Suara.com - Sejumlah periset berhasil menguak arti simbol-simbol kuno pada lempengan batu berusia 3.200 tahun, yang disebut sebagai "salah satu teka-teki terbesar arkeologi Mediterania".
Lempengan kapur sepanjang 29 meter tersebut ditemukan pada tahun 1878 di tempat yang kekinian disebut sebagai Turki modern.
Prasasti tersebut, seperti diberitakan Independent, Selasa (10/10/2017), memuat simbol hieroglif tertua yakni berasal dari zaman Perunggu. Simbol itu dikalangan ilmuwan dikenal sebagai bahasa Luwian kuno.
Setelah berasil diterjemahkan, prasasti tersebut ternyata menjelaskan kehancuran zaman Perunggu di Mediterania yang saat itu sangat berkuasa dan merupakan peradaban maju.
Naskah tersebut menceritakan bagaimana sebuah armada kerajaan yang bersatu dari Asia Kecil di daerah utara menyerbu kota-kota pesisir di Mediterania timur.
Ini menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari semacam persatuan bajak laut, yang menurut para sejarawan berperan dalam runtuhnya peradaban Perunggu.
Periset memercayai, prasasti tersebut dibuat oleh komisi yang dibentuk Raja Kupanta-Kurunta pada 1190 Sebelum Masehi dan dikenal sebagai Mira.
Teks tersebut menunjukkan, kerajaan dan negara-negara Anatolia lainnya menginvasi Mesir kuno dan wilayah lain di Mediterania timur sebelum dan selama musim gugur Zaman Perunggu.
Baca Juga: Suami Pukuli Istri sampai Koma
Sebelum arti teks itu terpecahkan, arkeolog secara umum telama lama mengaitkan keruntuhan peradaban Mediterania dengan adanya indikasi serangan dari wilayah laut.
Namun, identitas dan asal penjajah yang oleh ilmuwan modern disebut "Orang Laut Trojan", telah membingungkan arkeolog selama berabad-abad.
Temuan baru ini merupakan hasil kerja tim arkeolog dan periset interdisipliner dari Swiss dan Belanda. Ketua tim ini adalah Dr Fred Woudhuizen, dan 20 orang yang memunyai kemampuan membaca bahasa Luwian kuno.
Lempeng batu kapur setinggi 35 sentimeter itu sendiri ditemukan tahun 1878 di desa Beyköy, 34 kilometer utara Afyonkarahisar di Turki modern.
Arkeolog Perancis George Perrot, menyalin prasasti tersebut sebelum batu itu digunakan oleh penduduk desa sebagai bahan bangunan untuk pondasi sebuah masjid.
Salinan prasasti itu kembali ditemukan oleh arkeolog Inggris, James Mellaart. Setelah kematiannya pada tahun 2012, James menyerahkan salinan prasasti itu kepada anaknya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Telah Terima Uang Pemerasan Rp4,05 Miliar, Ada yang Mengalir ke PKB?
-
Rumah Hakim Kasus Korupsi Anak Buah Bobby Terbakar, Begini Kata Polisi usai 2 Kali TKP
-
Hotman Paris Sebut Saksi Ahli CMNP Jadi 'Senjata Makan Tuan' dalam Sidang Sengketa NCD
-
Lagi Jadi Fokus Dirut Transjakarta, Kenapa Mode Share Transportasi Umum di Jakarta Baru 22 Persen?
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara
-
Tolak Soeharto Pahlawan, Cerita Pilu Penyintas Tragedi Tanjung Priok: Ditelanjangi di Markas Kodim
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
-
Momen Haru Jokowi Saksikan Pelepasan Jenazah Raja Solo PB XIII, Ribuan Warga Tumpah Ruah
-
7 Provinsi Terkorup di Indonesia Versi ICW: Riau dan NTT Jadi Pemuncak