Suara.com - Setiap tanggal 31 Oktober, dunia barat dan kini banyak negara lainnya meramaikan pesta kostum Halloween. Jalanan atau tempat-tempat khusus untuk perayaan diramaikan dengan pesta kostum seram, labu berwajah menyeramkan, serta anak-anak yang berkeliling sambil berteriak “trick or treat!”.
Namun, tahukah kamu bahwa perayaan yang kini dikenal sebagai Halloween sebenarnya berakar dari ritual kuno yang sangat jauh dari kesan pesta modern? Bahkan ada juga yang masih bingung menuliskan Halloween atau Helloween, mana yang benar
Ejaan lama Halloween menggunakan tanda apostrof menjadi Hallowe’en untuk menandai penghilangan huruf dalam frasa All Hallows’ Even(ing). Seiring perkembangan bahasa Inggris modern, tanda tersebut dihapus dan menjadi “Halloween”. Jadi, keduanya benar secara historis, tetapi bentuk tanpa apostrof lebih umum digunakan saat ini.
Fenomena serupa juga terjadi pada istilah lain seperti Jack O Lantern, yang berasal dari tradisi memahat wajah pada labu untuk menakuti roh jahat, kebiasaan yang juga lahir dari Samhain. Dalam bahasa Inggris lama, Jack of the Lantern disingkat menjadi “Jack O Lantern”, dengan apostrof menggantikan huruf f dalam kata of. Kini, banyak yang menulisnya tanpa apostrof.
Maka, jika menulisnya Helloween atau Halloween itu tidak ada yang benar atau salah, itu hanya variasi ejaan atau bahkan plesetan yang populer karena band metal asal Jerman bernama Helloween. Namun secara historis dan linguistik, bentuk yang benar tetap Halloween, singkatan dari All Hallows Eve.
Apa pun ejaannya, perayaan ini telah menjelma menjadi simbol lintas budaya antara tradisi kuno dan dunia modern, antara doa untuk arwah dan pesta kostum yang penuh warna. Dari Samhain hingga trick or treat, Halloween adalah cermin bagaimana manusia selalu berusaha menjalin hubungan dengan misteri kematian dengan cara yang menyeramkan sekaligus meriah.
Asal Mula Halloween
Asal mula Halloween bisa ditelusuri hingga ribuan tahun lalu, pada masa bangsa Keltik di wilayah yang kini dikenal sebagai Irlandia, Inggris, dan Prancis bagian utara. Mereka merayakan festival Samhain, sebuah perayaan pergantian musim panas ke musim dingin sekaligus waktu untuk mengenang arwah leluhur.
Pada malam Samhain, orang-orang percaya bahwa batas antara dunia hidup dan mati menjadi kabur. Arwah yang telah meninggal dipercaya bisa kembali ke bumi, sehingga masyarakat menyalakan api unggun dan memakai kostum untuk menakuti roh jahat. Para Druid atau pendeta Keltik bahkan mempersembahkan hasil panen dan hewan sebagai sesaji.
Ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan wilayah Keltik, perayaan ini berbaur dengan tradisi Kristen yang disebut All Saints Day atau All Hallows Day, hari untuk mengenang para orang suci pada 1 November. Malam sebelumnya kemudian dikenal sebagai All Hallows Eve, yang akhirnya disingkat menjadi Hallowe’en dan kini lebih dikenal dengan ejaan modern Halloween.
Baca Juga: 12 Ide Kostum Halloween Sesuai Zodiak, Biar Outfit-mu Gak Salah Aura!
Saat All Hallows’ Eve, pada abad pertengahan Eropa, orang miskin akan berjalan dari rumah ke rumah meminta makanan atau sedekah sambil mendoakan arwah keluarga si pemilik rumah. Tradisi ini menjadi cikal bakal anak-anak berkeliling meminta permen pada malam Halloween.
Imigran Irlandia membawa kebiasaan ini ke Amerika Serikat pada abad ke-19.
Di sanalah tradisi tersebut bertransformasi menjadi trick or treat, permainan anak-anak yang menyenangkan. Anak-anak memakai kostum dan mengetuk pintu rumah untuk meminta permen, sambil “mengancam” akan berbuat jahil jika permintaan mereka ditolak.
Halloween Jadi Bagian dari Industri Hiburan
Banyak orang kini mengenal Halloween sebagai perayaan modern yang penuh dekorasi orange dan hitam, pesta bertema hantu, serta penjualan besar-besaran kostum dan permen. Komersialisasi ini memang kental, seperti halnya Hari Valentine yang dipopulerkan oleh industri kartu ucapan dan Natal oleh iklan Coca-Cola.
Setelah sempat dianggap tak layak oleh gereja, Halloween justru kembali ke Eropa melalui tentara Amerika yang ditempatkan di sana selama Perang Dunia II. Kini, Halloween dirayakan di banyak negara, termasuk di tempat asalnya, Irlandia, dengan gaya khas Amerika.
Di Jerman, pesta Halloween mulai populer sejak 1990-an. Menurut antropolog Jorg Fuchs, industri karnaval di sana mencari momentum baru untuk menjual lebih banyak kostum, dan Halloween menjadi jawabannya. Sejak saat itu, toko-toko penuh dekorasi labu, dan anak-anak Jerman ikut larut dalam keseruan 31 Oktober.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
7 Pilihan Sabun Muka Terbaik untuk Flek Hitam di Apotek, Harga Mulai Rp10 Ribuan Aja
-
55 Kartu Ucapan Natal 2025 dengan Desain Terbaru, Download Gratis Siap Diedit!
-
7 Sepatu Jalan Lokal Kembaran New Balance Ori, Harga Murah Kualitas Tak Perlu Diragukan
-
5 Alternatif Tempat Wisata Bali Viral selain Taman Wisata Luih, Hidden Gem yang Eksotik!
-
8 Manfaat Bangun Pagi untuk Kesehatan Mental, Produktivitas, dan Fokus Harian
-
7 Sepatu Running Lokal Rasa Premium dengan Max Cushion: Bantalan Nyaman, Lari Jadi Ringan
-
Toba Pulp Lestari Punya Siapa? Disorot Buntut Bencana Banjir dan Longsor Sumatera
-
Urutan Basic Skincare Pagi Menurut Dokter Tompi, Cuma Butuh 3 Langkah
-
6 Shio Paling Beruntung pada 19 Desember 2025, Rezeki Mengalir Deras
-
Bagaimana Awal Mula Ijazah Jokowi Dituduh Palsu?