Suara.com - Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Kementerian Agama mengadakan acara dengan tema “Moderasi Beragama dan Generasi Milenial” di Hotel Acacia Jakarta Pusat. Sebagai kekuatan yang menentukan masa depan Indonesia, generasi milenial menghadapi tantangan yang amat serius dalam isu radikalisme.
“Kaum milenial pada dasarnya memiliki citra lebih terdidik, terbuka, dan paham teknologi. Kita sedang menyongsong era beragama yang lebih humanistis dan universal. Dari sini hubungan interreligius tampaknya lebih positif di masa depan kita. Kemandirian generasi ini dalam memanfaatkan teknologi akan mendorong mereka menuju peremajaan keyakinan dan moderatisme beragama, terutama dengan mengajukan pertanyaan dan berpikir kritis,” jelas Rizky Riyadu Topek, Kasubag TU Puslitbang BALK Kemenag RI.
Kerentanan kaum milenial terhadap politik identitas yang begitu menjebak dalam beberapa tahun belakangan juga meresahkan. Untuk semua itulah kita perlu memperkuat kembali kepemilikan atas identitas kita yang sebenarnya, yaitu muslim Indonesia yang moderat, yang beragama secara ramah, toleran, dan menerima keanekaragaman.
“Kalangan milenial memiliki peran penting sebagai agen moderasi beragama. Millenial dapat mensosialisasikan muatan moderasi beragama di kalangan masyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun. Moderasi dalam beragama dapat terlihat melalui 4 indikator diantaranya adanya komitmen kebangsaan yang kuat, sikap toleran terhadap sesama, memiliki prinsip menolak tindakan kekerasan baik secara fisik maupun verbal serta menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia yang sangat beragama,” tambahnya.
Sementara itu, Ewaldus Bole, Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) merefleksikan dengan pertanyaan kritis.
“Ada satu pertanyaan reflektif untuk kita saat ini. Mengapa diperlukan suatu gerakan Moderasi Agama? Apakah persoalan terorisme dan radikalisme disebabkan oleh Agama? Bagi saya akar persoalannya adalah karena kultur politik kita yang lebih mementingkan kepentingan suara mayoritas masyarakat kita. Ruang politik tidak pernah dibangun atas dasar kepentingan bersama, melainkan atas kepentingan kelompok yang pada akhirnya melahirkan politik identitas. Jadi persoalan-persoalan tersebut bukan karena Agama. Agama-agama selalu mengajarkan perdamaian dan solidaritas bersama sebagai sesama manusia,” jelas pria yang biasa dipangil Aldo.
Menurutnya, yang tidak kalah penting adalah dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara kita harus memiliki pemahaman yang sama bahwa kita adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang latar belakang Agama, suku, ras, dan lain-lain.
Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan ternama. Narasumber kegiatan tersebut adalah Puslitbang BALK, Ewaldus Ewaldus Bole Presidium PP PMKRI, M. Irkham Thamrin PB PMII, Ai Rahmayanti Ketua Rumah Perempuan dan Anak, Jefry Gultom PP GMKI, dan Hariqo Wibawa Satria Direktur Eksekutif Komunikonten. Seluruh narasumber menyatakan moderasi beragama sangat penting dalam kehidupan bernegara.
“Kami mengapresiasi konsep moderasi beragama untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ungkap M. Irkham Thamrin Ketua Bidang Kegamaan PB PMII.
Baca Juga: Kemenag Sulsel Akan Bayarkan Rp7,186 Miliar Kekurangan Tukin Guru dan Pengawas PAI
Berita Terkait
-
Kemenag Sulsel Akan Bayarkan Rp7,186 Miliar Kekurangan Tukin Guru dan Pengawas PAI
-
Waspada Omicron, Kemenag Tangsel Anjurkan Ibadah Natal di Rumah: Konsekuensinya Luar Biasa
-
Pamer Potret Pohon Natal di Kantor Kemenag RI, Abu Janda: Baru di Era Gus Menteri, Keren!
-
Aturan Ibadah Natal 2021 Terbaru dari Kemenag
-
Kemenag Launching Indeks Kerukunan Umat Beragama 2021
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Dicibir Makin Liar Usai Copot Hijab, Olla Ramlan: Hidup Harus Selalu...
Pilihan
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
Terkini
-
Mengenal Inovasi dan Manfaat Lelang bagi Perekonomian Nasional
-
Rakhano Rilis "Sempat Tak Sempat", Lagu Galau yang Bikin Susah Move On
-
Paramount Land Gelar Pesta Rakyat 'Sinergi dalam Satu Harmoni'
-
Edukasi dan Promosi Kelestarian Hutan, FSC Forest Week di Indonesia Resmi Diluncurkan
-
Pastry Chef Audrey Tampi Gelar Demo Masak Eksklusif di Jakarta
-
Custom Desain Cincin Pernikahan Jadi Tren, Buat Cinta Makin Jadi Lebih Bermakna
-
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan Tingkatkan Nasionalisme dan Eratkan Kebersamaan antar Karyawan
-
Rayakan HUT RI, Pergikuliner Festival Ruang Rasa Hadirkan Ragam Kuliner Indonesia di Central Park
-
Rayakan Hari Kemerdekaan Bersama Lebih dari 6000 Siswa dengan Berbagi Es Krim Gratis di Seluruh Indonesia
-
Terinspirasi HUT RI di IKN, The House of Arwuda Luncurkan Parfum Independence