Bola / Bola Indonesia
Sabtu, 13 Desember 2025 | 19:54 WIB
Penasihat Teknis Timnas Indonesia Jordi Cruyff memberikan keterangan kepada wartawan saat acara perkenalan penasihat teknis Timnas Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). [ANTARA FOTO/Fauzan/nym]
Baca 10 detik
  • Jordi Cruyff menjadi bintang tamu di podcast The Overlap, namun fokus membahas perjuangan putrinya melawan kanker tulang.
  • Selama putrinya sakit, Cruyff memilih menghilang dari dunia sepak bola dan fokus total mendampingi sang anak.
  • Cruyff menemukan kekuatan dari kisah Luis Enrique dan menegaskan bahwa keluarga adalah prioritas utama melebihi sepak bola.

Suara.com - Penasihat teknis Timnas Indonesia, Jordi Cruyff akhir buka suara. Jordi yang belakangan dirumorkan akan menjadi dirtek Ajax menjadi bintang tamu di  YouTube The Overlap yang dipandu Gary Neville bersama Ian Wright, Jamie Carragher, dan Roy Keane.

Namun dalam podcast tersebut, Jordi lebih banyak bercerita soal keluarganya. Mantan pemain Barcelona dan Manchester United itu menceritakan secara jujur salah satu periode paling kelam dalam hidupnya, perjuangan sang putri, Danae, melawan kanker tulang.

Jordi Cruyff dalam wawancara satu setengah jam tersebut tidak membahas spekulasi soal masa depannya di Ajax, meski namanya kerap dikaitkan dengan posisi direktur teknik.

“Kita sering berpikir sepak bola adalah segalanya. Tapi realitas bisa datang dan menampar kita kapan saja,” ujar Cruyff.

Timnas Indonesia Bahaya! Kluivert Asyik Sendiri, Jordi Cruyff Sibuk Urus Tim Lain [Instagram Jordi Cruyff]

Ia mengaku mendapat kekuatan besar dari kisah pelatih PSG, Luis Enrique, yang putrinya pernah menderita jenis kanker yang sama.

Cruyff bahkan terbang ke London awal tahun ini untuk mengucapkan terima kasih langsung kepada Enrique atas kekuatan mental yang ia tularkan.

Cruyff menyebut, saat putrinya sakit, ia memilih menghilang dari dunia sepak bola.

Selama hampir setahun, ia tidak bekerja dan nyaris tidak menonton pertandingan.

“Saya hanya ingin ada untuk anak saya. Ada dua tipe orang saat krisis: yang berbicara dan yang bersembunyi. Saya tipe yang bersembunyi,” tuturnya.

Baca Juga: Timnas U-22 Gagal Total di SEA Games 2025, Komisi X DPR Minta PSSI Lakukan Evaluasi

Ia juga membandingkan rasa kehilangan ayahnya, legenda Johan Cruyff, dengan sakit yang dirasakan ketika Danae didiagnosis kanker.

“Saat ayah saya meninggal, saya bisa menerimanya. Tapi ketika anak saya sakit, saya marah pada dunia. Seharusnya saya yang sakit, bukan dia,” ucapnya lirih.

Namun, melihat orang tua lain yang benar-benar kehilangan anak, Cruyff akhirnya belajar untuk bersyukur.

Momen paling menyentuh terjadi saat Danae berbicara. Kini dinyatakan sehat, ia mengenang masa kemoterapi dan fisioterapi berat, bahkan harus belajar berjalan kembali. “Jangan menangis, Ayah, nanti aku ikut menangis,” katanya sambil tersenyum.

Cruyff menutup kisahnya dengan pesan kuat: sepak bola memang passion besar, tetapi keluarga adalah segalanya.

“Kami bersama 24 jam sehari. Saya tidur di lantai di samping tempat tidurnya. Sepak bola penting, tapi anak-anak kita adalah yang utama.”

Load More