Lifestyle / Komunitas
Kamis, 18 September 2025 | 10:24 WIB
Ilustrasi memilah sampah. (Pexels)

Suara.com - Padang menghasilkan lebih dari 640 ton sampah setiap hari. Sebagian besar berakhir di TPA, sebagian kecil didaur ulang, dan sisanya mengotori sungai hingga pantai. Dengan penduduk lebih dari 900 ribu jiwa, masalah ini terus membesar.

Selama ini, pola pengelolaan sampah di kota ini hanya kumpul-angkut-buang. Itu sebabnya, upaya mengubah perilaku warga menjadi kunci agar Padang bisa mencapai target nasional pengelolaan sampah.

Program ISWMP hadir dengan pendekatan dari hulu ke hilir. Tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memperkuat regulasi, kelembagaan, dan partisipasi masyarakat.

Wali Kota Padang, Fadly Amran, menegaskan, “Ke depan, masyarakat harus terus memilah sampah dari rumah. Kota ini tidak akan pernah bersih kalau masyarakat tidak terlibat langsung.” Karena itu, warga RW 02 Parupuk Tabing dipilih menjadi pilot project. Selama tiga bulan, 250 keluarga di kawasan ini didampingi untuk belajar memilah sampah.

Memilah sampah. (Dok. Istimewa)

Langkahnya sederhana ember bekas untuk memisahkan organik, anorganik, dan residu. Lima unit komposter drum dibagikan. Sampah organik diolah bersama, anorganik disalurkan ke pemulung, residu tetap diangkut petugas.

Sebelum program, sampah rumah tangga bercampur begitu saja. Setelah tiga bulan, 22% warga mulai memilah sampah dari rumah. Angka ini masih di bawah target nasional, tapi menjadi awal yang berarti.

Perubahan kecil ini memunculkan ide baru. Warga mulai memakai komposter rumah tangga, bahkan koperasi masjid RW 02 mengusulkan rumah maggot sebagai solusi jangka panjang. Inisiatif ini diharapkan tak hanya mengurangi sampah, tapi juga membuka peluang ekonomi warga.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Banyak warga menganggap memilah sampah merepotkan. Edukasi pun terbatas karena jumlah kader lapangan sedikit. Sistem pengangkutan LPS belum sepenuhnya mendukung pemilahan, sementara kepercayaan pada bank sampah rendah. Untuk mengatasi hambatan ini, kader edukasi ditambah, kolaborasi dengan pemulung diperkuat, dan insentif bagi warga yang disiplin memilah mulai diuji coba.

Dari satu RW, program ini akan diperluas ke 16 kelurahan prioritas. Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan ikut terlibat agar pesan memilah sampah bisa ditanamkan sejak dini di keluarga.

Baca Juga: Harus Ada TPA Terpadu di PIK usai Ada Sanksi dari KLHK

Targetnya, 20% warga Padang aktif memilah atau jadi nasabah bank sampah. Pemerintah kota kini juga menyiapkan regulasi agar gerakan ini punya dasar hukum kuat dan bisa berlanjut.

Kepala BPBPK Sumatera Barat, Maria Doeni Isa, menekankan pentingnya dukungan semua pihak. Ia mengingatkan, “Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama. Jika tidak ditangani, akan berdampak pada kesehatan masyarakat dan memperbesar risiko bencana banjir.”

Dari Parupuk Tabing, sebuah perubahan kecil menunjukkan jalan. Kebiasaan memilah sampah yang dulu nyaris tak ada, kini mulai tumbuh. Harapannya, langkah sederhana warga ini bisa menjadi fondasi bagi Padang menuju kota nol sampah.

Load More