Suara.com - Seorang dokter dibuat kaget setelah dia harus melepas implan payudara pasien yang telah pecah. Pasien berusia 65 tahun itu menjalani prosedur ini pada tahun 1985 dan selalu menunda pengangkatan implan dengan alasan biaya.
Adalah Dr Nicole Castellese yang ditugaskan untuk mengeluarkan kapsul berusia 35 tahun yang telah mengeras dan mengapur.
Mengunggah video ke TikTok, perempuan berusia 47 tahun itu mengatakan jika perempuan itu diberitahu oleh seorang ahli bedah plastik di tahun 90-an bahwa dia harus menyimpannya.
Ia mengatakan telah melakukan banyak pengangkatan implan payudara karena permintaan pasien.
“Pasien yang memiliki implan yang pecah di TikTok adalah seorang perempuan berusia 65 tahun yang implannya dipasang pada tahun 1985," jelasnya seperti dilansir The sun.
"Dia menjalani mammogram lebih dari setahun sebelum datang kepada saya, yang menunjukkan salah satu implannya pecah. Ahli bedah bersertifikat mengatakan pasien tidak memiliki saran medis terbaik dan biaya untuk melepas implan telah menjadi salah satu alasan utama dia tidak bisa mengeluarkannya," kata Dr Castellese lagi.
Lalu ia menambahkan, “Setelah melihatnya dan meninjau riwayat dan tujuannya, kami dapat menjadwalkannya untuk pengangkatan implan payudara, kapsulektomi, mastopeksi, dan penempatan saluran pembuangan.”
Dr Castellese, yang memiliki praktek di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat (AS) mengatakan ada banyak kebingungan dan kejutan di sekitar implan yang pecah.
Dalam vidro itu, Dr Castellese menggulungnya, saat zat lengket terus keluar dari kantung yang pecah. Tetapi banyak warganer mengira bahwa implan itu adalah makanan, dengan beberapa membandingkannya dengan 'donat isi jeli'.
"Kebanyakan orang mengira itu makanan.... donat jeli, biskuit, dan ayam adalah tebakan populer. Karena implan payudara adalah benda asing, tubuh kita merespons dengan menutup implan dengan lapisan jaringan parut," jelas dia.
Jaringan parut di sekitar implan disebut sebagai kapsul. Sebenarnya, lanjut dia, orang dengan alat pacu jantung atau sendi prostetik juga memiliki kapsul di sekitarnya.
Dia menjelaskan bahwa jika implan silikon pecah, pecahannya biasanya tertampung di dalam kapsul. Namun, ada kemungkinan untuk melampaui kapsul dan oleh karena itu, setelah ruptur diidentifikasi, implan harus dilepas.
Warganet mengatakan itu adalah sifat implan yang pecah yang membuatnya terlihat dapat dimakan.
"Saya pikir itu adalah donat berisi jeli sebentar," komentar satu orang.
"Jadi kami benar-benar melihat roti atau semacam makanan yang dipanggang pada awalnya,” kata seorang pengguna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
5 Rekomendasi Sepatu Badminton Pria Murah Meriah, Dijamin Anti Cidera
-
5 Ide Kado Hari Guru TK yang Bikin Hati Meleleh, Lebih dari Sekedar Barang!
-
5 Sepatu Lari New Balance Terlaris di Shopee yang Wajib Dibeli: Model Stylish, Performa Oke
-
5 Rekomendasi Parfum Lokal Non Alkohol: Wangi Awet, Salat Tetap Sah
-
TES KEPRIBADIAN: Kamu Alfa, Beta, Omega, atau Sigma?
-
5 Rekomendasi Lipstik Velvet di Bawah Rp50 Ribu: Nyaman dan Mampu Menutupi Bibir Hitam
-
Perpaduan Gaya: Filosofi Jepang dan Spirit Bandung dalam Budaya Sneakers
-
Biodata dan Agama Fina Phillipe, Atlet BJJ Wakili Indonesia di Acara Physical Asia
-
5 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Freezer Besar Tanpa Bunga Es
-
Panduan Lengkap Menulis Surat Lamaran Kerja yang Benar dan Menarik HRD