Suara.com - Meraih medali menjadi impian bagi para atlet yang berlaga di ajang sekelas Olimpiade. Tak ayal, beragam selebrasi atau perayaan pun dilakukan saat meraih medali, salah satunya adalah dengan menggigitnya.
Pose gigit medali nampak menjadi tradisi saat seorang atlet meraih medali emas. Tak hanya di Olimpiade, di ajang-ajang lainnya yang berkaitan dengan medali pun tradisi ini tetap dilakukan.
Di Olimpiade 2020 kali ini, terdapat sebuah kontroversi di mana pihak penyelenggara menghimbau atlet tak melakukan tradisi gigit medali saat meraih medali emas.
Hal ini seperti yang diketahui dari cuitan akun Twitter resmi Olimpiade. Dalam cuitan tersebut, pihak Olimpiade menyebut medali yang dipakai berasal dari daur ulang alat elektronik warga Jepang.
“Kami hanya ingin secara resmi memastikan bahwa medali Olimpiade Tokyo 2020 bisa dimakan (digigit). Medali kami dibuat dari material yang didaur ulang dari (barang) elektronik yang didonasikan warga Jepang.
“Jadi, Anda tak perlu menggigitnya. Tapi kami yakin Anda akan tetap melakukannya,” bunyi pernyataan Olimpiade seperti yang dikutip dari laman Independent.
Adanya himbauan itu tetap tak mengurangi antusias atlet untuk menjalankan tradisi gigit medali, terutama saat berfoto.
Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa tradisi ini terus berlanjut? Bagaimana sejarah gigit medali tersebut, terutama saat berfoto?
Sejarah Gigit Medali
Baca Juga: Hajar Australia 7-1, Riau Ega ke Babak Kedua Panahan Olimpiade Tokyo
Medali merupakan penghargaan tertinggi bagi setiap atlet di Olimpiade atau ajang lainnya. Medali terbagi dalam tiga kategori yakni emas, perak dan perunggu.
Secara berurutan, medali ini diberikan kepada tiap juara. Juara pertama mendapat emas, juara kedua mendapat perak dan juara ketiga mendapat perunggu.
Asal usul penggunaan medali sebagai simbol penghargaan atlet sendiri dimulai sejak tahun 1896 atau saat Olimpiade pertama.
Tapi, di gelaran pertama saat itu, Olimpiade tak menggunakan emas melainkan perak untuk juara pertama dan perunggu untuk juara kedua.
Empat tahun berselang atau pada tahun 1900, atlet yang menjadi juara di cabang olahraga tertentu berganti mendapat trofi atau piala, bukan lagi perak.
Barulah pada 1904, emas dibentuk sebagai medali dan digunakan untuk menjadi penghargaan bagi setiap atlet yang menjuarai cabang olahraga tertentu.
Berita Terkait
-
NOC Indonesia Gandeng NOC Jepang Demi Komitmen Strategis Pengembangan Prestasi Olahraga
-
Tatap Olimpiade 2032, Indonesia Resmi Luncurkan Liga Padel Terstruktur
-
Jadwal dan Syarat Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025
-
KOI Angkat Topi, Woodball Indonesia Borong Emas Aice 7th Indonesia Open 2025
-
Pemain Timnas Indonesia Menangis Sesenggukan di Hadapan Shin Tae-yong
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Bukan Sekadar Balap: Trial Game Dirt Solo, Panggung Pembuktian Gengsi di Trek Perawan
-
Kronologi Atlet Gimnastik Indonesia Naufal Takdir Meninggal Dunia Usai Kecelakaan Latihan di Rusia
-
Sebelum Meninggal di Rusia, Atlet Gimnastik Naufal Takdir Al Bari Dirawat 12 Hari di Rumah Sakit
-
Innalillahi Atlet Gymnastik Muda Naufal Takdir Al Bari Meninggal Dunia di Rusia
-
Indonesia's Horse Racing Cup II 2025 dan Sarga Festival Hadir di Payakumbuh Sumbar
-
Limbang Tacik Taa 2025: Laut Labuan Bajo Jadi Magnet Atlet Dunia
-
Cabut Permenpora No.14/2024, Ketum KONI Pusat Apresiasi Menpora RI Erick Thohir
-
Mewakili Indonesia, Tim Esports Free Fire Bidik Prestasi di FFWS SEA 2025 Fall Thailand
-
Legenda Basket Indonesia Meriahkan ASEAN Veteran Basketball 2025 di Banten
-
Superliga Junior 2025: PB Djarum Pertahankan Piala Liem Swie King usai Bungkam Dramatis Jaya Raya