Suara.com - Pernahkah kamu mengalami kebingungan lalu menunda-nunda saat harus mengambil keputusan, baik yang kecil maupun besar yang menentukan arah hidup seperti karier dan hubungan? Perlu diketahui, ada julukan tersendiri bagi perilaku tersebut, yakni FOBO atau Fear of Better Option.
Fenomena psikologis ini cukup umum terjadi di era modern yang penuh pilihan seperti sekarang, tapi belum banyak disadari orang-orang.
Istilah FOBO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis dan investor asal Amerika Serikat, yang juga menciptakan istilah Fear of Missing Out (FOMO).
Pengertian FOBO
McGinnis mengatakan bahwa FOBO adalah saudara kembar FOMO yang berbahaya. Sebab perilaku ni membuat seseorang tidak berkomitmen pada pilihan apa pun jika ada peluang lain yang lebih optimal.
Dalam pengertiannya, FOBO adalah ketakutan untuk membuat keputusan karena selalu merasa bahwa ada pilihan lain yang lebih baik di luar sana. Orang yang mengalami FOBO cenderung menunda-nunda keputusan atau bahkan tidak membuat keputusan sama sekali karena terus mencari opsi terbaik yang belum tentu ada. Mereka terus menimbang-nimbang dan sulit merasa puas dengan satu pilihan.
Contohnya, seseorang ingin membeli smartphone baru. Ia sudah membandingkan berbagai merek dan model, namun setiap kali hampir membuat keputusan, ia membatalkannya karena berpikir, "Bagaimana kalau besok ada model yang lebih bagus dan lebih murah?" Akibatnya, ia tidak pernah membeli apa pun.
Singkatnya, seseorang yang FOBO akan menunda pengambilan keputusan selama mungkin untuk berjaga-jaga jika sesuatu benar-benar terjadi.
Penyebab FOBO
McGinnis mengemukakan bahwa FOBO bukanlah perilaku manusia yang baru. Perasaan tersebut secara biologis merupakan bagian dari diri kita. "Saya menyebutnya biologi keinginan untuk menjadi yang terbaik. Nenek moyang kita sejuta tahun yang lalu diprogram untuk menunggu yang terbaik karena itu berarti mereka lebih mungkin untuk berhasil," ungkap McGinnis, dikutip dari laman Darius Foroux, Jumat (11/4/2025).
Namun, adopsi teknologi canggih dan internet yang meluas telah mempercepat FOMO dan FOBO. Kita sekarang dapat dengan mudah membandingkan diri kita dengan orang lain (yang memunculkan perasaan FOMO) dan membanjiri diri kita dengan pilihan-pilihan (yang mengarah pada FOBO)
Baca Juga: Quiet Quitting Karyawan sebagai Bentuk Protes Kepada Perusahaan
Gejala FOBO
Gejala FOBO yang perlu diwaspadai antara lain.
- Menolak untuk menerima pilihan yang ada di depan mata.
- Mengutamakan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain.
- Menunggu hingg memiliki sebanyak mungkin pilihan yang tersedia sebelum melangkah maju.
- Menjalani hidup dengan asumsi "mungkin", dan menjalankan hidup berdasarkan asumsi "nanti saya kabari lagi".
- Menghilang saat tiba waktunya untuk menuntaskan rencana.
- Membatalkan rencana di menit terakhir demi pilihan lain yang lebih menjanjikan.
Mengatasi FOBO, Apa yang Bisa Dilakukan?
Jika kamu melihat diri sendiri mengalami gejala FOBO, jangan panik. Menyadari diri terjebak dalam FOBO sudah merupakan langkah maju yang besar.
Untuk mengambil tindakan demi tidak terjebak dalam FOBO terlalu parah, berikut beberapa hal yang direkomendasikan.
1. Lupakan Kesempurnaan
tidak akan selalu mendapatkan pilihan terbaik. Dan itu tidak apa-apa! Seperti yang pernah dikatakan Salvador Dali, "Jangan takut akan kesempurnaan — Anda tidak akan pernah mencapainya." Mengejar pilihan yang sempurna hanya membuang-buang waktu dan energi. Sebaliknya, fokuslah pada 3–4 hal utama yang benar-benar penting bagimu sebelum mengambil keputusan. Setelah hal-hal tersebut terpenuhi, mungkin sudah waktunya untuk melangkah maju.
2. Katakan "Tidak" saat Perlu
Mengatakan "mungkin" hanya untuk menghindari pengambilan keputusan biasanya tidak akan menghasilkan apa-apa. Jujurlah pada diri sendiri dan orang lain. Tidak apa-apa untuk mengatakan "tidak" dan terus maju. Jangan terjebak dalam keraguan.
3. Perhatikan sekitar
Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Bersikaplah tegas, baik, dan hormat. Jika kamu benci diabaikan atau ditunda, jangan lakukan itu kepada orang lain. Kebiasaan FOBO juga dapat memengaruhi orang-orang di sekitarmu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
5 Rekomendasi Sepatu Lokal Suede Mirip Adidas Gazelle, Gaya Klasik buat Daily Outfit
-
Terpopuler: Ridwan Kamil Digugat Cerai, Istri Dito Ariotedjo Anak Siapa?
-
5 Cara Memilih Sepatu Lari yang Nyaman untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera
-
UMA: 'Rumah Seni' di Museum MACAN yang Mengajak Anak Menyentuh, Merasakan, dan Bergerak!
-
40 Ucapan Selamat Natal Sopan untuk Atasan, Profesional dan Tulus Menyentuh Hati
-
Makan Anggur di Bawah Meja Saat Tahun Baru, Ritual Sejak 1882 Dipercaya Mengundang Jodoh
-
5 Sepatu Flat Shoes Wanita Branded Murah, Kualitas Premium Harga Kaki Lima
-
10 Rekomendasi Kado Natal dan Tahun Baru yang Paling Berkesan
-
Belanja Penuh Kejutan, Mystery Box Ala Gopang Kini Lagi Hits di Indonesia
-
7 Cara Mengurangi Waktu Bermain Media Sosial Tanpa Terasa Menyiksa