Suara.com - Pose jempol menjadi pose pemersatu kala Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump bersua di sebuah acara membahas nasib Gaza di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Republik Arab Mesir, Senin (13/10/2025).
Keduanya ikut membahas gencatan senjata untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza, Palesrina.
Adapun acara tersebut juga turut dihadiri berbagai tokoh pemimpin negara Timur Tengah seperti Presiden Republik Arab Mesir, Abdel Fattah El-Sisi, Presiden Republik Turkiye Recep Tayyip Erdogan, dan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani.
Pose jempol tersebut juga disertai dengan pujian Trump ke Prabowo atas sikapnya terhadap nasib Gaza.
Prabowo dinilai serius dalam mewujudkan perdamaian antara kedua belah pihak dengan upaya diplomasi.
"Bersama dengan kita adalah Presiden Prabowo, sosok luar biasa dari Indonesia," kata Trump kala bertemu dengan Prabowo.
Komentar demi komentar datang dari warganet lantaran keduanya memakai pose jempol yang seakan-akan identik dengan bapak-bapak.
Namun secara historis, makna pose jempol tak sekadar pose bapak-bapak yang iseng dan mati gaya.
Mari simak bersama sejarah dan makna pose jempol yang dipakai sepanjang sejarah.
Baca Juga: Bocor, Apa Isi Percakapan Prabowo dan Trump yang Jadi Sorotan Media Inggris?
Diduga berasal dari Romawi Kuno: Menentukan nasib seorang gladiator
Beberapa sumber historiografi menemukan teori bahwa pose jempol dipakai seorang kaisar Romawi atau pemimpin besar lainnya menghadiri sebuah pertandingan gladiator untuk menentukan nasib para petarung.
Petarung atau gladiator umumnya bertarung hingga musuh tewas atau tak mampu melawan.
Ketika seorang petarung telah berhasil dilumpuhkan, maka sang kaisar punya wewenang dan kuasa untuk menghentikan pertandingan sementara.
Sang kaisar dihadapkan dengan dua pilihan, yakni mengangkat ibu jari hingga ujungnya menghadap ke atas atau ke bawah.
Ibu jari atau jempol dengan ujung menghadap ke atas menandakan bahwa sang kaisar memberikan kesempatan bagi petarung untuk hidup.
Sebaliknya, ibu jari dengan ujung ke bawah berarti musuh berhak menghabisi nyawa seorang petarung yang telah lumpuh.
Konon, gestur tersebut dipercayai dibawa oleh peradaban Romawi di luar pertandingan gladiator.
Jempol ke atas akhirnya menjadi simbol afirmasi positif atau respon setuju terhadap suatu hal.
Mendarah daging di DNA manusia
Ada juga teori yang menyatakan bahwa memang pose jempol sebagai afirmasi positif telah mendarah daging di DNA manusia sebagai spesies yang cerdas.
Manusia punya kecenderungan secara insting untuk mengangkat ibu jari mereka ketika hendak menyetujui sesuatu.
Teori tersebut diteliti oleh zoolog dan etolog Desmond Morris dalam bukunya Gestures: Their Origins and Distribution.
Buku tersebut menelusuri praktik mengangkat jempol kembali ke kebiasaan abad pertengahan yang digunakan untuk menyegel transaksi bisnis.
Simbol angkat jempol menandakan bahwa seorang pedagang setuju untuk melakukan transaksi dengan kesepakatan yang ia buat dengan klien atau pedagang lain.
Seiring waktu, jempol yang terangkat mulai melambangkan keharmonisan dan perasaan baik, yang berasal dari penyegelan kesepakatan.
Dipakai kala perang
Simbol atau gestur angkat jempol juga menjadi lambang dari kata 'oke' yang dipakai pada Perang Dunia I dan II.
Buku Over the Top karya Arthur Guy Empey menjelaskan bahwa acungan jempol adalah ungkapan tentara Inggris "Tommy's expression" yang berarti "semuanya baik-baik saja" "everything is fine with me".
Tak semua budaya memandang pose jempol positif
Berkaca dari beberapa sumber historis di atas, pose jempol berarti setuju atau suka dengan sesuatu.
Penting untuk diingat bahwa di beberapa negara seperti Iran, Irak, Afghanistan, dan beberapa bagian Afrika Barat menganggap acungan jempol sebagai penghinaan kasar yang setara dengan mengacungkan jari tengah di budaya Barat.
Alhasil, pose ini harus dipakai sesuai dengan kebudayaan dan peradaban tempat tertentu.
Kontributor : Armand Ilham
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Tahan Air dengan Sertifikat IP, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
5 Opsi Earphone untuk Lari: Waterproof dan Ringan Dipakai, Harga Mulai Rp 40 Ribuan
-
Download Logo Hari Santri 2025 Versi PNG hingga JPG, Klik Link Berikut
-
3 Zodiak Akan Merasakan Kebahagiaan Mulai 15 Oktober 2025
-
5 Sepatu Lari Adidas Terbaik yang Empuk, Lembut, dan Nyaman
-
Oven Bau? Jangan Panik! Rahasia Dapur Hilangkan Bau Tak Sedap dengan Bahan Alami
-
AI Makin Dekat dengan Kehidupan Sehari-Hari, Tapi Bagaimana dengan Keamanannya?
-
6 Shio Paling Beruntung Besok Rabu 15 Oktober 2025
-
5 Pilihan Sunscreen yang Bagus untuk Usia 30-an, Lindungi Kulit dari Penuaan Dini
-
Bolehkah Santri Ngecor Bangunan? Ini Kata Menteri Agama Nasaruddin Umar
-
Profil Pesantren Lirboyo: Sejarah, Pendiri, Alumni hingga Biaya Masuk