Suara.com - Krisis iklim sudah terjadi, dan dampaknya makin terasa. Sayangnya, generasi muda—bahkan yang belum lahir—akan jadi yang paling terkena imbasnya.
Ini memang tidak adil. Tapi daripada terus bertanya “apa yang akan terjadi?”, lebih baik kita fokus ke hal yang bisa kita lakukan sekarang: bagaimana mempersiapkan mereka? Bagaimana cara mengajak anak-anak dan remaja bicara soal lingkungan tanpa menakut-nakuti? Bagaimana membesarkan mereka agar peduli, paham, dan mau bertindak demi bumi yang lebih baik?
Jawabannya dimulai dari hal yang sederhana: percakapan.
Kolaboratif, Bukan Menggurui
Damon Gameau, pembuat film dokumenter 2040, menyoroti akar masalah sistem yang kita bangun hari ini gagal menghargai alam.
“Dengan sangat cepat, anak-anak tidak didorong untuk peduli. Mereka didorong untuk mencoba dan mengekstraksi dan menaklukkan dan menang dan bersaing,” katanya seperti dikutip dari The Guardians.
Tapi ini bukan akhir cerita. Anak-anak belajar dari contoh. Kepedulian, empati, dan rasa tanggung jawab bisa ditanamkan melalui model yang konsisten, pendidikan yang terbuka, dan percakapan yang tulus.
Susy Lee, penulis Raising Kids Who Care, mengatakan bahwa langkah pertama adalah menyadari nilai apa yang ingin kita ajarkan. Bukan sekadar menyuruh hemat listrik atau buang sampah pada tempatnya, tapi menanamkan gagasan bahwa kemurahan hati dan kasih sayang adalah kunci kebahagiaan.
Kuncinya rasa ingin tahu dan sikap positif. Dengarkan lebih banyak, bicara lebih sedikit. Libatkan mereka dalam diskusi—bukan ceramah.
Baca Juga: Krisis Iklim Mencuri Masa Depan: Generasi Muda Jadi Korban Utama Bencana Alam
Tanyakan, “Menurut kamu, kita bisa bantu apa ya buat lingkungan sekitar kita?”
Ubah Kepedulian Jadi Aksi
Percakapan yang baik tak berhenti di meja makan. Ia berkembang lewat tindakan nyata.
Ajak anak-anak berdiskusi tentang pilihan-pilihan hidup: apakah kita sebaiknya beli mobil listrik? Apakah kita mau menyumbangkan uang ke komunitas lokal? Kapan terakhir kita berbicara dengan anggota parlemen tentang isu lingkungan?
Anak-anak muda sudah tahu dunia sedang tidak baik-baik saja. Survei internasional bahkan menunjukkan hampir 60% dari mereka merasa sangat khawatir tentang masa depan lingkungan. Maka, tak perlu menutupi kenyataan. Bantu mereka mengenali dan memproses rasa marah, sedih, dan takut. Validasi emosi mereka.
Tapi juga, tunjukkan bahwa selalu ada ruang untuk harapan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
40 Ucapan Selamat Natal Sopan untuk Atasan, Profesional dan Tulus Menyentuh Hati
-
Makan Anggur di Bawah Meja Saat Tahun Baru, Ritual Sejak 1882 Dipercaya Mengundang Jodoh
-
5 Sepatu Flat Shoes Wanita Branded Murah, Kualitas Premium Harga Kaki Lima
-
10 Rekomendasi Kado Natal dan Tahun Baru yang Paling Berkesan
-
Belanja Penuh Kejutan, Mystery Box Ala Gopang Kini Lagi Hits di Indonesia
-
7 Cara Mengurangi Waktu Bermain Media Sosial Tanpa Terasa Menyiksa
-
Jajan KFC Kini Makin Mudah Pakai Paylater, Cek Caranya Biar Dapat Promo!
-
Cara Menghitung Pace Lari dan Contoh, Kamu Sudah Race atau Masih Easy Pace?
-
Mengenal Dry Brushing: Tren Kecantikan yang Mengubah Kulit Anda!
-
Dokter Estetika Korea: Kulit Sehat Jadi Tren Baru Perawatan Kecantikan, Kenapa?