Kekayaan Tony Blair yang Ditunjuk Jadi Pemimpin Sementara Gaza

Suara.com - Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris 1997 hingga 2007, kembali menjadi sorotan internasional. Hal ini dipicu oleh rencana Presiden AS Donald Trump yang menunjuk Tony Blair menjadi pemimpi transisi Gaza.

Dalam proposalnya, Trump hendak membentuk Gaza International Transitional Authority (GITA). Badan ini bertugas mengawasi rekonstruksi dan pemerintahan sementara di wilayah Gaza usai porak-poranda akibat serangan Israel.

Rencana ini sedang diajukan kepada pemimpin Arab dan Israel, dengan Tony Blair diusulkan sebagai ketua dewan pengawas GITA.

Hal ini tentu memicu kontroversi, mengingat rekam jejak Tony Blair yang cukup kontroversial di Timur Tengah.

Apalagi, Tony Blair kerap dikritik karena sering memanfaatkan koneksi politiknya untuk memperkaya diri. Lantas, berapa harta kekayaan Tony Blair yang mau dijadikan pemimpin Gaza?

Harta Kekayaan Tony Blair

Setelah pensiun dari politik, Tony Blair mendirikan Tony Blair Institute for Global Change, sebuah organisasi nirlaba yang memberikan konsultasi kepada pemerintah dunia tentang reformasi dan pembangunan.

Nah, organisasi ini menjadi salah satu sumber kekayaannya.

Pada 2025, estimasi harta kekayaan Tony Blair dilaporkan mencapai $60 juta atau setara dengan Rp900 miliar (berdasarkan kurs saat ini).

Baca Juga: Erdogan Klaim Pertemuan dengan Trump Hasilkan Kemajuan, Apa Saja yang Dibahas?

Sumber kekayaan utamanya bisa didapat dari biaya pidato yang mahal.

Usut punya usut, Blair pernah dibayar hingga Rp10 miliar per sesi konsultasi untuk perusahaan multinasional seperti JPMorgan Chase dan Zurich Financial Services, serta investasi properti.

Blair dan istrinya, Cherie Booth, juga memiliki portofolio properti senilai lebih dari £30 juta atau Rp670 miliar. Harta ini termasuk rumah mewah di London dan properti lain di Inggris.

Beberapa sumber bahkan memperkirakan kekayaan gabungan keluargan Blair mencapai £50-100 juta (Rp1,12-2,24 triliun), dengan kontribusi dari putranya, Euan Blair, yang mendirikan perusahaan edutech Multiverse bernilai miliaran dolar.

Kritikus sering menuduh Blair memanfaatkan koneksi politiknya untuk memperkaya diri.

Sebagai contoh, setelah mundur dari PM Inggris, Blair menjadi penasihat bagi rezim otoriter seperti Kazakhstan. Perannya ini membuat ia dibayar jutaan dolar untuk konsultasi.