Suara.com - Para ilmuwan di Universitas Harvard dan MIT (Massachusetts Institute of Technology), membuat prototipe masker penutup wajah N95 yang dapat digunakan kembali dan higenis. Masker N95 umumnya digunakan oleh para petugas medis.
Masker yang menyaring partikel udara ini paling efektif untuk memblokir partikel virus di udara karena terbuat dari serat polipropilen.
Namun, karena harus dibuang setelah petugas melakukan kontak dengan pasien positif virus Corona (Covid-19), hal itu membuat persediaan masker menipis di tengah pandemi sementara para petugas masih harus tetap berjuang melawan virus.
"Salah satu hal utama yang kami kenali sejak awal adalah untuk membantu memenuhi permintaan, kami harus benar-benar membatasi diri pada metode yang dapat mengukur. Kami juga ingin memaksimalkam penggunaan kembali dan kami menginginkan sistem yang dapat disterilkan dengan berbagai cara," kata Giovanni Traverso, ahli gastroenterologi dari Brigham and Women's Hospital yang berafiliasi dengan Harvard, seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (24/7/2020).
Para ilmuwan kemudian menciptakan masker yang dapat digunakan kembali. Masker yang sedang menjalani fase kedua pengembangannya ini, terbuat dari karet silikon.
Masker ini mampu digunakan kembali setelah sterilisasi, dan masih menawarkan perlindungan setara masker N95 melalui penggunaan satu atau dua filter yang dapat dimasukkan di bagian depan masker.
Dengan kata lain, bagian fungsional paling penting dari respirator N95 atau bahan polypropylene menyaring setidaknya 95 persen partikel yang ada di udara ini masih ada, tetapi cara alternatif mengenakannya membutuhkan bahan sekali pakai yang jauh lebih sedikit yang perlu diproduksi sebelum dibuang.
"Dengan desain ini, filter dapat dimasukkan dan dibuang setelah digunakan, dan pengguna membuang material yang jauh lebih sedikit daripada masker N95 asli," ucap Adam Wentworth, ilmuwan material di MIT.
Sistem yang digunakan dalam topeng disebut Injection Moulded Autoclavable, Scalable, Conformable (iMASC), dirancang dengan bantuan komputer dan menggunakan pemodelan 3D untuk mensimulasikan perilaku, serta deformasi desain silikon ketika dikenakan pada berbagai bentuk dan ukuran wajah.
Baca Juga: Oxford Belum Pede Vaksin Covid-19 Bisa Digunakan Akhir 2020
Dalam penelitian tersebut, pengembang memperkirakan biaya kasar masker bisa sekitar 7 dolar AS dengan filter seharga 50 sen. Masker ini bisa menjadi pilihan yang lebih ekonomis daripada masker N95 sekali pakai seharga 1 dolar AS.
Untuk menguji kemampuan pakai iMASC dalam kehidupan nyata, para ahli meminta 20 pekerja rumah sakit mencoba menyesuaikan masker per tes kecocokan standar yang diperlukan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) untuk masker N95.
Semua peserta lulus tes kecocokan, menunjukkan bahwa masker telah menunjukkan segel yang tepat dan masker juga mendapat nilai bagus pada peringkat yang berkaitan dengan kecocokan, kemudahan bernapas ketika menggunakan masker, dan kemudahan penggantian filter.
Berbagai teknik sterilisasi juga dieksplorasi pada bahan silikon, termasuk mengukur, memanaskan masker dalam oven, dan merendamnya di alkohol pemutih atau isopropil. Selain perbedaan kecil tekstur silikon, masker tidak menunjukkan perubahan atau tanda-tanda kerusakaan.
Berdasarkan umpan balik yang diberikan kepada para ilmuwan, versi kedua masker saat ini telah menjalani pengujian lebih lanjut dan jika hasilnya dapat menunjukkan bahwa sistem filter yang dapat diganti juga efektif dalam menyaring partikel virus, masker generasi baru PPE akan layak digunakan. Penelitian ini sendiri telah dilaporkan dalam BMJ Open.
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Cara Mendaur Ulang Plastik Keras
-
Unik, Burung Andean Condor Bisa Terbang Tanpa Kepakkan Sayap Sejauh 172 Km
-
Ilmuwan Temukan Mikroplastik dan Serat Sintetis di Perut Hiu Dasar Laut
-
Unik, Analisis Penyebaran Covid-19 Lewat Konser
-
Hasil Uji Coba Menjanjikan, Vaksin Covid-19 Diprediksi Tersedia Desember
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober: Klaim Pemain 111-113 dan 15 Juta Koin
-
5 Rekomendasi Smartwatch yang Baterainya Tahan 10 Hari, Cocok Dipakai Traveling
-
20 Kode Redeem FC Mobile 22 Oktober: Berhadiah Jersey Langka, XP Booster, dan Elite Player Drop
-
Raisa Trending di X, Begini Komentar Netizen Tanggapi Isu Perceraiannya
-
Komdigi Ungkap Depo Judi Online Tembus Rp 17 Triliun di Semester 1 2025
-
Game Sword of Justice Dirilis 7 November 2025 ke iOS, Android, hingga PC
-
25 Kode Redeem Free Fire 22 Oktober: Berhadiah Bundle Atlet, Skin Timnas dan Pet Eksklusif!
-
Uji Ketahanan Xiaomi 17 Pro: Lapisan Pelindung Setangguh iPhone 17 Pro
-
Axioo Hype R X8 OLED Resmi Meluncur: Laptop OLED dengan Ryzen 7, Super Ringan Seharga Rp 8 Jutaan
-
Menguak Potensi Krisis Air Bersih di Balik Kecanggihan AI