Suara.com - Dilansir dari Astronomy.com, jauh sebelum manusia mengembangkan teknologi dan mengirim wahana antariksa ke Mars untuk mengamati planet ini secara terperinci, manusia hanya mengandalkan apa yang bisa dilihat melalui teleskop di Bumi.
Saat itu, pengamatan melalui teleskop terhadap Mars hanya menampilkan wujud planet Mars yang buram dan hanya memberikan indikasi paling sederhana dari fitur geologis di permukaan planet, yaitu adanya daerah terang dan daerah gelap.
Namun, setelah diteliti lebih dekat berkat adanya wahana pengorbit Viking pada 1970-an yang berhasil mencapai orbit Mars, diketahui bahwa planet ini adalah gurun kering tanpa vegetasi atau air. Meski begitu, temuan adanya ngarai dan bekas saluran air raksasa di permukaannya secara tidak langsung telah mengungkapkan bahwa dahulu Mars adalah planet yang memiliki air.
Meski proses Mars bisa beralih dari planet yang basah menjadi dingin dan kering hingga kini masih menjadi tanda tanya besar bagi para ilmuwan, yang jelas Mars memiliki musim dan masih berlangsung hingga kini.
Seperti Bumi, Mars memiliki kemiringan aksial sekitar 25 derajat yang membuatnya memiliki musim. Kedua kutub Mars teramati terdiri dari es air dan es karbon dioksida. Selama musim panas di utara atau selatan, es karbon dioksida ini menyublim ke atmosfer dan menguap sehingga memperlihatkan permukaan di bawahnya. Namun, ketika musim dingin, es kering ini kembali terlihat.
Menurut data dari Astronomy.com, es kering membuat Mars bisa berubah warna. Es karbon dioksida yang menyublim di Mars bisa bergerak ke arah wilayah ekuator Mars dan diendapkan pada permukaan Mars ketika atmosfernya mendingin atau tekanannya berkurang.
Proses ini membentuk semacam lapisan es tipis di wilayah yang berada pada garis lintang sedang hingga tinggi. Lapisan es tipis ini menyebabkan warna Mars menjadi sedikit lebih putih dan terlihat pucat, alih-alih berwarna kemerahan. Meski begitu, perubahan warna pada Mars ini hanya disebabkan es. Secara harfiah, permukaan Mars tetap berwarna merah karena adanya proses korosif di sana
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
7 Smartwatch Murah yang Bisa Hitung Kalori: Praktis Pantau Diet, Harga Mulai Rp200 Ribuan
-
Meluncur Bulan Ini, Vivo Y500 Pro Bawa Memori 512 GB dan Kamera 200 MP
-
Link Live Streaming Supermoon 5 November 2025: Amati 'Fenomena Bulan Besar' Lebih Dekat
-
7 Rekomendasi Tablet Android Killer! Performa Tak Kalah dari iPad, Harga Mulai 1 Jutaan
-
23 Kode Redeem FC Mobile 5 November: Klaim Hadiah Rank Up, Player Pack, dan Gems Gratis Sekarang!
-
Redmi Turbo 5 Lolos Sertifikasi: Diprediksi Pakai Dimensity 8500, Skor AnTuTu Tinggi
-
Laris Lampaui Konsol Lain, Nintendo Switch 2 Terjual 10 Juta Unit dalam 4 Bulan
-
23 Kode Redeem FF 5 November: Segera Klaim Skin Evo Gun & Bundle Flame Arena Sebelum Kedaluwarsa!
-
Google Doodle Peringati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, Ini Maknanya
-
Unisoc T7250 vs MediaTek Helio G81, Bagus Mana?