Suara.com - Tren perawatan kecantikan datang dan pergi, termasuk dalam dua tahun belakangan tindakan filler kurang diminati. Kini masyarakat mulai beralih pada perawatan collagen stimulator sebagai antiaging atau anti penuaan.
Fakta ini dibenarkan oleh Dokter Estetika dr. Mathelda Weni Haryanti, M.Kes (AAM). Ia mengatakan penurunan tren perawatan filler terjadi karena minimnya edukasi dan prosedur tidak tepat bahkan dilakukan oleh non dokter.
"Ya memang di dua tahun terakhir ini banyak pasien-pasien saya takut filler. Sebetulnya filler itu tidak menakutkan, yang penting satu, produk yang kita injeksikan sebagai dokter itu jelas," ujar dr. Mathelda dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (15/6/2025).
Lebih lanjut dr. Mathelda mengatakan tak jarang filler disuntikkan oleh non dokter di tempat yang tidak tepat. Apalagi ada bagian di kulit tertentu yang memiliki ketebalan lebih tipis, seperti di bawah mata hingga di bagian garis senyum samping mata. Ditambah ada produk filler tertentu yang tidak sesuai disuntikkan di bagian wajah lain.
"Dokter yang menginjeksikan itu berkompetensi sehingga dia tahu, oh kalau di bawah mata itu yang disuntikkan di layer ini, ya kalau di garis senyum disuntikkan di layer ini, memakai produk ini," paparnya.
Di saat terjadinya penurunan minat pada filler, justru terjadi peningkatan tren perawatan collagen stimulator yang dipercaya bisa mengembalikan volume atau kekenyalan wajah secara alami, dengan merangsang terbentuknya kolagen.
Kolagen adalah protein alami dalam tubuh yang menyusun kulit, tulang, otot, tendon, dan ligamen. Komponen ini juga jadi pondasi utama yang memberikan struktur dan kekuatan pada tulang, urat, kulit, dan jaringan ikat.
Tapi sayangnya menurut dr. Mathelda, seiring bertambahnya usia, produksi kolagen tubuh akan menurun seiring bertambahnya usia. Kondisi inilah yang menyebabkan di atas usia 30 tahun beberapa orang sudah mulai memiliki keriput hingga wajah mengendur, karena kolagen alias "isi" dari kulit tidak penuh seperti sebelumnya.
Hasilnya, collagen stimulator yang bekerja dengan cara merangsang produksi alami kolagen tubuh kian diminati. Dalam dunia kecantikan, collagen stimulator bisa juga dilakukan dengan metode biostimulator.
Baca Juga: No Botox No Filler, Membedah Apa Saja Bodycare dan Skincare yang Dipakai Anggun?
Biostimulator adalah perawatan non-invasif yang mampu memperbaiki kulit kendur secara maksimal tanpa rasa sakit, iritasi, dan efek samping. Menariknya, produk biostimulator seperti Ultracol yang dilakukan melalui proses injeksi atau suntikan, hasilnya akan terlihat baik dalam waktu satu minggu.
Namun setelah satu minggu berlalu memang kekencangan kulit akan menurun, tapi setelah satu bulan kulit bekerja memproduksi kolagen, hasilnya kecantikan dan kekencangan kulit terlihat lebih alami, dibanding filler yang bekerja langsung mengisi bagian tertentu wajah.
"Kulit tampak lebih sehat dan muda. Jadi garis halus dan kerutan jadi lebih baik. Volume wajah juga akan lebih natural. Sampai hari setelah tindakan hari ini akan bagus, lalu satu minggu kulit akan turun, tapi dalam satu bulan akan bagus secara alami," ujar Dermatologist, dr. Dikky Prawiratama, M.Sc, Sp.DVE yang saat itu mempresentasikan hasil biostimulator Ultracol pada pasiennya.
Fakta ini juga dibenarkan dr. Mathelda, yang menjelaskan kinerja biostimulator secara umum memang tidak bisa memberikan hasil instan seperti filler. Tapi perlu waktu menunggu tubuh memproduksi kolagennya sendiri.
"Jadi dia disuntikkan, dia menunggu 6 hingga 8 bulan untuk badan memproduksi kolagennya sendiri, alami. Hasilnya itu nggak langsung instan, butuh waktu 6 hingga 8 bulan," jelas dr. Mathelda.
Fakta pergeseran tren perawatan kecantikan dari filler menjadi biostimulator juga dibenarkan Dermatologis sekaligus Perintis Teknik Tarik Benang di Korea, Dr. Kwon Han Jin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Rahasia Awet Muda: Jaga 3 Protein Kulit Ini Supaya Wajah Tetap Kencang dan Glowing
-
Heboh Pendidikan Gibran, Berapa Biaya Kuliah di UTS Insearch Sydney? Cek Rinciannya
-
Zodiak Cancer Cocok Kerja Apa? Ini Pilihan Profesi untuk Si Loyal dan Berkomitmen
-
Rekam Jejak Pendidikan dan Karier Mahfud MD, Bakal Gabung ke Tim Reformasi Kepolisian?
-
Profil Jimmy Kimmel, Acaranya Dihentikan setelah Komentar soal Penembakan Charlie Kirk
-
Profil Eric Cantona: Pemain Legendaris Ini Dukung Palestina, Tak Mau Israel di Pildun
-
Pendidikan dan Pekerjaan Mega Nusi, Istri Anggota DPRD Gorontalo yang Viral
-
5 Rekomendasi Bedak Wardah Sesuai Jenis Kulit, Mana yang Paling Cocok Untukmu?
-
Apa Itu Penyakit Lyme? Kondisi yang Dialami Bella Hadid Sejak Usia 16 Tahun
-
Apakah Alat Makan Terkontaminasi Babi Harus Dihancurkan? Ini Faktanya