Suara.com - Pemadani rupanya bukan sekadar alas duduk atau pemanis interior dalam tata ruang. Jauh dari abad ke-4 permadani sudah menjadi sebuah karya seni dan memiliki unsur budaya kuat yang tak ternilai maknanya.
Selembar permadani bisa menjadi koleksi seni yang memesona dan memberikan pengetahuan tentang karakter tenunan, desain, hingga gaya hidup.
Dalam diskusi bertajuk “Menjaga Budaya dan Seni Permadani Persia di Indonesia”, Pakar Kajian Persia sekaligus Dosen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI), Bastian Zulyeno, Ph.D., mengatakan permadani adalah seni kerajinan tenun tangan Persia yang tertua di dunia.
“Seni masyarakat mana pun berakar pada adat istiadat dan tradisi masyarakat tersebut, yang disempurnakan seiring berjalannya waktu. Karpet atau permadani adalah salah satu simbol terpenting cita rasa, seni, dan keindahan masyarakat Persia," ungkap Bastian Zulyeno saat ditemui di butik Alhamd Karpet, di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2024).
Motifnya yang abstrak dan menawan, bukan sekadar pola warna-warni untuk mengisi ruang kosong, namun kata dia setiap garis dan warna di setiap liku-liku merupakan simbol makna dari konsep Timur.
Karpet tenunan tangan Persia tertua ditemukan pada tahun 1949 pada penggalian tahap kedua oleh arkeolog Rusia Rudenko di wilayah Pazyryk, Siberia dan diberi nama karpet Pazyryk.
Dalam buku yang diterbitkannya di Rusia pada tahun 1953, Rudenko menulis penjelasan rinci tentang karpet yang tidak tertutup dan dengan jelas menyatakan bahwa itu adalah karya penenun Persia sekaligus menjadi karpet tertua di dunia.
"Sejarah karpet ini dapat dilihat dari bentuk penunggang kudanya. Cara menampilkan kuda perang yang dipunggungnya dibentangkan karpet sebagai pengganti pelana dan kain di dada kudanya merupakan ciri khas bangsa Asyur/Asiria, kelompok suku asli Timur Tengan di wilayah Mesopotamia," katanya.
Tenun karpet mencapai tingkat keindahan dan teknik yang sangat tinggi. Kemakmuran industri ini mungkin bertepatan dengan pemerintahan Ghazan Khan di Persia (1295-1307 M).
Namun puncak kejayaan karpet klasik Iran yang dikenal dengan renaisans karpet Iran tercatat pada masa Kesultanan Safawi (1499-1722 M), khususnya pada masa pemerintahan Syah Tahmasab I (1524-1587 M) dan Syah Abbas Kabir. (1587-1629 M).
Sejak era ini, sekitar 3000 karpet telah dilestarikan di museum-museum besar dunia atau koleksi pribadi. Selama periode ini, pusat-pusat kerajianan karpet dibangun di sebelah istana raja-raja, sepereti di Tabriz, Isfahan, Kashan, Mashhad, Kerman, Joshghan, Yazd, Estrabad, Herat, Shirvan, Karabagh, dan Gilan.
Kata dari bahasa Arab untuk karpet berarti permadani yang dapat dihamparkan yang dibentangkan di atas tanah untuk memberikan kedamaian bagi mereka yang duduk di atas karpet seperti halnya bumi/tanah, yang ciri-ciri inherennya adalah ekspansi, keibuan, dan buaian.
Di sisi lain, bumi adalah gambaran langit. Oleh karena itu, karpet merupakan cerminan singgasana. Tenun karpet tidak diragukan lagi merupakan salah satu perwujudan budaya dan seni Iran yang paling menonjol. Identitas nasional orang Iran terkait dengan tenun karpet. Hari Karpet Nasional diperingati setiap tanggal 22 Mei.
Dalam kesempatan yang sama, Pakar Tekstil dan Dosen Seni Rupa Prodi Kriya Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Dr. Lucky Wijayanti, M. Sn., menyampaikan, dalam perkembangannya karpet dianggap sebagai industri mewah.
“Karpet seolah representasi kemewahan. Dalam unsur budaya Timur Tengah. Permadani sebagai barang seserahan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan. Permadani sebagai karya seni yang dikoleksi, karena: artistic, mempesona, dan karakter yang unik,” ujar Lucky Wijayanti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Rahasia Kulit Glowing Bak Bintang Korea Terungkap: Teknologi Tanpa Sakit Ini Jadi Kunci!
-
6 Sunscreen Mengandung Vitamin C untuk Lawan Penuaan Dini, Kulit Auto Glowing!
-
Berapa Biaya Nginap di Plataran Bromo? Wisata Lokal Rasa Luar Negeri ala Nikita Willy
-
Inilah 3 Zodiak Paling Beruntung 26 Oktober 2025, Kamu Salah Satunya?
-
Padel dan Gaya Hidup Urban: Kolaborasi Unik Hadirkan Destinasi Baru di Gading Serpong
-
Kapan Musim Rambutan Datang? Viral Cuitan Tahun 2025 Belum Makan Rambutan
-
Styles Asikfest 2025: Rayakan Kreativitas dan Gaya Hidup Kekinian di Satu Festival Seru
-
5 Shio Paling Beruntung Minggu, 26 Oktober 2025: Siap-Siap Dapat Rezeki Nomplok!
-
Kolaborasi dan Musik Jadi Satu: Hearts2Hearts Bikin Jingle Iklan Shopee 11.11 Big Sale Makin Meriah
-
7 Sepatu Running Nyaman Alternatif Adidas dan Nike: Cocok untuk Wanita Dewasa Muda, Anti Pegal