Suara.com - Menurut data penelitian yang dilakukan di Universitas Gadjah Mada Indonesia, Ledakan Miopi (Mata Minus) atau yang dikenal dengan Myopia Booming menyerang negara Asia Timur dan Tenggara termasuk Indonesia dengan lonjakan yang sangat signifikan selama pandemi COVID 19. Kondisi ini membuat anak-anak mengalami kenaikan mata minus progresif dikarenakan oleh meningkatnya intensitas penggunaan gawai.
Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO selalu Dokter Optometri dan Spesialis Terapi Ortho K di VIO Optical Clinic mengemukakan bahwa penggunaan gawai yang tinggi terutama pada anak-anak ketika pandemi berpengaruh buruk pada kesehatan mata anak-anak. Anak-anak tidak beraktivitas lagi di luar rumah dan menatap layar monitor secara terus-menerus membuat mata mereka menjadi mudah lelah. Jangka panjang dari kondisi mata lelah akibat penggunaan gawai secara meningkat bisa berujung pada mata minus (miopi) atau pandangan jauhnya menjadi buram.
Apa itu mata minus?
Mata minus (miopi) adalah gangguan penglihatan yang paling umum terjadi di dunia ini. Kondisi ini membuat Anda menjadi kesulitan untuk melihat objek jarak jauh atau pandangan kita menjadi buram pada jarak tertentu tergantung dari seberapa parahnya mata minus yang dialami. Mata minus terjadi ketika cahaya yang masuk ke dalam mata tidak jatuh tepat di retina, melainkan di depan retina.
Mata minus bisa tumbuh secara perlahan dan berkembang pesat. Faktor terbesar seseorang mengalami mata minus adalah faktor keturunan. Cara yang terbaik untuk bisa mendiagnosa seseorang mengalami mata minus adalah dengan melakukan pemeriksaan mata yang rutin dan komprehensif serta ditangani oleh Eyecare Professional atau Dokter Mata yang sudah ahli dalam bidangnya.
Banyak anak-anak yang menderita mata minus pada usia yang cukup dini sehingga mempengaruhi kualitas hidup dan proses belajar mereka. Mata minus yang ukurannya tinggi bisa berujung pada penyakit mata yang berbahaya seperti lepasnya retina mata (ablasi retina), glaukoma, katarak, degenerasi makula, bahkan jika tidak ditangani dengan cepat dan benar bisa mengakibatkan kebutaan.
Cara mencegah kenaikan mata minus pada anak
1. Pemeriksaan mata rutin
Salah satu cara terbaik untuk mencegah mata minus bahkan menjaga kesehatan mata secara keseluruhan adalah dengan melakukan pemeriksaan mata rutin. Dengan pemeriksaan mata rutin yang dilakukan secara komprehensif oleh Eyecare Professional atau Dokter Mata bisa membantu mendeteksi gangguan penglihatan sejak dini, seperti mata minus atau kondisi mata lainnya. Pendeteksian dini dari pemeriksaan mata tersebut bisa membantu para ahli kesehatan mata untuk memberikan penanganan lebih awal agar tidak semakin parah dikemudian hari.
“Pemeriksaan rutin pada anak wajib dilakukan minimal 6 s/d 12 bulan sekali, terutama anak-anak yang memiliki riwayat mata minus dari orang tuanya dan aktivitasnya sering menggunakan gawai. Dengan begitu, kita bisa mengontrol kondisi kesehatan mata anak agar jika terdeteksi kondisi tertentu bisa ditangani sejak dini.” ujar Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO selaku Dokter Optometri dan spesialis Terapi Ortho K di VIO Optical Clinic
2. Menggunakan alat bantu kacamata
Kacamata adalah alat bantu penglihatan yang baik ketika pasien mengalami gangguan refraktif seperti mata minus, plus, dan silinder. Anak-anak yang bermata minus bisa menggunakan alat bantu ini agar penglihatan mereka yang buram bisa terkoreksi dan pandangan tetap optimal dikala beraktivitas. Penggunaan kacamata membantu agar kondisi mata minus yang dialami anak tidak semakin buruk. Ahli kesehatan mata merekomendasikan agar selalu mengontrol kondisi kesehatan mata anak dan kacamatanya secara berkala.
3. Memperbanyak aktivitas di luar ruangan
Kesehatan mata pada anak bisa semakin memburuk jika terus menatap layar monitor gawai atau smartphone dalam periode waktu yang lama. Dilansir dari National Library of Medicine, aktivitas di luar ruangan terbukti bisa menghambat laju pertumbuhan mata minus yang dialami oleh anak. Oleh sebab itu sangat disarankan untuk orang tua agar sering mengajaknya beraktivitas di luar rumah seperti bersepeda, berenang, ketika istirahat di sekolah berada di luar kelas, berolahraga, dan lain sebagainya.
4. Mengurangi aktivitas di depan gawai atau smartphone
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
Terkini
-
Mengenal Inovasi dan Manfaat Lelang bagi Perekonomian Nasional
-
Rakhano Rilis "Sempat Tak Sempat", Lagu Galau yang Bikin Susah Move On
-
Paramount Land Gelar Pesta Rakyat 'Sinergi dalam Satu Harmoni'
-
Edukasi dan Promosi Kelestarian Hutan, FSC Forest Week di Indonesia Resmi Diluncurkan
-
Pastry Chef Audrey Tampi Gelar Demo Masak Eksklusif di Jakarta
-
Custom Desain Cincin Pernikahan Jadi Tren, Buat Cinta Makin Jadi Lebih Bermakna
-
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan Tingkatkan Nasionalisme dan Eratkan Kebersamaan antar Karyawan
-
Rayakan HUT RI, Pergikuliner Festival Ruang Rasa Hadirkan Ragam Kuliner Indonesia di Central Park
-
Rayakan Hari Kemerdekaan Bersama Lebih dari 6000 Siswa dengan Berbagi Es Krim Gratis di Seluruh Indonesia
-
Terinspirasi HUT RI di IKN, The House of Arwuda Luncurkan Parfum Independence