“Beberapa sumber yang paling negatif dalam menggambarkan bangsa Viking sebagai makhluk yang sangat ganas atau biadab sebenarnya berasal dari abad ke-12, yaitu beberapa ratus tahun setelah penyerbuan dimulai. Jadi mungkin ada sedikit hal yang dilebih-lebihkan seiring waktu yang mempengaruhi gambaran yang kita miliki saat ini."
Selain itu, perbedaan dalam tulisan beberapa sumber menimbulkan keraguan atas legitimasinya, kata Melleno. Misalnya, catatan dari penulis sejarah Prudentius pada tahun 834 M menggambarkan bangsa Viking menghancurkan segala sesuatu di kota Dorestad, yang sekarang menjadi Belanda.
Namun tahun berikutnya, desa itu masih berdiri untuk dirusak oleh Viking, tulis Prudentius. Bangsa Viking kembali pada tahun 836 untuk menghancurkan kota itu lagi, dan kemudian kembali lagi pada tahun 837, lapornya.
“Jika kita melihat catatan arkeologi, salah satu hal yang jarang kita lihat adalah kuburan massal atau pembakaran lapisan – tanda-tanda kehancuran yang kita harapkan akan terlihat jika kita membaca sumbernya dan menganggapnya begitu saja,” Melleno mengatakan kepada Live Science.
Bangsa Viking bukan satu-satunya kelompok yang menyerang dan menaklukkan kota-kota di Eropa abad pertengahan. Perampok Muslim yang disebut "Saracen" sering menyerang wilayah yang sekarang menjadi Perancis, Swiss dan Italia.
Bangsa Magyar, kelompok dari Hongaria, menyerang wilayah yang sekarang disebut Bavaria. Dan Charlemagne, raja kaum Frank, mengobarkan perang selama puluhan tahun melawan Saxon yang mengakibatkan pembunuhan massal, penyanderaan, dan penjarahan di wilayah yang sekarang disebut Jerman.
“Apa perbedaan antara penyerangan Viking dan perang penaklukan kaum Frank? Sebenarnya, tidak terlalu jauh,” kata Melleno, seraya menambahkan bahwa hal ini berkaitan dengan kekerasan yang dilakukan oleh negara versus orang-orang tanpa kewarganegaraan yang melakukan tindakan kekerasan.
Kemungkinan besar karena bangsa Viking bukan bagian dari kerajaan formal, para korbannya menganggap mereka lebih tidak terduga dan biadab.
“Viking dianggap buruk karena mereka bukan negara yang berperang,” jelasnya. "Bangsa Viking tidak punya negara, dan mereka hampir tidak punya raja... jadi mereka hanya sekelompok bajak laut."
Baca Juga: Sejarah Dipisahnya Polri dari Kemendagri, Diperingati Sebagai Hari Bhayangkara
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
Terkini
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 20 November, BMKG: Waspada Hujan & Angin di Berbagai Wilayah Indonesia
-
Perdana, Bocoran vivo X Fold6 dan Jadwal Peluncurannya
-
Dari Kasir ke Dashboard: Semua Data Bisnis Kini Mengalir Otomatis dalam Satu Ekosistem Digital
-
30 Kode Redeem FF Terbaru 20 November 2025, Raih Emot dan Skin Groza Gratis
-
HyperOS 3 Hadir dengan 2 Versi: Android 15 dan Android 16 Tapi Ada Fitur yang Hilang, Upgrade?
-
5 HP Foldable dengan Layar Besar, Solusi untuk Produktivitas dan Streaming
-
Keren! Dosen Polines Ajak Petani Demak Bertani Pakai IoT, Wujud Nyata Program Diktisaintek Berdampak
-
23 Kode Redeem FC Mobile 20 November 2025, Dapatkan Paket Glorious 106-113 dan Rank Up
-
Panduan Lengkap Menghubungkan Laptop Windows dan Mac ke Monitor Eksternal, Ini Langkah-langkahnya
-
Baru Rilis, ARC Raiders Kalahkan Battlefield 6 Dua Pekan Beruntun di Steam