- KA Kilat Pajajaran Jakarta-Bandung disebut akan memakan waktu 1,5 jam.
- Proyek Rp8 triliun ini didanai APBD Jabar, mencakup gerbong logistik pertanian serta koneksi hingga Garut dan Banjar.
- Rencana ini memicu kritik karena potensi mengganggu finansial Whoosh, meskipun pendukung melihatnya sebagai opsi terjangkau.
Suara.com - Bayangkan jika perjalanan kereta api dari Stasiun Gambir, Jakarta menuju pusat Kota Bandung hanya memakan waktu 1 hingga 1,5 jam. Ya, mungkin hal itu bakal terwujud jika nanti Kerta Api (KA) Kilat Pajajaran benar-benar beroperasi.
Wacana segar ini muncul setelah Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah Gubernur Dedi Mulyadi menyepakati kerja sama optimalisasi perkeretaapian dengan PT KAI (Persero). Tak main-main, KA Kilat Pajajaran digadang-gadang menjadi solusi mobilitas baru dengan rute Jakarta-Bandung yang super efisien.
Bahkan, Kang Dedi—sapaan akrab Gubernur—menyebut layanan ini tak hanya berhenti di Bandung. Nantinya, Kilat Pajajaran akan terhubung hingga Garut, Tasikmalaya, dan Banjar dengan estimasi waktu tempuh total hanya sekitar 2 jam.
Selain mengangkut penumpang, Dedi juga menyelipkan misi ekonomi: penyediaan gerbong khusus logistik pertanian untuk menekan biaya distribusi pangan.
Proyek ini rencananya didanai penuh oleh APBD Jawa Barat. Dengan total anggaran Rp8 triliun yang dikucurkan bertahap sebesar Rp2 triliun per tahun, proses pengkajian akan dimulai tahun depan.
Jika semua berjalan mulus, pembangunan fisik dijadwalkan mulai 2027 hingga rampung pada 2030.
Namun, kehadiran rencana ini memantik perdebatan menarik. Bukankah sudah ada Whoosh, Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang melayani rute serupa? Apakah Kereta Kilat Pajajaran akan menjadi pesaing, atau justru pelengkap?
Kilat Pajajaran vs Whoosh
Mari kita bedah perbandingannya. Dedi Mulyadi mengklaim Kilat Pajajaran mampu menempuh Jakarta-Bandung dalam 1,5 jam. Jika diteruskan ke Banjar, hanya menambah waktu 2 jam.
Baca Juga: Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
Pengamat Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono, memprediksi jika terealisasi, kereta ini akan memiliki kecepatan 250-300 km/jam.
Bedanya, Kilat Pajajaran direncanakan menggunakan jalur konvensional yang ditingkatkan (upgrading), bukan jaringan high speed rail baru.
Sementara itu, Whoosh menawarkan kecepatan operasional hingga 350 km/jam dengan waktu tempuh hanya 46 menit. Namun, Whoosh memiliki keterbatasan stasiun (Halim, Karawang, Padalarang, Tegalluar Summarecon) dan harga tiket yang relatif premium, mulai dari Rp275 ribu (ekonomi premium) hingga Rp600 ribu (first class).
Menanggapi wacana ini, Wakil Direktur Utama PT KAI, Dody Budiawan, bersikap hati-hati. Ia menegaskan rencana ini masih dalam tahap kajian awal pasca-penandatanganan MoU.
"Jadi, itu perlu studi banyak hal dan perlu kami siapkan segala macamnya. Intinya, masih kami pelajari dahulu, review, dan membuat dokumen-dokumennya, karena banyak sekali yang harus dilakukannya," ujar Dody di Stasiun Bandung, Senin 1 Desember kemarin.
Salah satu poin krusial adalah memastikan apakah proyek ini akan menggunakan rel lama atau membangun jalur baru.
Berita Terkait
-
Diajak Danantara ke China Bahas Masalah Utang Whoosh, Menkeu Purbaya Kasih Syarat Ini ke Rosan
-
Purbaya Usai Diajak Rosan ke China buat Negosiasi Utang Whoosh: Asal Dia yang Bayar!
-
Jawa Barat Genjot Infrastruktur Sepak Bola: Satu Kecamatan, Satu Lapangan Profesional
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
-
Prabowo Mau Manfaatkan Uang Sitaan Koruptor, Ini Pos-pos yang Bakal Kecipratan
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
Terkini
-
Siapa Pria Misterius di Samping Ratu Narkoba Dewi Astutik Saat Digerebek di Kamboja?
-
Update Korban Jiwa di Aceh: 249 Orang Meninggal, 660 Ribu Warga Mengungsi
-
Tata Ruang Amburadul Biang Banjir Sumatra, KLH Siap 'Obrak-abrik' Aturan
-
Pemerintah Ungkap Arah Kebijakan 2026, Sektor MICE dan Hilirisasi Jadi Fokus Baru
-
Banjir Sumatra Bawa Kayu Gelondongan, Ketua MPR Muzani: Sepertinya Hasil Tebangan Itu
-
4.000 Siswa Sekolah Rakyat Mau Kuliah, Kemensos Gandeng Diktisaintek Minta Bimbingan
-
Terungkap, Sosok 'Penjahat' di Balik Tema Besar Reuni 212
-
Jalan Buntu Paulus Tannos: Praperadilan Ditolak, KPK Kebut Proses Ekstradisi
-
Jurus Baru Bahlil, Golkar Siap 'Perang Digital' Rebut Hati 73 Persen Pemilih Muda 2029
-
Respons Ajakan Taubatan Nasuha Cak Imin, Politisi Golkar: Tak Pantas Bercanda di Tengah Duka