Suara.com - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah skin positivity semakin populer di berbagai platform media sosial dan kampanye kecantikan. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan skin positivity dan mengapa penting untuk diterima oleh semua kalangan?
Pada dasarnya, skin positivity adalah gerakan yang bertujuan untuk merayakan keberagaman kulit, baik dari segi warna, jenis, maupun kondisi kulit. Gerakan ini berfokus pada penerimaan diri dan menanggalkan standar kecantikan sempit yang sering kali digembar-gemborkan oleh media dan industri kecantikan.
Alih-alih menilai kulit hanya dari sisi estetika atau penampilan fisik, skin positivity mengajak kita untuk lebih memahami dan menghargai kulit sebagai bagian dari identitas dan pengalaman hidup setiap individu.
Dalam banyak budaya, terutama di era modern ini, kulit yang mulus, cerah, dan bebas noda sering kali dianggap sebagai standar kecantikan utama. Namun, standar tersebut sering kali tidak realistis dan menekan banyak orang untuk berusaha mencapai citra yang tidak mencerminkan kondisi kulit alami mereka.
Misalnya, jerawat, bekas luka, hiperpigmentasi, atau kondisi kulit lainnya sering kali dianggap sebagai kekurangan yang harus disembunyikan atau diperbaiki. Akibatnya, banyak orang merasa tidak percaya diri dengan penampilan kulit mereka dan merasa terisolasi dalam upaya mereka untuk mencapai 'kesempurnaan' yang sering kali tidak dapat dijangkau.
Skin positivity mengajak kita untuk merubah cara pandang tersebut. Alih-alih melihat kulit sebagai sesuatu yang harus diperbaiki, gerakan ini mendorong kita untuk menerima dan merayakan kondisi kulit kita seperti apa adanya. Ini termasuk mengakui bahwa setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda, dan itu semua adalah hal yang normal dan indah.
Hal ini juga mencakup penerimaan terhadap kerutan, garis-garis halus, jerawat, dan bahkan pigmentasi yang alami pada kulit manusia.
Salah satu aspek penting dari skin positivity adalah menghilangkan stigma terkait kondisi kulit tertentu. Banyak orang dengan kulit yang lebih gelap, misalnya, sering kali merasa terpinggirkan atau tidak terwakili dalam industri kecantikan, yang cenderung menonjolkan kulit yang lebih terang.
Demikian juga, mereka yang memiliki kondisi kulit seperti psoriasis, eksim, atau rosacea sering kali merasa malu dan ingin menutupi kondisi tersebut.
Baca Juga: 4 Pilihan Essence Vitamin C yang Bebas Iritasi, Kulit Cerah Maksimal!
Skin positivity bertujuan untuk mengubah narasi ini dan memberi ruang bagi semua orang untuk merasa cantik dan dihargai, terlepas dari kondisi atau warna kulit mereka.
Penting untuk diingat bahwa gerakan ini tidak hanya berbicara tentang penampilan fisik, tetapi juga tentang kesejahteraan emosional dan mental. Penerimaan kulit yang sehat dapat berdampak besar pada rasa percaya diri seseorang dan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri.
Menghargai kulit kita sendiri berarti kita memberi diri kita izin untuk merasa nyaman dan bangga dengan siapa kita, tanpa merasa tertekan oleh standar yang tidak realistis.
Gerakan skin positivity dari Cleora juga mengajak industri kecantikan untuk lebih inklusif. Produk kecantikan kini semakin beragam dan mendukung perawatan kulit yang sesuai dengan berbagai jenis dan kondisi kulit. Dari pilihan produk yang ramah kulit sensitif hingga kosmetik yang lebih inklusif dalam hal warna dan keberagaman, industri ini mulai memperhatikan pentingnya representasi yang adil dan terbuka.
Dengan demikian, skin positivity bukan hanya sekadar tren kecantikan, tetapi sebuah perubahan budaya yang penting. Ini adalah gerakan yang mendukung penerimaan diri dan keberagaman, serta mengajarkan kita untuk merayakan keindahan kulit dalam segala bentuk dan warna.
Karena pada akhirnya, kulit kita adalah bagian dari diri kita yang patut dihargai dan dirawat dengan penuh kasih sayang, tanpa harus menunggu izin dari dunia luar untuk merasa cantik dan percaya diri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
5 Rekomendasi Sunscreen dengan Tekstur Gel: Ringan, Cepat Meresap, Perlindungan Maksimal
-
Kepedesan Makan Mi, Ahn Hyo Seop Bikin Histeris Fans
-
Cara Baru Manusia Hadapi Kecanggihan AI: Kuncinya Ada di Kolaborasi!
-
Prof. Elisabeth Rukmini: Menenun Sains, Makna, dan Masa Depan Perguruan Tinggi
-
Umrah Kini Bisa Mandiri, Segini Beda Harganya Dibanding Pakai Travel Agent
-
5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung Alpha Arbutin untuk Hempas Flek Hitam Membandel di Usia 40
-
4 Smartwatch untuk Wanita Tangan Besar, Fitur Lengkap dengan Pemantau Kesehatan dan GPS
-
7 Rekomendasi Lipstik untuk Bibir Hitam yang Aman dan Harga Terjangkau!
-
Cara Melakukan Umrah Mandiri, Segini Biayanya!
-
Apa Manfaat Budaya Makan Pakai Tangan Langsung? Viral Jadi Bahan Perdebatan di X