Suara.com - Tidak lama lagi Google akan menghentikan cookie pihak ketiga di Chrome sebagaimana yang telah diumumkan pada Juni 2021 lalu. Penghentian tersebut akan dilakukan pada 2023. Sementara Apple dan Huawei telah membuat kebijakan pembatasan akses device identifiers di OS mereka, menjadikan dunia periklanan menuju era cookieless yang membuat pemasar sulit tidur.
Hal tersebut tentunya menciptakan banyak pertanyaan yang sulit terjawab di sektor industri, seperti bagaimana menentukan ketepatan penargetan, fraud detection, dan mengukur keberhasilan kampanye.
"Kami mencoba mencari tahu mengapa, bagaimana, dan seperti apa masa depan dunia pemasaran di era cookieless. Beberapa tahun terakhir dapat kita lihat bagaimana pembicaraan dan tindakan untuk mengatasi masalah privasi pengguna begitu penting untuk dipercepat," ujar COO Xapads Media, Ramneek Chadha, dalam rilis yang diterima Suara.com.
"Banyak organisasi telah menganjurkan para audiens dan pemain berbasis persetujuan seperti Google, Apple, dan banyak lainnya perlu mulai mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah Privasi, meskipun hal ini diperkirakan akan memperlebar jarak antara pemain dengan data dan saluran Pihak Pertama. Teknologi iklan bergantung pada cookie Pihak Ketiga dan hal itu merupakan masalah yang harus ditangani dengan benar," lanjutnya.
Industri sangat bergantung pada retargeting, data audiens, dan fraud directory untuk memastikan keberhasilan siklus kampanye. Oleh karena itu, menurut Ramneek, saat ini pemasar khawatir bagaimana mereka dapat menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi untuk pengguna dalam iklan mereka tanpa adanya data audiens. Inilah permasalahan yang coba dijawab oleh banyak pelaku iklan digital di dunia.
Apa yang bisa dilakukan untuk tetap sukses dengan iklan digital?
Tidak dapat disangkal bahwa kebijakan ini akan mengubah cara kerja iklan digital, dan dengan kampanye iklan yang kurang dipersonalisasikan mungkin ada efek paralel pada ROAS dan ROI dari pembelanjaan digital.
Namun masih banyak cara untuk memastikan keberhasilan kampanye digital dan mendorong hasil bagi merek maupun pengiklan. Ramneek membaginya ke dalam empat cara, yaitu:
1. Iklan Kontekstual Terprogram: Digabungkan dengan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan Pembelajaran Mesin, Penargetan Kontekstual Terprogram akan membantu menampilkan iklan di titik kontak yang menarik dengan menyampaikan pesan yang disesuaikan dengan minat pengguna.
Baca Juga: Cara Pakai Google Maps Offline untuk Arus Balik Lebaran 2022, Bisa Hemat Kuota Internet!
2. Menciptakan strategi vernacular berdampak tinggi: Orang suka terhubung dengan merek yang berkomunikasi menggunakan dialek asli mereka. Dengan mempertimbangkan konsumerisme online vernacular pengguna, sebagian besar merek harus mulai memasukkan penargetan vernacular dalam perangkat pemasaran mereka, karena masa depan periklanan digital akan memiliki pijakan yang kuat dengan iklan vernacular.
3. Iklan OEM dan data pihak pertama: Iklan OEM telah menjadi alat paling ampuh untuk aplikasi seluler karena memanfaatkan kekuatan rekomendasi aplikasi di perangkat. OEM memiliki toko aplikasi bawaan mereka sendiri yang memiliki beberapa aplikasi pra-instal yang menyajikan cara cerdas untuk beriklan ke audiens yang belum dimanfaatkan.
4. Consent-based Email Marketing: Ketika pengguna mendaftar atau berlangganan ke situs web pengiklan, maka mereka memberikan persetujuan untuk mengirim email di masa mendatang, dengan cara ini pengiklan memiliki persetujuan untuk menargetkan pengguna.
"Seluruh industri periklanan berputar di sekitar pengguna dan preferensi mereka, dan sekarang saatnya untuk menghormati dan memikirkan masalah privasi pengguna yang telah sangat dilanggar atas nama iklan Hyper-personalize. Pemasar, merek, dan pengiklan harus mengeluarkan kreativitas terbaik mereka untuk menjangkau audiens dengan pengembangan cerita, narasi, dan nilai merek untuk membuat dampak jangka panjang," pungkas Ramneek.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Mengenal Inovasi dan Manfaat Lelang bagi Perekonomian Nasional
-
Rakhano Rilis "Sempat Tak Sempat", Lagu Galau yang Bikin Susah Move On
-
Paramount Land Gelar Pesta Rakyat 'Sinergi dalam Satu Harmoni'
-
Edukasi dan Promosi Kelestarian Hutan, FSC Forest Week di Indonesia Resmi Diluncurkan
-
Pastry Chef Audrey Tampi Gelar Demo Masak Eksklusif di Jakarta
-
Custom Desain Cincin Pernikahan Jadi Tren, Buat Cinta Makin Jadi Lebih Bermakna
-
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan Tingkatkan Nasionalisme dan Eratkan Kebersamaan antar Karyawan
-
Rayakan HUT RI, Pergikuliner Festival Ruang Rasa Hadirkan Ragam Kuliner Indonesia di Central Park
-
Rayakan Hari Kemerdekaan Bersama Lebih dari 6000 Siswa dengan Berbagi Es Krim Gratis di Seluruh Indonesia
-
Terinspirasi HUT RI di IKN, The House of Arwuda Luncurkan Parfum Independence