Suara.com - Aktivitas merokok berkorelasi dengan meningkatnya risiko terjangkit beragam penyakit tidak menular. Untuk mengurangi angka perokok serta masalah kesehatan yang berkaitan dengan merokok, pemerintah diharapkan bisa mengadopsi solusi baru, seperti salah satunya mendorong perokok dewasa untuk beralih ke produk tembakau alternatif.
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran (UNPAD), Ardini Raksanagara, mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya menurunkan prevalensi merokok, seperti menciptakan aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Namun, upaya tersebut belum dinilai cukup efektif.
“Ini perlu sekali melibatkan berbagai pihak, bukan satu arah dari pemerintah saja,” kata Ardini ditulis Kamis (14/4/2022).
Salah satu solusi yang bisa dikedepankan adalah penerapan solusi yang berprinsip pengurangan risiko. Menurut Ardini, produk seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin menerapkan konsep pengurangan risiko sehingga mampu mengurangi bahaya hingga 90%-95%.
“Produk ini bisa dijadikan salah satu upaya bagi perokok dewasa yang selama ini sulit berhenti. Perlunya dorongan yang kuat khususnya dari perokok dewasa itu sendiri,” ungkapnya.
Untuk itu, perokok dewasa memiliki alternatif yang lebih baik daripada lanjut merokok. Akan tetapi, di samping mengalami kesulitan berhenti merokok, para perokok juga kerap terpapar opini negatif tanpa landasan kajian ilmiah. Misalnya, produk ini diisukan memiliki risiko kesehatan yang sama besarnya dengan rokok.
Terkait dengan hal tersebut, Ardini menjelaskan bahwa produk tembakau alternatif tidak dibakar, sehingga tidak menghasilkan asap yang mengandung TAR, senyawa bersifat karsinogenik.
“Dari beberapa jurnal sudah dibuktikan bahwa produk tembakau alternatif mampu mengurangi bahaya kesehatan. Jadi, sebetulnya perlu ditekankan bahwa produk ini baik dimanfaatkan bagi yang mau mengurangi bahaya terhadap kesehatannya,” tegas Ardini.
Dengan potensi tersebut, Ardini berharap pemerintah bisa mendukung penggunaan produk tembakau alternatif. Sebagai langkah awal, pemerintah bisa melihat hasil kajian ilmiah yang sudah dilakukan akademisi maupun universitas, baik dari dalam dan luar negeri.
Baca Juga: Ngeri! Studi Sebut Vape Berisiko Merusak Jantung Hingga Otak
Selanjutnya, pemerintah perlu mendorong kajian lokal dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang berkaitan denganindustri produk tembakau alternatif.
“Perlu penelitian bersama-sama. Setelah itu sosialisasikan bahwa manfaat dari produk tembakau alternatif ini akan menjadi salah satu pilihan bagi perokok yang ingin berhenti merokok dan perlu juga testimoni sosial,” ujarnya.
Senada dengan Ardini, Wakil Ketua Yayasan Manusia Welas Asih (MAWAS), Dimas Syailendra, mengatakan pemanfaatan produk tembakau alternatif perlu dukungan multipihak. Jika tidak, prevalensi merokok akan semakin meningkat dan menambah beban kesehatan publik.
“Akan ada beban sosial dan ekonomi yang harus kita tanggung untuk mengatasinya,” tegas Dimas.
Apalagi, dia meneruskan, prevalensi merokok di Indonesia sudah menyentuh angka 65 juta jiwa.
“Sebelum masalah yang lebih buruk terjadi, mari kita berbuat sesuatu untuk mencegahnya. Kampanyekan budaya sadar risiko dengan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif yang terbukti secara ilmiah mengurangi risiko kesehatan,” tutup Dimas.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Tantangan Sektor Pangan Kian Kompleks, Dirut PT Pupuk Indonesia: Inovasi Jadi Kunci
-
Harga Pupuk Subsidi Turun, Zulhas: Pupuk Indonesia Bisa Bangun Satu Pabrik Setiap Tahun
-
Rupiah Akhirnya Perkasa Hari Ini Setelah 3 Hari Meloyo
-
Pabrik New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil : Kita Tak Perlu Lagi Impor!
-
Pemerintah Bongkar Penyelundupan Turunan CPO di Priok, Kerugian Negara Capai Miliaran Rupiah
-
HET Pupuk Subsidi Turun, Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi Dukung Langkah Bersejarah Pemerintah
-
New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil Curhat Proses Pembangunannya di Depan Prabowo!
-
KJP Plus Tahap II 2025 Cair untuk 707 Ribu Siswa DKI, Cek Nominalnya
-
23 Juta Peserta BPJS Kesehatan Nunggak Iuran, Bakal Dapat Pemutihan Semua?
-
4 Fakta Jusuf Kalla Geram, Tuding Rekayasa Mafia Tanah GMTD Lippo Group