Suara.com - Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, banyak aspek kehidupan yang berubah termasuk dengan dunia pariwisata. Jika dulu banyak orang yang ingin berlibur karena berburu destinasi baru, tren wisata belakangan justru berubah sebaliknya.
Beberapa orang lebih memilih untuk menjalani liburan yang tidak menguras tenaga mereka. Salah satu alternatif yang mulai populer dan menarik perhatian orang belakangan ini adalah sleep tourism alias wisata tidur.
Meski diberi nama wisata tidur, program liburan yang satu ini tidak cuma tidur-tiduran, lho. Lantas, apa saja yang dilakukan selama menjalani wisata tidur? Yuk, sama-sama cari tahu.
Mengenal Apa Itu Wisata Tidur
Berdasarkan keterangan yang dirangkum dari laman National Geographic dan Hindustan Times, sleep tourism alias wisata tidur merupakan jenis liburan yang mengutamakan peningkatan kualitas tidur sebagai tujuan perjalanan.
Dalam tren ini, hotel dan resort di berbagai lokasi menyediakan fasilitas dan layanan yang dirancang khusus untuk membantu tamu mendapatkan tidur yang lebih baik dan menyegarkan.
Wisata tidur mulai menarik perhatian publik sejak pandemi. Di mana kala itu banyak orang yang mengalami gangguan tidur akibat kecemasan, stres, serta gaya hidup yang berubah drastis.
Hal itu dibuktikan oleh hasil survei yang dilakukan pada tahun 2021. Survei tersebut menunjukkan sebanyak lebih dari 70 persen responden mengalami gangguan tidur selama pandemi. Situasi ini turut meningkatkan kesadaran akan betapa pentingnya tidur berkualitas untuk kesehatan mental dan fisik.
Tren ini kemudian berkembang lebih pesat di era pascapandemi, ketika wisatawan tidak hanya mencari pelarian dari rutinitas, tetapi juga banyak dari mereka justru sengaja mencari ketenangan termasuk dengan tidur. Sleep tourism pun menjadi incaran para pelancong yang menginginkan perjalanan yang memprioritaskan kesehatan dan keseimbangan hidup.
Beberapa hotel dan resor di berbagai negara telah mengadopsi konsep sleep tourism sebagai bagian dari layanan premium mereka seperti Zedwell Hotel, London. Hotel ini dirancang khusus untuk mendukung tidur yang berkualitas.
Baca Juga: ICPI Sebut Kawasan Pesisir Jakarta Bisa jadi Wisata Religi Lintas Agama
Semua kamar di Zedwell bebas dari gangguan suara, cahaya berlebih, dan teknologi digital seperti televisi. Tempat tidur orthopedic dan sistem ventilasi udara bersih menambah kenyamanan untuk tidur optimal.
Selain itu, salah satu perusahaan grup hotel dan resor besar, Six Senses Hotels and Resorts yang berada di beberapa lokasi bahkan menawarkan program wellness sleep dengan berbagai fasilitas seperti konsultasi dengan sleep coach, yoga, pijat relaksasi, hingga makanan sehat yang mendukung ritme jam biologis tubuh.
Sleep tourism menawarkan sejumlah manfaat yang tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga memberi dampak positif jangka panjang bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Manfaat Wisata Tidur
Adapun beberapa manfaat utama dari sleep tourism ini adalah sebagai berikut :
- Peningkatan kualitas tidur dengan fasilitas dan lingkungan yang mendukung, setiap pelancong dapat merasakan deep sleep atau tidur lebih dalam dan berkualitas untuk membantu proses regenerasi tubuh.
- Mengurangi stres dan kecemasan, dengan lingkungan yang tenang, bebas gangguan digital, serta layanan seperti aromaterapi dan pijat relaksasi dapat membantu menurunkan tingkat stres.
- Meningkatkan produktivitas dan energi karena tidur berkualitas berdampak besar pada peningkatan energi, fokus, dan produktivitas setelah kembali dari perjalanan.
- Meningkatkan kesadaran akan gaya hidup sehat. Banyak wisatawan sleep tourism yang pulang dengan kebiasaan baru yang lebih sehat, seperti rutinitas tidur yang lebih teratur dan kesadaran akan pentingnya lingkungan tidur yang mendukung.
Sleep tourism bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari transformasi industri pariwisata menuju pendekatan yang lebih berkelanjutan dan berfokus pada kesejahteraan. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan tidur berkualitas, semakin banyak hotel dan resor di seluruh dunia yang berinovasi dalam menawarkan pengalaman tidur yang optimal.
Bagi para pelancong modern yang mencari ketenangan, pemulihan, dan keseimbangan hidup, sleep tourism bisa menjadi pilihan liburan yang sangat bermanfaat terlebih lagi bagi mereka yang memang mengalami gangguan tidur sejak beberapa waktu terakhir.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
Berapa Harga Cushion YSL di Sephora? Ini 5 Rekomendasi Terbaiknya
-
Siapa Suami Ratu Tisha? Srikandi Sepak Bola yang Jabatannya Dicopot dari Komite PSSI
-
32 Hotel Jaringan Archipelago Berpartisipasi Dukung Produk UMKM Lokal
-
Daftar Harga Skincare Glad2Glow di Alfamart, Murah Meriah Sering Ada Diskon
-
Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
-
6 Rekomendasi Skincare Glowsophy: Moisturizer Jadi Produk Terlaris, Cuma Rp30 Ribuan
-
Ramalan Zodiak Terbaru 18 September 2025: Leo Jaga Lidah, Gemini Mulai Kesepian
-
Kulit Berminyak Cocok Pakai Moisturizer Tekstur Apa? Ini 5 Pilihan Mulai Rp30 Ribuan
-
Dicopot dari Komite PSSI, Apa Jabatan Ratu Tisha Sekarang?
-
Kenapa Ratu Tisha Dicopot dari Komite PSSI? Ini Alasannya