Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap sebab sulitnya menambah jumlah alat kesehatan alias alkes lokal, karena masih sedikit masyarakat yang menggunakannya di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.
Fakta ini dijelaskan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Dr.Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS yang mengharapkan alkes buatan dalam negeri bisa digunakan dengan efisien.
"Kalau volume penggunaan makin tinggi, semakin efisien kan, oleh karena itu dengan produksi dalam negeri, dengan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) tinggi, kita akan meningkatkan volume penggunaan produk dalam negeri," ujar Lucia dalam acara peluncuran Mobile X-Ray dan Dialyzer oleh PT Forsta Kalmedic Global di Jakarta (9/9/2024)
Lucia menjelaskan jika saat ini jumlah alkes lokal masih berada di angka 20 persen dari total yang dibutuhkan. Dari angka tersebut mayoritas alkes lokal yang mampu dibuat masih dengan yang berteknologi rendah hingga sedang.
"Alkes yang diproduksi dalam negeri itu baru 20 persen, selebihnya masih impor, terutama alkes dengan teknologi tinggi. Tapi perkembangan sangat signifikan, meningkat tajam, peningkatan alkes produksi dalam negeri, dalam 3 tahun ini pertumbuhannnya 15 persen, harapannya kita makin banyak," papar Lucia.
Di sisi lain alkes lokal dengan teknologi menengah hingga tinggi jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia. Sehingga alkes seperti CT Scan, MRI, hingga peralatan operasi merupakan produk impor.
Namun kata Lucia, ia terus mendorong produsen lokal mau membuat alkes langsung di dalam negeri, dan tidak sekadar menjadi importir lalu mendistribusikannya di Indonesia.
Kemenkes juga mendorong menyerapan alkes lokal ini bisa maksimal di masyarakat sehingga industri dalam negeri bisa terus berjalan dan berputar. Inilah sebabnya ia memerlukan bantuan BPJS Kesehatan.
"Ini tentu saja dengan bantuan BPJS Kesehatan," ungkap Lucia langsung di samping Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti.
Adapun Indonesia sendiri punya target pada pada akhir 2029 mendatang, sebanyak 80 persen alkes yang digunakan hasil buatan dalam negeri dan hasil karya anak bangsa.
Di sisi lain, fakta sulitnya buat alkes lokal juga diungkap Direktur PT Forsta Kalmedic Global, Yvone Astri Della Sijabat yang menceritakan di balik proses pembuatan Dialyzer RenaCare. Meski TKDN-nya sangat tinggi namun ada komponen yang sulit didapat, yakni bagian fiber karena harus melibatkan pabrik bahan kimia dengan kapasitas sangat besar.
"Kita cukup yakin TKDN (dialyzer) sangat tinggi, karena semua komponen itu bisa didapatkan dari lokal, tinggal fiber (di bagian dalam), karena itu industrinya udah termasuk industri kimia yang harus running dengan kapasitas set up bisa 10 hingga 12 juta unit per tahun, sementara konsumsi (penggunaan) nasional kita belum sampai ke situ," jelas Yvone.
Inilah sebabnya, perusahaan yang di bawah naungan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) sebagai produsen perlu produknya diserap, sehingga peneliti, tenaga kerja, komponen dalam negeri bisa semakin diberdayakan.
"Jadi dengan semakin banyaknya pasien cuci darah yang dilayani oleh BPJS, dan ekonomi semakin efektif dan berputar, harapannya adalah begitu volume naik, banyak pasien terlayani bisa bangun pabrik untuk fibernya ke depan," paparnya.
Perlu diketahui dialyzer adalah bahan habis pakai alias consumables penting dalam tindakan hemodialisis atau cuci darah untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal secara drastis.
Berita Terkait
-
Terkuak! Kasus Bullying Mahasiswa Kedokteran Terbanyak di RSUP Kandao Manado, Kemenkes: Rata-rata yang Pegang Pisau
-
5 Fakta Vaksin MPOX: Sudah Dapat Izin WHO dan BPOM
-
Kemenkes Sebut Bullying Di Kalangan Mahasiswa Kedokteran Jadi Kebiasaan, Laporan Sampai 1.600 Kasus
-
Menkes Dipolisikan Buntut Kasus Bullying PPDS Undip, Dirjen Yankes: Biarin Aja, Ngapain Pusing-pusing
-
Gawat! Setengah Juta Lebih Kasus Perundungan Dokter Terjadi di Rumah Sakit, Kemenkes RI Bongkar Fakta Mengejutkan
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Rekomendasi Sepatu Lari yang Empuk dan Ringan untuk Pemula
-
Link Download Logo Hari Guru Nasional 2025 Kemendikdasmen, Versi Berwarna dan Hitam-Putih
-
5 Rekomendasi Warna Lipstik untuk Bibir Pucat agar Tampak Lebih Segar
-
Promo Superindo Hari Ini: Katalog Diskon Terbaru 14-16 November 2025 Minyak hingga Popok
-
Beda Silsilah Keluarga Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi, Siapa Pantas Jadi Raja Solo?
-
Tema dan Link Download Logo Hari Guru Nasional 2025 Versi Kemenag: Format PNG, JPG dan PDF
-
5 Rekomendasi Cat Rambut untuk Hempaskan Uban Usia 50 Tahun ke Atas
-
4 Adu Potret Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi: Rebutan Jadi Raja Solo PB XIV
-
5 Rekomendasi Sampo Terbaik untuk Kulit Kepala Dermatitis Seboroik
-
Diam-diam Berjuang Keras, 5 Shio Diprediksi Hoki Besar di Akhir 2025