Suara.com - Dalam dunia kedokteran modern, teknologi 3D telah membuka babak baru dalam penanganan kasus-kasus kompleks, termasuk di bidang bedah mulut dan maksilofasial.
Prof Lilies Dwi Sulistyani, Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI), menyoroti bagaimana teknologi ini mampu membawa perubahan besar dalam diagnosis hingga pelaksanaan operasi.
Mengapa Teknologi 3D Begitu Penting?
Teknologi 3D menghadirkan solusi atas keterbatasan pencitraan 2D yang sering kali kurang mampu menggambarkan struktur kompleks wajah dan mulut.
Dengan pencitraan 3D, dokter dapat melihat detail anatomi pasien dari berbagai sudut, memungkinkan diagnosis yang lebih akurat dan perencanaan prosedur yang lebih matang.
"Teknologi seperti Cone Beam Computed Tomography (CBCT) memungkinkan visualisasi struktur kompleks kepala dan rahang dengan detail yang luar biasa, namun tetap memberikan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan CT scan konvensional," jelas Prof Lilies, Rabu 15 Januari 2025.
Selain itu, pencetakan 3D memungkinkan dokter untuk membuat model fisik anatomi pasien secara presisi. Model ini sangat membantu dalam memahami kondisi unik pasien dan merancang prosedur operasi dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Revolusi di Bidang Bedah Mulut
Dalam rekonstruksi rahang, misalnya, teknologi 3D memungkinkan pembuatan implan titanium khusus yang dirancang sesuai kebutuhan pasien.
Baca Juga: Cobra Dental Innovation Day Dorong Perkembangan Dunia Kedokteran Gigi Indonesia
Proses ini tidak hanya meningkatkan keberhasilan operasi tetapi juga mempercepat pemulihan pasien.
Perangkat lunak perencanaan berbasis 3D bahkan memungkinkan simulasi prosedur operasi sebelum dilakukan, mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan efisiensi.
Tantangan di Indonesia
Meskipun manfaat teknologi 3D sangat menjanjikan, penerapannya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Infrastruktur kesehatan yang belum merata, biaya tinggi, serta prioritas pada kebutuhan dasar seperti alat bedah konvensional dan obat-obatan menjadi kendala utama.
"Untuk memaksimalkan potensi teknologi 3D, kita memerlukan integrasi teknologi ini ke dalam pendidikan kedokteran gigi," kata Prof Lilies. Ia menambahkan bahwa pengajaran dan pelatihan teknologi 3D di universitas perlu ditingkatkan agar tenaga medis siap menggunakan teknologi ini di masa depan.
Peran Kolaborasi dan Pemerintah
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
Terkini
-
Trailer Game Rainbow Six Mobile Beredar, Tanggal Peluncuran Global Terungkap
-
Xiaomi Bocorkan HyperOS 4 dalam Laporan Bug Resmi, Rilis Lebih Cepat?
-
5 Rekomendasi Smartwatch GPS Murah, Mulai Rp179 Ribuan
-
4 HP Android Kamera Boba 3 Mirip iPhone 15 Pro yang Turun Harga di Akhir 2025
-
CEO Baru Mozilla Fokuskan Firefox pada AI yang Transparan dan Terpercaya
-
Atlet Esports Thailand Didepak dari SEA Games Usai Skandal Kecurangan
-
Nenek 92 Tahun Menjuarai Turnamen Tekken 8 di Liga Esports Lansia Jepang
-
5 HP OPPO Diskon Sampai 30 Persen di Erafone, Serbu Sebelum 31 Desember 2025
-
65 Kode Redeem FF Terbaru 18 Desember: Ada Diamond, Banner Dreamspace, dan Bundle Gratis
-
IM3XPLORE Resmi Meluncur, Solusi Internet Liburan Andalan Berbasis AIvolusi 5G