Suara.com - Gerabah dalam kebudayaan Kepulauan Aru, Maluku memiliki makna tersendiri. Bagi penduduk Kep. Aru proses pembuatan gerabah dari tanah liat yang biasa disebut dengan suram atau galor juga sering dimaknai sebagai penanda atau ramalan kehidupan orang Aru dari masa ke masa.
Pembuatan Suram (gerabah) yang dikerjakan kaum perempuan, dan dinilai menentukan alur kehidupan masyarakat tradisional di daerah tersebut. "Suram memiliki nilai sakral karena berperan penting dalam siklus kehidupan masyarakat Aru yang telah terbangun sejak adanya kepercayaan terhadap totenisme pada zaman dulu," kata Mezak Wakim, peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon, beberapa waktu lalu.
Mezak menambahkan, jika dalam proses pembuatannya ada salah satu benda yang pecah, maka itu memberi pertanda akan datang kesialan maupun malapetaka bagi masa depan keluarga dari perempuan yang sedang mengerjakan suram itu. Kesialan itu berlaku baik dalam kelahiran maupun kematian.
"Alur kehidupan mereka sangat ditentukan dari berapa banyak gerabah yang berhasil dibuat," kata Mezak.
Meskipun secara umum hanya difungsikan sebagai peralatan memasak, para wanita Aru memiliki tempat khusus untuk membuat suram, dan selama proses pembuatannya yang memakan waktu beberapa hari, mereka tidak boleh diganggu.
Suram hanya bisa dibuat oleh perempuan yang telah 'kanena' atau dewasa yang ditentukan dengan telah memiliki kemampuan menjalankan tugas sebagai seorang perempuan dewasa, seperti memasak, berkebun, menenun dan menumbuk jagung di lumbung.
Perempuan Aru mengerjakan sendiri proses pembuatan gerabahnya, mulai dari pembentukan, penjemuran dan pembakaran untuk menguatkan benda itu.
Namun belakangan, suram atau galor mulai sulit ditemukan di Kepulauan Aru, karena perubahan tatanan sosial sebagai akibat asimilasi dengan kebudayaan luar.
"Saya menemukan adanya gejala perubahan pola manajemen sosial masyarakat tradisi ketika melakukan kontak dengan kebudayaan baru kemudian ada nilai-nilai yang mempengaruhi tatanan sosial masyarakat sebagai warisan alam, kalau dulu suram digunakan sebagai peralatan memasak, sekarang hanya dijadikan pajangan," pungkas Mezak. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Cristina Macina, Pemimpin Perempuan yang Dorong Masa Depan Pangan Berkelanjutan di Indonesia
-
Transformasi Para Muse Natasha Luxe di Panggung Jakarta Fashion Week 2026
-
Koridor Timur Jakarta Kian Berkembang, Kini Jadi Magnet Investasi Brand Ternama
-
Perubahan Besar Dimulai dari Langkah Kecil: Gaya Hidup Berkelanjutan yang Bisa Dimulai Hari Ini
-
Apakah Semua Produk Wardah Wudhu Friendly? Ini 6 Pilihan Produk yang Aman untuk Muslimah
-
5 Rekomendasi Sunscreen SPF 50 Buat Cegah Flek Hitam di Usia 30
-
Mau Beli Hijab Baru? Kenali Dulu 5 Jenis Kain yang Paling Populer Ini
-
3 Shio Paling Beruntung Besok 7 November 2025, Cek Nomor Hokinya!
-
5 Moisturizer Non-Comedogenic untuk Acne Prone Skin, Bebas Clog Kulit Tetap Lembap
-
Tema dan Link Downlod Logo Resmi Hari Pahlawan 2025, Lengkap dengan Makna dan Filosofinya