Suara.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membidik produk chip semikonduktor untuk dapat diproduksi di dalam negeri secara bertahap, sejalan dengan target pemerintah yaitu program subtitusi impor.
"Untuk mencapai target tersebut, tentu dibutuhkan dukungan pemerintah berupa kebijakan dan kemudahan baik fiskal maupun nonfiskal. Pemberian insentif dalam rangka penanaman modal merupakan salah satu upaya mendorong investasi industri semikonduktor di Indonesia," kata Menperin yang disampaikan secara virtual, Selasa (21/8/2021).
Menperin menyampaikan hal itu saat menghadiri Seminar Web Internasional bertajuk Peluang Industri Indonesia Terkait Isu Global Chip Shortage.
Menperin Agus memaparkan industri chip semikonduktor terus mengalami perkembangan dari chip mikrokontroler hingga Artificial Intelegence (AI) chip yang fungsinya semakin kompleks sejalan dengan perkembangan Industri 4.0.
Peran strategis industri chip tersebut dinilai menjadi semakin strategis dalam pertumbuhan ekonomi global maupun nasional. Indonesia meluncurkan Making Indonesia 4.0 tentunya penguatan dan pendalaman industri tidak terlepas dari kebutuhan peranti chip ini.
"Kita semua memahami akhir akhir ini sejak pandemi COVID-19 muncul, serta tensi politik Amerika Serikat vs China berdampak pada rantai pasokan chip untuk berbagai kebutuhan seperti otomotif, komputer, barang barang elektronik, dan perangkat telekomunikasi serta perangkat dengan feature Artificial Intelegence. Tentunya, Indonesia harus memikirkan cara cara yang optimal untuk pengamanan industri nasional," ujar Menperin Agus.
Strategi pembangunan industri semikonduktor perlu dilakukan dengan berbagai opsi pengembangannya mengingat industri ini membutuhkan waktu beberapa tahun untuk mendirikan fabrikasi dan jumlah investasi yang cukup besar dan tersedianya high skill engineer untuk memproses kompleksitas kerja chip dengan kompleksitas fungsi dari desain hingga proses manufacturing dengan kontrol kualitas yang sangat ketat, termasuk zero partikel dalam prosesnya.
"Tantangan ini memberikan peluang baru bagi industri dan start up investor Indonesia untuk melakukan kontrak manufacturing chip yang sedang tumbuh di berbagai negara terutama AS, Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan dan negara negara Eropa," ujar Menperin.
Menurut Menperin, tantangan pembangunan industri chip ini harus disiasati dengan upaya-upaya pengamanan pasokan chip di dalam negeri selain mempersiapkan tumbuhnya industri chip di dalam negeri.
Baca Juga: Krisis di Balik Kelangkaan Chip yang Membuat PS5 Susah Didapat
Sebagai gambaran, start up industri chip terlebih chip untuk artificial intelegence seperti Alphabhet dengan Google, Nvidia, Graphcore, Thinci, Grog dan puluhan start-up industri chip termasuk industri chip global saat ini dapat dilakukan kerja sama dalam memperkuat supply chain chip di Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Menperin menyampaikan pada 1973 di Indonesia pernah berdiri Industri komponen chip semikonduktor yang merupakan investasi dua perusahaan multinasional AS yaitu Fairchild Semiconductors dan National Semiconductors.
Namun pada 1985, kedua perusahaan tersebut hengkang keluar dari Indonesia yang berakibat sejak itu Indonesia menjadi negara mayoritas pengimpor komponen chip semikonduktor.
"Dengan terjadinya peristiwa Global Chip Shortage saat ini kita sadar penuh betapa pentingnya untuk menyiapkan rantai pasok yang aman bagi tersedianya suplai komponen chip semikonduktor di dalam negeri," kata Menperin.
Ia menambahkan sejak tahun 1980-an terjadi perubahan model bisnis di industri semikonduktor, yang awalnya semua dikerjakan oleh satu perusahaan dari hulu ke hilir atau vertical integration yang disebut Integrated Device Manufacturer (IDM).
Namun saat ini, model bisnis di industri semikonduktor sudah terpecah-pecah menjadi Fabless (Chip Design), Foundry (Chip Fabrication), IDM (Chip Design & Fabrication), dan OSAT (Assembly & Test).
Berita Terkait
-
Biar Tak Andalkan Ekspor Mentah, Kemenperin Luncurkan Roadmap Hilirisasi Silika
-
Menperin Andalkan Vokasi Jadi Investasi Sektor Industri
-
Kemenperin Gaspol Transformasi Digital Manufaktur Lewat Making Indonesia 4.0
-
Menperin Beberkan Industri Indonesia Masih Kuat, Ini Buktinya
-
Kolaborasi Strategis Ini Buka Peluang Emas bagi Generasi Muda di Industri Desain Chip
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
5 HP RAM 16 GB Rp2 Jutaan, Murah tapi Spek Gahar Kecepatan Super
-
Motorola Edge 70 Tersedia di Pasar Asia: Bodi Tipis 6 mm, Harga Lebih Murah
-
Mengatasi Tampilan Terlalu Besar: Panduan Mengecilkan Ukuran di Komputer
-
Deretan Karakter Game di Film Street Fighter 2026: Ada 'Blanka' Jason Momoa
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 15 Desember 2025, Klaim Dream Dive Animation Gratis
-
Spesifikasi Oppo Reno 15c: Resmi dengan Snapdragon 7 Gen 4, Harga Lebih Miring
-
21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 15 Desember 2025, Klaim Desailly OVR 105 Gratis
-
8 Tablet Murah Terbaik untuk Kerja Desember 2025, Mulai Rp1 Jutaan!
-
Bye-Bye Wi-Fi! 5 Tablet RAM 8GB Terbaik Dilengkapi dengan SIM Card, Kecepatan Ngebut!
-
Baru Rilis, Game Where Winds Meet Sudah Tembus 15 Juta Pemain