Suara.com - Wisata menjadi satu bagian penting yang dibutuhkan banyak orang. Dengan berwisata, itu akan membuat perasaan menjadi lebih tenang dan bahagia. Sejak pandemi saat ini, istilah wisata sendiri lebih sering dikenal dengan kata ‘healing’.
Penggunaan kata ‘healing’ sering diartikan sebagai pergi ke suatu tempat untuk memperbaiki suasana hati dari pekerjaan yang dijalani.
Travel Industry Analyst, Google Indonesia, Vania Anindiar mengungkapkan, masyarakat lebih sering menggunakan kata healing dibandingkan traveling. Bahkan, berdasarkan data yang terdapat di Google, kata healing meningkat 500 persen digunakan untuk artian jalan-jalan.
“Berdasarkan data Google search, kata healing jadi konsep baru dari traveling. Jadi orang Indonesia sering gunakan kata healing untuk melakukan perjalanan,” kata Vania dalam siaran pers, Senin (26/9/2022).
Selain itu, Vania menjelaskan, makna ‘healing’ bagi masyarakat juga mengarah pada perjalanan dengan makna. Hal ini juga membuat perubahan pencaharian healing sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Setelah pandemi, travel ini lebih dari sekadar jalan jalan, masyarakat milihnya yang ada meaningnya gitu lebih dalam. Dan healing kata yang digunakan. Kalau di 2021 misalnya pada nyari ‘self healing’ atau ‘healing artinya’. Tapi di 2022, nyarinya lebih ke ‘tempat healing’, ‘liburan healing’, atau ‘healing di Bandung’,” sambungnya.
Dari kepopuleran tersebut juga sangat berpengaruh pada kenaikan lainnya, termasuk desa wisata. Vania menjelaskan, berdasarkan data kenaikan desa wisata ini mencapai angka 68 persen.
Selain itu, masyarakat lebih mencari lokasi yang belum banyak didatangi orang lain, seperti desa wisata. Vania menuturkan, semakin sepi lokasi tersebut, tempat itu juga yang justru banyak diminati.
“Healing ada efek minat masyarakat jadi pilih tempat liburan yang damai yang justru enggak terkenal atau terpencil. Ini juga berefek pada peningkatan desa wisata yang capai 68 persen,” jelas Vania.
Baca Juga: Mertua Tak Tahu Diri, Utang Sana-sini Minta Dibayari Anak dan Menantu, tapi Masih Sering Foya-foya
Vania menambahkan, Beberapa lokasi yang mengalami kenaikan lebih kepada wisata alam di antaranya, Kintamani (64 persen), Lombok (34 persen), Danau Toba (26 persen), Sabang (22 persen), Ijen (30 persen), Singkawang (33 persen), dan Bunaken (23 persen).
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
40 Ucapan Selamat Natal Sopan untuk Atasan, Profesional dan Tulus Menyentuh Hati
-
Makan Anggur di Bawah Meja Saat Tahun Baru, Ritual Sejak 1882 Dipercaya Mengundang Jodoh
-
5 Sepatu Flat Shoes Wanita Branded Murah, Kualitas Premium Harga Kaki Lima
-
10 Rekomendasi Kado Natal dan Tahun Baru yang Paling Berkesan
-
Belanja Penuh Kejutan, Mystery Box Ala Gopang Kini Lagi Hits di Indonesia
-
7 Cara Mengurangi Waktu Bermain Media Sosial Tanpa Terasa Menyiksa
-
Jajan KFC Kini Makin Mudah Pakai Paylater, Cek Caranya Biar Dapat Promo!
-
Cara Menghitung Pace Lari dan Contoh, Kamu Sudah Race atau Masih Easy Pace?
-
Mengenal Dry Brushing: Tren Kecantikan yang Mengubah Kulit Anda!
-
Dokter Estetika Korea: Kulit Sehat Jadi Tren Baru Perawatan Kecantikan, Kenapa?