Suara.com - Kualitas udara yang bersih merupakan unsur terpenting dalam kehidupan bagi seluruh mahluk hidup, tak terkecuali untuk kesehatan manusia. Namun sayangnya, berdasarkan laporan terbaru dari IQAir (12/06), Jakarta menempati urutan ke-9 dari 10 kota di dunia dengan tingkat polusi tidak sehat bagi kelompok sensitif. Hal ini selaras dengan Indonesia yang menduduki urutan ke-26 dari 131 negara lainnya.
Salah satu faktor utama atas kondisi ini dipengaruhi oleh sumber emisi pasca Covid-19. Bukan cuma itu, musim kemarau yang terjadi dalam periode bulan Mei hingga Agustus 2023 juga menjadi faktor dalam memburuknya kualitas udara di Ibu kota DKI Jakarta. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi polutan udara kian meningkat.
Jika tidak diantisipasi dengan baik, polusi udara bisa menjadi masalah lingkungan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia. Berdasarkan Kementrian Kesehatan, ada beragam penyakit respirasi yang dapat timbul akibat polusi udara dengan prevelensi tinggi, mulai dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.
Selain itu, salah satu penyakit yang sering kali dijumpai bersamaan dengan buruknya polusi udara adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Selain disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ada di dalam tubuh, ISPA juga bisa disebabkan oleh polusi udara yang tanpa disadari dapat dengan mudah mengganggu organ pernapasan.
Gejala yang biasa ditimbulkan adalah batuk, pilek, dan demam. Menurut World Health Organization (WHO), sebanyak 4 juta orang meninggal akibat ISPA pada setiap tahunnya dengan salah satu penyebab utamanya adalah polusi udara.
Meski kualitas udara bukan penyebab utama dari ISPA, data klaim kesehatan Allianz Life Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit dengan jumlah pengajuan klaim tertinggi dengan total lebih dari 9.300 dalam periode Januari – Mei 2023.
"Allianz Life Indonesia telah menerima 760 pengajuan klaim terkait rawat inap, 8.181 pengajuan klaim terkait rawat jalan, serta 416 pengajuan klaim terkait kategori lainnya dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas”, ucap dr. Tubagus Argie F S Sunartadirdja, S.H., Head of Claim Supports Allianz Life Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa kondisi udara dapat berdampak buruk bagi kesehatan apalagi jika tidak diiringi dengan langkah preventif dan penerapan pola hidup yang sehat.
Untuk dapat menghindari berbagai risiko penyakit yang bisa terjadi dan mengganggu aktivitas harian akibat kualitas udara yang buruk, dr. Argie juga membagikan langkah preventif demi menjaga tubuh tetap sehat di tengah rutinitas yang padat.
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Ini 5 Bahayanya untuk Kulit
Di antaranya, kata dia adalah dengan memakai masker demi meminimalisir masuknya polusi udara yang tidak sehat ke dalam saluran pernapasan dan paru-paru, hingga mengupayakan untuk menghindari aktivitas di wilayah dengan kualitas udara tidak sehat.
"Menerapkan pola dan gaya hidup bersih dan sehat, misalnya mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir," kata dia.
Selain itu, hindari juga untuk menyalakan sumber api atau merokok di dalam ruangan tertutup dan letakkan pembersih udara (air purifier) atau tanaman hidup di dalam ruangan untuk menjaga kualitas udara agar tetap sehat.
Meski saat ini telah memasuki era new normal pasca Covid-19 dan masa endemi dimana aturan penggunaan masker juga telah dicabut, namun sebagai langkah preventif penggunaan masker tetap dapat menjadi media yang mampu meminimalisir paparan kuman dan polusi yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada tubuh, misalnya infeksi pada saluran pernapasan, asma, brokitis, hingga kanker.
dr. Argie, menyampaikan bahwa selain menghindari diri dari penularan Covid-19 varian terbaru, menggunakan masker dengan baik dan benar tetap bisa menjadi salah satu perlindungan optimal untuk kesehatan tubuh manusia seperti menghindari paparan polusi yang berdampak buruk, khususnya pada sistem organ pernapasan, hingga melindungi kulit wajah yang ditimbulkan dari polusi udara dan panas matahari.
Selain memakai masker hingga menyediakan pembersih udara, masyarakat juga bisa memilih jenis olahraga dengan intensitas ringan disela-sela aktivitas harian. Misalnya berjalan kaki, bersepeda, yoga, pilates, hula hoop, atau lompat tali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit