Suara.com - Konsolidasi antaroperator telekomunikasi dinilai bisa menjadi solusi dalam memalksimalkan pendapatan bisnis perusahaan dari segmen Internet Of Things (IoT) yang menjadi masa depan industri telekomunikasi global.
Saat ini kehidupan manusia sangat terbantu hadirnya teknologi IoT mulai dari hal sederhana seperti smart watch, toko online, smart home hingga sistem perbankan atau industri manufaktur yang menggunakan robot.
“Melalui konsolidasi operator dapat lebih banyak masuk ke industri IoT dan bertransformasi menjadi digital solution company untuk mendatangkan pendapatan yang cukup tinggi,” kata Founder Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (4/11/2021).
IoT adalah sebuah infrastruktur global bagi masyarakat yang memungkinkan layanan canggih dapat terhubung secara fisik dan virtual menggunakan teknologi informasi dan komunikasi melalui jaringan internet.
Dalam diskusi bertajuk Masa Depan Industri Telekomunikasi Indonesia yang digelar oleh Indonesia Technology Forum (ITF), Teguh menjelaskan modal utama dalam mengembangkan IoT adalah pentingnya sebuah operator memiliki frekuensi yang memadai, sehingga siap untuk dikembangkan dari jarigan 4G ke 5G.
Ia menjelaskan, sesungguhnya operator umumnya sudah memiliki unit khusus dalam mengembangkan IoT, namun konsolidasi bisnis atau merger merupakan salah satu solusinya seperti yang dilakukan oleh dua operator Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia belum lama ini.
Bahkan, kata Teguh, Indosat Ooredoo saja sebenarnya sudah memperoleh pendapatan dari sektor solusi IoT dengan pendapatan dari dari solusi bisnis yang sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun.
Sementara Tri, pada induknya Hutchison sendiri malah telah menawarkan banyak sekali solusi bisnis berbasis IoT, dan pasarnya datang dari berbagai belahan dunia.
Dengan demikian, konsolidasi Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia tidak hanya menggabungkan jumlah pelanggan menjadi 104 juta, tapi juga mengoptimalkan pemanfaatan frekuensi, kualitas layanan, dan infrastruktur lain yang dimiliki.
Baca Juga: Pengamat: Peluang Besar di Bisnis Internet of Things
Menurut Teguh kebutuhan pasar IoT di Indonesia cukup besar dan penetrasinya bisa ke berbagai sektor industri seperti manufaktur, kesehatan, agrikultur, retail, sektor publik, dan lain sebagainya, termasuk sektor telekomunikasi dan media.
“Ditunjang juga dengan kondisi pasar aplikasi dan platform IoT di Indonesia juga terus berkembang. Kebutuhan setiap tahunnya meningkat signifikan dan berpotensi naik hingga 78 persen di tahun 2025,” Teguh yang juga Ketua Bidang Industri dan Kemandirian IOT, AI dan Big Data (TRIOTA) Masyarakat Telematika Indonesia / Mastel) ini,
IoT sendiri menduduki urutan pertama dari 4 industri teknologi teratas selain Artificial intelligence, Cloud Infrastructure, dan Big Data / Analytics yang memberi dampak berdasarkan survei dari Deloitte.
Teguh menambahkan, setidaknya ada tiga aspek yang akan dilakukan oleh operator konsolidasi untuk bersiap di industri IoT, antara lain konsolidasi alat produksi, mulai BTS dan infrastruktur lain sehingga operator dapat menyajukan jaringan dan gateway yang dibutuhkan untuk solusi IoT.
Selanjutnya, optimalisasi solusi dan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis (korporasi) dan non-bisnis (retail), di mana hadir beragam pilihan dan pengelolaan platform yang terdiri dari manajemen perangkat, sistem keamanan bagi user maupun korporat, kemampuan analitik dan sebagainya.
“Inilah tulang punggung dari terlaksananya IoT yang dianggap mampu menjadi motor dari transformasi digital di Indonesia,” katanya. [Antara]
Berita Terkait
-
Xiaomi Home Screen 11 Muncul di Toko Online, Pusat Kontrol Lebih Premium
-
Keren! Dosen Polines Ajak Petani Demak Bertani Pakai IoT, Wujud Nyata Program Diktisaintek Berdampak
-
Telkomsel dan BARDI Hadirkan Solusi IoT Terpadu: Kendaraan Kini Lebih Aman, Cerdas, dan Terkoneksi
-
Revolusi Gaya Hidup Hijau: Dari Panel Surya Cerdas hingga Rumah Pintar Hemat Energi di IISF 2025
-
Pasar Water Heater Ramai, Modena Siap Pimpin Inovasi dengan Seri Onyx!
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Pesaing Xiaomi 17 Ultra, Vivo X300 Ultra Lolos Sertifikasi dengan Kamera Premium
-
49 Kode Redeem FF Terbaru 29 Desember 2025, Ada Arrival Animation Stay Frosty dan 70 Diamond Gratis
-
HP 2 Jutaan Ke Bawah Terbaik untuk Gaming Harian dan Multitasking di 2025
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 Desember 2025, Ada Paket Hadiah Natal Pemain 106-112 dan Gems
-
5 Laptop Murah untuk Anak SMP: Spek RAM 8GB, Bobot Ringan, Kualitas Awet
-
4 Tablet Infinix RAM 8 GB Mulai Rp2 Jutaan, Terbaik untuk Pekerja dan Profesional
-
6 Rekomendasi HP dengan Sinyal Kuat, Anti Lemot Dipakai ke Daerah Terpencil
-
Moto X70 Air Pro Siap Meluncur, Pakai Chipset Terbaru Snapdragon dan AI
-
5 HP Gaming Murah Pilihan David GadgetIn 2025: RAM hingga 12 GB, Chip Kencang
-
5 HP Infinix RAM 8 GB Paling Murah Rp1 Jutaan, Baterai dan Kamera Andal