Suara.com - Massimo Tamburini (70), salah seorang desainer sepeda motor terhebat di dunia, telah wafat beberapa hari lalu. Bagi yang belum tahu, sebagaimana dicatat situs Motorcycledaily.com, Tamburini adalah perancang Ducati 916, motor yang oleh banyak orang diakui sebagai sepeda motor terindah yang pernah ada. Lelaki kelahiran 28 November 1943 yang tinggal di San Marino, itu meninggal pada 5 April 2014 lalu, setelah dirawat beberapa bulan karena kanker paru-paru.
Salah seorang sobat dekatnya, Bruno de Prato, menuliskan di situs Cycleworld.com, bahwa Tamburini bakal dikenang sebagai salah seorang inovator terhebat dalam desain sasis sepeda motor, sekaligus juga seorang penata tampilan (stylist) yang luar biasa. Tamburini disebut memiliki anugerah kemampuan hebat di kedua tangannya, sekaligus semangat dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan.
"Tapi, di atas itu semua, dia akan selalu berada di hati orang-orang yang beruntung pernah mengenalnya, sebagai seorang lelaki dengan etika dan loyalti luar biasa, seseorang yang bicara terus terang, serta sudah dikenal sikap gentle-nya," tulis De Prato.
De Prato pun mencatat, kreasi pertama Tamburini adalah sebuah revisi total motor MV Agusta 750 Sport, yang dibuatnya pada tahun 1971 dengan rangka yang ia cetak sendiri. Dia pun terus bekerja seperti itu setelah mendirikan Bimota bersama dua rekannya, Morri dan Bianchi. Awalnya, Tamburini mendesain sasis yang memiliki batang diagonal kembar. Lalu ia pun menyempurnakan konsep suspensi belakang monoshock.
Setelah harus mengalami pengkhianatan rekannya, Tamburini lantas meninggalkan Bimota. Dia kemudian dipekerjakan oleh Claudio Castiglioni, pimpinan Cagiva Group, di mana MV Agusta dan Ducati termasuk di dalamnya. Di sanalah dia kemudian menghasilkan rancangan Paso 750, serta karyanya yang paling diakui, Ducati 916 --sebuah karya yang disebut De Prato sebagai "landmark yang tak terlampaui dalam desain superbike". Sementara, dua karya terakhirnya yang tercatat adalah MV Agusta F4 Brutale, serta F3 675.
Melalui catatan De Prato pula diketahui, penyakit Tamburini sebenarnya berawal pada November tahun lalu, ketika dia mengalami demam yang lantas berlanjut dengan batuk berat. Saat itulah baru sang desainer coba melakukan check-up, sebelum lantas diketahui ia mengidap kanker paru-paru. Sejak itu, Tamburini pun harus menjalani perawatan intensif, yang meski dilakukan di salah satu fasilitas medis terbaik dengan teknologi terlengkap di Italia, nyatanya tak juga mampu menyelamatkan nyawanya. (Cycleworld.com)
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Daihatsu Fellow, Mobil Mini Pertama Daihatsu dengan Mesin 2 Tak
-
9 Mobil Bekas Sedan Nyaman untuk Eksekutif Muda, Upgrade Gaya dengan Budget Terbatas
-
Pajak Mulai Sejuta, Harga Mirip Nmax: Intip Banderol Daihatsu Xenia Bekas dari tahun ke Tahun
-
Cuci Steam Bikin Motor Mogok? Ternyata Ini 1 Bagian yang Haram Disemprot Kencang!
-
Wuling Pede Pasar Mobil Listrik Indonesia akan Terus Alami Pertumbuhan
-
Update Harga Honda Scoopy November 2025: Beda Rp 800 Ribu, Ini Kunci Memilih Varian yang Tepat
-
5 Rekomendasi Motor Bebek Bekas buat Ojol: Harga 7 Jutaan, Pilih yang Irit atau Gesit?
-
Alasan Wuling Darion Bakal Jadi MPV 7-Seater Paling Dicari di 2025
-
7 Mobil Keluarga Irit BBM di Bawah Rp 100 Juta Nyaman untuk PP Luar Kota
-
Menguak Pajak Asli Denza D9 Tanpa Insentif, Lebih Mahal dari Alphard?