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
Tetapi, telinga sakit saat bepergian dengan pesawat juga dipengaruhi karena kondisi fisik. Secara alami, selaput gendang telinga manusia akan lebih menekuk keluar saat pesawat landing.
Hal itu terjadi akibat tekanan di dalam telinga masih lebih tinggi saat pesawat masih di udara atau belum landing. Sementara itu, tekanan udara di luar telinga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara di dalam telinga.
Selain kejadian telinga berdengung saat di dalam pesawat, masih banyak fenomena tekanan gas dalam ruang terbuka dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari Ruang Guru berikut contohnya:
1. Angin laut dan angin darat
Angin yang sering dirasakan berhari-hari sebenarnya muncul karena adanya perbedaan tekanan udara di suatu tempat. Sementara itu, angin bertiup dari daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi ke daerah yang tekanan udaranya lebih rendah. Tekanan udara itu yang menyebabkan adanya angin laut dan angin darat.
Definisi angin laut merupakan angin yang berhembus dari laut ke darat. Sedangkan angin darat berarti berhembus dari darat ke lautan.
2. Peristiwa ketika memasak air
Baca Juga: Endus Dugaan Pelanggaran Kenaikan Harga Tiket Pesawat, KPPU Bakal Panggil Maskapai Penerbangan
Saat memasak air di pegunungan akan lebih cepat mendidih dibandingkan jika memasak air di pantai. Hal itu disebabkan karena tekanan udara di pegunungan lebih rendah daripada di pantai. Akibatnya, air lebih mudah lepas ke udara atau menguap.
3. Turun dari dataran tinggi ke dataran rendah
Sama seperti saat landing pesawat, telinga akan berdengung atau terasa sakit. Akibat selaput gendang telinga lebih menekuk keluar akibat turunnya tekanan udara di luar. Sementara tekanan udara di dalam telinga masih tetap tinggi seperti saat masih berada di atas pegunungan.
Para pendaki yang akan naik gunung tinggi, seperti Gunung Everest atau Gunung Kalimanjaro, harus membawa persediaan tabung oksigen. Karena tekanan udara di puncak gunung sangat rendah, ketika berada di puncak maka para pendaki akan kesulitan bernapas. Oleh karena itu, persediaan tabung oksigen yang akan sangat berguna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
40 Ucapan Selamat Natal Sopan untuk Atasan, Profesional dan Tulus Menyentuh Hati
-
Makan Anggur di Bawah Meja Saat Tahun Baru, Ritual Sejak 1882 Dipercaya Mengundang Jodoh
-
5 Sepatu Flat Shoes Wanita Branded Murah, Kualitas Premium Harga Kaki Lima
-
10 Rekomendasi Kado Natal dan Tahun Baru yang Paling Berkesan
-
Belanja Penuh Kejutan, Mystery Box Ala Gopang Kini Lagi Hits di Indonesia
-
7 Cara Mengurangi Waktu Bermain Media Sosial Tanpa Terasa Menyiksa
-
Jajan KFC Kini Makin Mudah Pakai Paylater, Cek Caranya Biar Dapat Promo!
-
Cara Menghitung Pace Lari dan Contoh, Kamu Sudah Race atau Masih Easy Pace?
-
Mengenal Dry Brushing: Tren Kecantikan yang Mengubah Kulit Anda!
-
Dokter Estetika Korea: Kulit Sehat Jadi Tren Baru Perawatan Kecantikan, Kenapa?