Suara.com - Kedua kalinya dalam tiga bulan, seorang peneliti terkemuka di bidang etika dalam kecerdasan buatan (AI) mengatakan, telah dipecat Google.
Pada Jumat (7/5/2021), peneliti Margaret Mitchell mengatakan, dia telah dipecat dari lab AI perusahaan, Google Brain, tempat dia sebelumnya memimpin kelompok yang mengerjakan pendekatan etis untuk kecerdasan buatan.
Mantan wakil pemimpin grup itu, Timnit Gebru, keluar dari Google pada bulan Desember.
Gebru mengatakan, dia telah dipecat setelah menolak mencabut atau menghapus namanya dari makalah penelitian yang mendesak kehati-hatian dengan sistem AI yang memproses teks, termasuk teknologi yang digunakan Google di mesin pencari.
Gebru mengatakan, dia yakin bahwa perselisihan mungkin telah digunakan sebagai alasan perusahaan mengeluarkannya karena kesediaannya, untuk berbicara tentang perlakuan buruk Google terhadap karyawan dan perempuan kulit hitam.
Mitchell mengetahui bahwa dia telah dilepaskan melalui email pada Jumat sore.
Di dalam Google, tim lamanya diberi tahu seorang manajer bahwa dia tidak akan kembali dari skorsing yang dimulai bulan lalu.
Dunia yang lebih luas mengetahui ketika Mitchell memosting dua kata di Twitter, "Saya dipecat."
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Google mengatakan, Mitchell telah membagikan dokumen rahasia bisnis yang sensitif dan data pribadi karyawan lain, di luar perusahaan.
Baca Juga: Google Play Store Bakal Ungkap Data Pengguna yang Diambil Aplikasi
Setelah penangguhan Mitchell bulan lalu, Google mengatakan, aktivitas di akunnya telah memicu sistem keamanan.
Sumber yang mengetahui skorsing Mitchell mengatakan, dia telah menggunakan skrip untuk menelusuri emailnya untuk materi yang berkaitan dengan waktu Gebru di perusahaan.
Gebru, Mitchell, dan tim AI etis mereka di Google adalah kontributor utama bagi pertumbuhan terbaru dalam penelitian oleh para ahli AI yang ingin memahami dan mengurangi potensi kerugian AI.
Mereka berkontribusi pada keputusan eksekutif Google untuk membatasi beberapa penawaran AI perusahaan, seperti dengan menghentikan fitur layanan pengenalan gambar yang berusaha mengidentifikasi jenis kelamin di foto.
Keluarnya dua perempuan kritis dari Google, telah menarik perhatian baru pada ketegangan yang melekat dalam perusahaan, yang mencari keuntungan dari AI sambil juga mempertahankan staf untuk menyelidiki batasan apa yang harus ditempatkan pada teknologi.
Bos riset AI Google, Jeff Dean, sebelumnya mengatakan bahwa makalah penelitian yang menyebabkan kepergian Gebru berkualitas buruk, dan dia tidak menyebutkan beberapa cara untuk memperbaiki kekurangan dalam sistem teks AI.
Berita Terkait
-
Sistem Deteksi Gempa Google Kini Tersedia di Ponsel Android
-
Modus Baru, Pencuri Spesialis Kafe di Tuban Ini Manfaatkan Google Maps
-
Google Bantu India dengan Kucurkan Dana 261 Miliar untuk Atasi Covid
-
Wow! Lelaki Ini Beli Situs Web Google Argentina Seharga Rp 41 Ribuan
-
Google Kucurkan Dana Rp 261 Miliar untuk Atasi Covid-19 di India
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Viral! Netizen Salfok dengan Peringatan soal Air Hujan Tercemar: Siapa yang Mau Mangap Saat Gerimis?
-
Mengapa Transisi Menuju Energi Terbarukan Berjalan Lambat?
-
Daftar Nominasi The Game Awards 2025 Resmi Diumumkan
-
5 Tablet Baterai Jumbo 6000 hingga 9000 mAh yang Bisa Dipakai Seharian, Harga Cuma Rp1 Jutaan
-
5 Rekomendasi HP Snapdragon 870 5G Enteng Buat Gaming dan Edit Video, Mulai Rp3 Jutaan
-
5 Tablet Murah Dilengkapi Stylus Pen untuk Anak Sekolah dan Mahasiswa
-
5 Pilihan HP 5G Murah Mulai Rp2 Jutaan, Cepat untuk Download dan Streaming
-
Update Aplikasi Keamanan HyperOS Resmi Dirilis, Ini Daftar Peningkatannya
-
5 Pilihan HP Snapdragon 870 Termurah di Bawah Rp2 Jutaan, Anti-Lag Setara Ponsel Flagship
-
10 Rekomendasi HP Tangguh untuk Driver Ojol: RAM Besar, Harga 1 Jutaan