Suara.com - Generasi Z atau Gen Z dinilai punya cara berkomunikasi yang berbeda dibandingkan generasi lain di atasnya. Dikenal sebagai generasi yang aktif di media sosial, gen Z jadi terbiasa memiliki gaya komunikasi yang langsung ke inti atau to the point, singkat, dan jelas.
Institusi pendidikan komunikasi Talkinc menemukan kalau gaya bicara seperti itu kerap kali membuat gen Z tidak bisa cocok dengan generasi di atasnya, seperti milenial dan gen X. Terutama ketika mereka terhubung dalam jalinan pekerjaan profesional.
"Ngomong singkat, padat, dan jelas itu dilakukan dengan baik oleh mereka. Jadi bagus sekali. Sayangnya dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak hanya bersinggungan dengan generasi mereka aja, ada milenial, gen X, ada baby boomer di mana orang-orang ini berbeda, ekosistemnya beda, tentu gak bisa ngomong pendek-pendek," jelas founder Talkinc Erwin Parengkuan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Dari temuan Talkinc, tak sedikit perusahaan yang mengonsultasikan keluhan mereka terkait pekerja muda dari gen Z yang cara komunikasinya terlalu singkat. Hal tersebut sampai mempengaruhi proses kerja sama dengan karyawan lain yang lebih senior.
"Menurut saya dan apa yang kami alami di dalam kelas, baik perusahaan yang datang kepada kami atau saat training, selalu keluhannya itu zilenial ngomongnya pendek-pendek dan itu membuat tidak nyaman," imbuhnya.
Erwin menyarankan, gen Z harus bisa menempatkan diri di mana pun dia berada serta menyesuaikan gaya komunikasinya dengan lawan bicara. Sebab bila tidak, berpotensi terjadi ketersinggungan dan salah paham akibat perbedaan cara berkomunikasi.
"Bayangkan kalau di kantor cuma ditanya 'kamu udah bikin laporan?' 'Udah, pak', 'kapan?' 'Kemarin, pak'. Terus gak ada story telling-nya, gak ada kemampuan mendeskripsikan perjalanan cerita yang berhubungan dengan data, tentu lawan bicara bisa saja tersinggung," tutur Erwin.
Dia menyampaikan bahwa berkomunikasi secara langsung tidak bisa disamakan dengan bicara lewat pesan melalui ponsel yang mengandalkan emoji. Karena, emoji tersebut hanya berupa simbol, sedangkan bicara secara langsung secara tatap muka memerlukan koneksi yang lebih dalam.
"Ketika berhubungan dengan antar manusia kita tidak hanya perlu kata pendek, tapi juga perlu koneksi, perlu kemampuam untuk menarasikan, konkreat pikiran kita jadi cerita yang menarik," pungkasnya.
Baca Juga: Pantas Anies Dicintai Gen Z di TikTok, Videonya Ajari Anak untuk Hal Sekecil Ini Bisa jadi Alasannya
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
5 Rekomendasi Sepatu Lari 10K yang Empuk dan Ringan, Harga Terjangkau
-
Mengenal Apa Itu Parfum Feromon, Benarkah Bisa Bikin Lawan Jenis Tergoda?
-
10 Destinasi Pendakian Terbaik di Jawa Tengah untuk Petualang Sejati
-
Apa Saja Isi UU KUHAP yang Baru? Ini 14 Substansi Utamanya
-
20 Contoh Soal Ekonomi TKA SMA dan Jawabannya, Pemahaman Konsep Mikro, Makro dan Kerja Sama Ekonomi
-
5 Rekomendasi Sepatu Running Tahan Air, Rahasia Kuat Olahraga saat Musim Hujan
-
Kekayaan Rospita Vici Paulyn yang 'All-Out' Jadi Ketua Sidang Ijazah Jokowi
-
5 Rekomendasi Foundation di Bawah Rp50 Ribu untuk Remaja, Makeup Tampak Natural
-
5 Tinted Sunscreen di Bawah Rp40 Ribu, Solusi Warna Kulit Tidak Merata dan Noda Hitam
-
5 Rekomendasi Lipstik Waterproof untuk Bibir Hitam yang Anti Luntur