Suara.com - Pada 1 Desember 2021, muncul kabar bahwa Kawasaki dan Yamaha bergabung untuk mengembangkan dan memproduksi motor dengan mesin hidrogen.
Bukan tidak mungkin bahwa di masa yang akan datang, akan ada lini motor MT (Yamaha) atau Z (Kawasaki) yang ditenagai oleh bahan bakar hidrogen.
Dilansir dari Rideapart, geliat kemajuan kendaraan berbahan bakar hidrogen kian terasa usai perusahaan gas dan minyak mulai membangun infrastruktur untuk mendukung kendaraan tersebut.
Toyota dan Hyundai sudah menawarkan secara massal untuk menghasilkan kendaraan listrik sel bahan bakar (FCEV), tetapi arah produksi hidrogen saat ini berada di persimpangan jalan.
Saat ini, lebih dari 98 persen bahan bakar hidrogen diproduksi dengan proses yang disebut steam methane reforming.
Praktek ini mengharuskan produsen untuk memanaskan metana atau batubara dengan uap untuk mengekstraksi H2.
Langkah ini layak dilakukan lantaran hidrogen 2,6 kali lebih padat energi daripada gas alam.
Ketika digunakan sebagai sumber bahan bakar, hidrogen hanya mengeluarkan uap air, tetapi produksi hidrogen jauh lebih berbahaya bagi lingkungan.
Untuk membantu mengimbangi dampak tersebut, banyak perusahaan gas dan minyak berinvestasi dalam produksi hidrogen biru karena ketergantungan pada gas alam.
Baca Juga: Polisi Kejar Terduga Pelaku Pembunuhan Sadis Anggota Geng Motor di Bandung Barat
Proses "hidrogen biru" memisahkan hidrogen dalam gas dari karbon sehingga produsen dapat menangkap dan menyimpannya.
Sebaliknya, produksi "hidrogen hijau" menggunakan proses yang disebut elektrolisis, yang memisahkan atom hidrogen dan oksigen.
Namun, cara ini memaksa perusahaan untuk mengandalkan peralatan khusus.
“Hidrogen hijau pada dasarnya terkait dengan seberapa murah Anda dapat menghasilkan listrik bersih dan seberapa murah Anda dapat memproduksi elektroliser,” jelas analis kebijakan Inovasi Energi Daniel Esposito.
Terlepas dari rintangan tersebut, proyek hidrogen hijau telah tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Analis memperkirakan 350 proyek yang dijadwalkan hingga 2030 akan menerima 500 miliar dolar AS dalam bentuk subsidi dan pembiayaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
ACC Luncurkan Mobile Branch Berbasis Hilux Rangga Tingkatkan Pembiayaan di Tahun 2026
-
60 Juta Emang Dapet? Intip Harga Avanza Bekas Tahun ke Tahun Lengkap dengan Taksiran Pajak
-
Keluarga Baru Pilih Ayla atau Rocky? Simak Dulu Harga Mobil Daihatsu November 2025
-
Oli Motor Apa yang Cocok untuk Honda Scoopy? Ini Rekomendasinya
-
Capek Merasa Risau dengan Mutu BBM? Intip Dulu Daftar Harga Mobil BYD November 2025
-
Rekomendasi Mobil Bekas di Bawah Rp 100 Juta yang Bikin Anti Minder
-
Apa Bedanya SUV vs MPV? Ini 5 Rekomendasi Mobil 3 Baris untuk Keluarga Harga Rp100 Jutaan
-
BAIC Tambah Jaringan Dealer Nasional dengan Peresmian Dealer ke-15 di Jakarta Barat
-
Bingung Beli Pelumas Mesin? Ini 10 Rekomendasi Oli Motor untuk Honda Vario 160
-
3 Rekomendasi Mobil Keluarga Rp100 Jutaan yang Irit dan Aman Pakai BBM Oktan Rendah