Suara.com - Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bakal menerapkan metode baru dalam sektor pariwisata, salah satunya adalah metode story telling. Hal ini khususnya diberlakukan pada situs-situs warisan dunia, seperti di Candi Prambanan.
Hal tersebut dilakukan untuk menghidupkan suasana dalam meningkatkan pengalaman berwisata. Sebuah kisah atau story telling menjadi nilai tambah bagi wisatawan.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, saat Webinar Wisata Heritage dengan tema "Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia dengan Gaya Bercerita Millenial", Kamis (11/6/2020), menjelaskan, webinar ini akan diberikan ilmu tentang "teknik" penyampaian nilai-nilai tersebut melalui story telling di media sosial, dengan cara dan metode yang mampu menambah pengalaman berwisata dan menarik orang untuk mengunjunginya.
"Melalui media ini, nilai-nilai tersebut dapat disampaikan secara naratif baik melalui visual, audio, photo caption/texts, ataupun kombinasi tiga metode tersebut," kata Rizki.
Ia juga mengatakan, kunci kesuksesan dari menghidupkan narasi dalam aktivitas pariwisata tidak lepas dari usaha untuk menyesuaikan arus psikologi pengunjung dengan aktivitas penceritaan narasi tersebut.
"Anak-anak muda sekarang, kalau tidak bercerita dengan baik, mereka cenderung akan bosan dan tidak mau berkunjung lagi. Untuk itu, narasi yang dibangun melalui story telling yang baik akan mampu memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, menambah pengalaman berkunjung wisatawan, hingga membangun rasa penasaran bagi orang-orang untuk mengunjungi situs-situs tersebut," ujarnya.
Narasumber yang hadir dalam webinar wisata heritage adalah Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Manggar Sari Ayuati, sementara narasumber kedua adalah Astrid Savitri, seorang content writer yang membahas "Storytelling Produk Wisata melalui Media Sosial".
Pada kesempatan yang sama, Manggar menjelaskan, peta penyebaran situs di kawasan Prambanankurang lebih ada 30 situs yang bisa dieksplorasi. Ada sembilan situs berlatar agama Hindu, seperti Candi Prambanan, Kedulan, Barong, Ijo, Miri, Pondok, Ganesha Dawangsari, Sumur Bandung, dan Randu Gunting.
Kemudian 14 situs berlatar agama Buddha, seperti Sewu, Bubrah, Lumbung, Ghana, Plaosan, Sojiwan, Kalasan, Sari, Pakem, Bugisan, Bogem, Sumber Watu, Dawangsari, dan Banyunibo, serta satu situs pemukiman Ratu Boko dan satu situs Perbengkelan Gupolo.
Baca Juga: Kemenparekraf : Bintan Siap Terapkan Protokol Kesehatan New Normal
Lima situs tidak teridentifikasi latar belakang keagamaannya, seperti Tinjon, Watu Gudig, Karang, Sanan, dan Patihan.
“Kawasan Prambanan merupakan sebuah kota kuno (ancient city), yang terbukti dari banyaknya peninggalan budaya, dan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, yang merupakan sebuah peradaban yang maju dengan segala organisasi kenegaraan yang telah terstruktur dengan baik sehingga menjadi salah satu peletak dasar kehidupan bernegara di Indonesia,” katanya.
Manggar juga menjelaskan, nama-nama desa di sekitar Prambanan menunjukkan adanya kesinambungan dengan masa lalu. Sebagai contoh, nama Desa Taji dan Pulowatu.
“Nama-nama tersebut merupakan nama watak dalam kerajaan Mataram Kuno, sebagaimana tercantum dalam prasasti-prasasti pendek di Candi Plaosan,” katanya.
Sementara itu, menurut Astrid, penyampaian cerita akan meningkatkan nilai suatu produk wisata. Pencerita yang baik harus memiliki sudut pandang, struktur dan alur cerita, serta empati kemanusiaan.
“Pencerita yang baik adalah pengamat dan penyimak yang baik. Ia dapat menceritakan sebuah objek atau situasi dengan kata-kata yang baik. Tipsnya adalah menggunakan kalimat sederhana dan sependek mungkin, serta menghindari kalimat yang bersayap. Perbanyak deskripsi dan gunakan kalimat aktif, selektif mengutip dan perkaya diksi dengan cara banyak membaca, menonton dan menyimak,” ujarnya.
Berita Terkait
-
Menparekraf Dorong Sektor Wisata Lakukan Remodelling agar bisa Bertahan
-
Pelaku Wisata Diharapkan Bisa Tingkatkan Daya Saing Pasca Covid-19
-
Kemenparekraf : Bintan Siap Terapkan Protokol Kesehatan New Normal
-
Kemenparekraf Fasilitasi Pertunjukan Streaming Pekerja Seni Sumatera Utara
-
Kemenparekraf Bahas Kesiapan Indonesia Masuk New Normal untuk Pasar India
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
-
Tema dan Pedoman Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Emas Antam Tembus Level Tertinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Rp 2.234.000 per Gram
-
Tata Cara Menaikkan Bendera Setengah Tiang dan Menurunkan Secara Resmi
Terkini
-
Siapa Orang Tua Sabrina Chairunnisa? Sempat Tak Restui Saat Jalin Cinta dengan Deddy Corbuzier
-
Ayah Ojak Pamer Perhiasan, Emang Boleh Laki-Laki Memakai Emas? Ini Peringatan Keras Buya Yahya
-
Resmi Ceraikan Azizah Salsha, Ini Deretan Mantan Pacar Pratama Arhan
-
1 Oktober Apakah Libur? Ketahui Daftar Sisa Tanggal Merah dan Cuti Bersama 2025
-
Inovasi Bioteknologi: Saat Limbah Diubah Jadi Solusi Berkelanjutan
-
4 Moisturizer Glad2Glow untuk Usia 25 Tahun ke Atas, Perbaiki Skin Barrier Sejak Dini
-
Kisah Inspiratif Evan Haydar Pemuda Gresik yang Kerja di Tesla Jerman, Ini Kiat Suksesnya
-
100 Nama-Nama Bayi Perempuan Islami yang Belum Banyak Dipakai, Modern dan Bermakna Mendalam
-
Bahaya Bakteri Salmonella dan Bacillus Cereus, Biang Kerok Keracunan MBG di Jabar
-
Urutan Skincare Malam Glad2Glow Agar Kulit Glowing Pagi Hari, Hilangkan Jerawat dan Kusam