Suara.com - Sebagai respons terhadap tingginya Uang Kuliah Tunggal (UKT), banyak mahasiswa mulai mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman pendidikan atau student loan sebagai alternatif finansial. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga saat ini tengah menggodok lebih matang terkait skema student loan di perguruan tinggi.
Namun, apakah langkah ini benar-benar solusi atau justru menambah masalah baru? Simak ulasan di bawah untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu student loan.
Apa Itu Student Loan?
Dengan meningkatnya biaya kuliah yang terus meroket, masalah pinjaman mahasiswa menjadi perhatian utama di kalangan pelajar. Lantas, apa itu student loan?
Student Loan adalah pinjaman pendidikan yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh dana pendidikan. Ada dua jenis sistem pinjaman pendidikan dalam hal ini, yaitu pinjaman hipotek dan pinjaman berbasis pendapatan.
1. Pinjaman Hipotek
Jenis pertama adalah pinjaman hipotek, yang memiliki jangka waktu pembayaran tetap. Pinjaman ini sering membebani pembayaran yang besar, terutama bagi mereka dengan pendapatan rendah, dan berisiko tinggi mengalami gagal bayar. Model pinjaman ini banyak digunakan di negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Filipina, dan Thailand.
2. Pinjaman Berbasis Pendapatan
Jenis kedua adalah pinjaman berbasis pendapatan, di mana peminjam dapat mulai melunasi pinjaman setelah pendapatan mereka mencapai jumlah tertentu. Dengan model ini, durasi pembayaran tidak ditetapkan dari awal, sehingga risiko gagal bayar bisa dikurangi. Model ini diterapkan di negara-negara seperti Australia, Swedia, Inggris, dan Jerman.
UKT Tinggi, Apakah Student Loan Bisa Jadi Solusi?
Di tengah tingginya UKT di banyak kampus Indonesia, Kemendikbudristek menyatakan bahwa perguruan tinggi tidak termasuk dalam kategori wajib belajar, yang memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Sementara itu, otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengamati masalah mahalnya UKT ini dengan menawarkan solusi berupa penyediaan pinjaman pendidikan melalui layanan keuangan.
Pada Februari 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah membahas pengembangan student loan. Sebelumnya, pada 2018, Presiden Jokowi juga meminta perbankan untuk merancang sistem pinjaman mahasiswa. Namun, skema ini mendapatkan kritik keras dari masyarakat yang khawatir student loan justru akan memberatkan.
Sementara itu di Amerika Serikat, utang student loan pada 2023 mencapai $1,72 triliun (Rp27,53 kuadriliun), yang setara dengan delapan kali belanja APBN Indonesia pada 2024 (Rp3,32 kuadriliun). Menurut Departemen Pendidikan AS, sebanyak 43 juta orang Amerika memiliki pinjaman student loan.
Skema student loan di AS menimbulkan berbagai masalah seperti:
- Mahasiswa harus bekerja sambil kuliah untuk menutupi biaya kuliah dan hidup.
- Bekerja sambil kuliah memperlambat kelulusan, yang menambah biaya.
- Kurangnya akses bimbingan karir yang memadai untuk membantu melunasi biaya kuliah.
- Banyak cerita pekerja yang masih dibebani cicilan student loan hingga usia tua.
Di Indonesia, kasus gagal bayar relatif tinggi. Berdasarkan catatan OJK, utang warga yang belum dibayarkan di PayLater mencapai Rp6,13 triliun per Maret 2024. Kredit macet di pinjaman online (pinjol) mencapai Rp1,53 triliun pada Agustus 2023, didominasi oleh kelompok usia 19-34 tahun yang terdiri dari mahasiswa dan pekerja, mencapai Rp602,69 miliar.
Adanya student loan ini justru dikhawatirkan dapat semakin membebani masyarakat Indonesia yang masih berjuang untuk melunasi utang di PayLater dan pinjol. Selain itu, perlu adanya edukasi yang komprehensif tentang pengelolaan keuangan bagi mahasiswa dan keluarga mereka untuk memastikan bahwa mereka memahami konsekuensi jangka panjang dari mengambil pinjaman pendidikan. Edukasi ini bisa membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak terkait pembiayaan pendidikan. Bagaimana menurut pendapat Anda?
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
Terkini
-
Wahyudin Moridu dari Partai Apa? Anggota DPRD Viral Ngaku Mau 'Rampok Uang Negara'
-
Tips Memilih Foundation Sesuai Warna Kulit, Ini 5 Rekomendasi Terbaiknya
-
Aman dan Nyaman, Wali Kota Semarang Pastikan Kotanya Siap Jadi Destinasi Liburan Wisatawan
-
5 Moisturizer Ringan yang Cepat Meresap di Kulit, Gak Bikin Minyakan dan Lengket
-
Pendidikan Mentereng Lita Gading, Pantas Berani Sentil Anggota DPR Lulusan Paket C
-
Magang Fresh Graduate 2025 Dibuka Kapan? Tawaran Gaji Menggiurkan
-
Terpopuler: Hakim Vonis Mati Sambo Dicoret DPR, Profil Istri Menkeu Jadi Sorotan
-
Rahasia Aroma Woody: Mengapa Wangi Kayu Tak Lekang Waktu
-
Hasil Survei Sebut Gen Z Lebih Percaya Bank Digital, Ini Alasannya!
-
Nonton Bola Lebih Seru, Pikachu Turun ke Lapangan Temani Anak-Anak di AFF U23