Lifestyle / Komunitas
Selasa, 18 November 2025 | 08:09 WIB
Teras Main Indonesia, Ruang Belajar Nilai Pancasila Lewat Permainan Tradisional (Dok. Istimewa)
Baca 10 detik
  • Festival Teras Main Indonesia mengajak anak kembali mengenal permainan tradisional sebagai sarana pembentukan karakter.
  • KPOTI menegaskan permainan tradisional menyimpan nilai Pancasila, gotong royong, dan kebersamaan yang perlu dihidupkan kembali.
  • Lewat permainan dari 33 provinsi, festival ini mendorong sekolah dan keluarga mengadopsi tradisi bermain sebagai bagian pendidikan karakter.

Suara.com - Di tengah derasnya arus digital yang mengubah cara anak-anak Indonesia bermain, permainan tradisional perlahan memudar dari ingatan. 

Padahal, di balik kesederhanaannya, permainan rakyat menyimpan nilai kebersamaan, sportivitas, dan karakter gotong royong yang selama ini menjadi jati diri bangsa. 

Menghidupkan kembali permainan tradisional bukan hanya soal nostalgia, tetapi juga upaya menjaga akar budaya sekaligus membentuk karakter generasi masa depan.

Kesadaran inilah yang melandasi Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) menghadirkan Teras Main Indonesia, sebuah festival permainan rakyat yang digelar di Selasar Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah. 

Acara ini menjadi ruang perjumpaan penting untuk menengok kembali kekayaan tradisi bermain yang kian jarang terlihat, namun memiliki peran besar dalam pertumbuhan karakter anak.

Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sekaligus Ketua Dewan Pengarah KPOTI, Dr. Rima Agristina, menegaskan bahwa Indonesia memiliki anugerah budaya yang tak ternilai, termasuk dalam tradisi bermain.

“Bukan saja keberagaman suku bangsa, tetapi juga kita diwariskan permainan dan olahraga tradisional, yang berdasarkan penelitian KPOTI, ada dari 2.600 permainan dan olahraga tradisional di Indonesia, terbanyak di dunia,” ujarnya. 

Rima juga menekankan bahwa permainan tradisional mengandung nilai-nilai Pancasila yang penting diwariskan kepada generasi muda. 

“Perlu kita lestarikan, perlu kita hidupkan kembali agar anak-anak kita, pewaris bangsa dan calon pemimpin masa depan, tumbuh dengan karakter Indonesia yang sesungguhnya, karakter Pancasila,” tegasnya.

Baca Juga: Tiap Meter Persegi di Jabodetabek Tercemar 4 Puntung Rokok, Perusahaan Ini Juaranya

Ketua Pelaksana Teras Main Indonesia, Dr. M. Zaini Alif, menggambarkan kondisi permainan tradisional yang kini makin terpinggirkan akibat digitalisasi.

“Anak-anak masa kini lebih akrab dengan gim digital daripada permainan seperti bentengan, kelereng, gobak sodor, atau congklak. Hilangnya tradisi bermain ini tidak hanya mengancam keberlanjutan budaya, tetapi juga mengikis nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi jati diri Bangsa,” ujarnya. 

Ia menambahkan bahwa karakter bangsa tumbuh sejak masa kanak-kanak, dan permainan tradisional adalah ruang pertama bagi anak untuk belajar bekerja sama, berinteraksi, dan memahami nilai kebersamaan. 

“Cara kita bermain, berinteraksi, dan mewariskan nilai menjadi fondasi penting bagi masa depan Indonesia,” katanya.

Festival ini menampilkan permainan dari 33 provinsi, mulai dari Bodu Bue Duk Doeng dari Aceh, Pacu Upiah dari Sumatera Barat, Balogo dari Kalimantan Selatan, hingga panahan khas Merauke dari Papua Selatan.

Pengunjung, baik anak-anak maupun orang dewasa diajak mencoba langsung permainan-permainan tersebut. Ritme interaksi yang lahir dari kerja sama, ketangkasan, dan tantangan fisik sederhana menghadirkan kembali suasana bermain yang hangat dan hidup. 

Load More