Tekno / Sains
Kamis, 06 November 2025 | 10:53 WIB
Ilustrasi fosil tulang dinosaurus. [shutterstock]

Bertozzo menemukan cedera serupa pada fosil hadrosaurus Olorotitan arharensis di Rusia pada 2019. Ia kemudian mengajak Tanke untuk memperluas penelitian. Hasil kolaborasi itu menghasilkan dataset terbesar yang pernah dibuat untuk penelitian cedera pada hadrosaur.

Secara keseluruhan, tim meneliti hampir 500 vertebra ekor dari berbagai museum di Amerika Utara, Eropa, dan Rusia. Hasilnya tetap sama: pola patahan terjadi secara konsisten di bagian tengah pangkal ekor.

Dr. Albert Prieto-Márquez dari Autonomous University of Barcelona menyebut pola cedera itu “sinyal biologis yang nyata,” tetapi ia menekankan pentingnya bukti tambahan.

Untuk memastikan cedera itu adalah penanda betina, ilmuwan harus menemukan pola yang sama pada fosil yang secara jelas diketahui berjenis kelamin betina misalnya fosil yang menyimpan telur atau jaringan medullary bone, yakni jaringan sementara yang muncul pada hewan betina menjelang bertelur.

Jaringan medullary pernah ditemukan pada seekor Tyrannosaurus rex betina pada 2016, namun temuan seperti itu sangat langka.

Ahli lain, Steve Brusatte dari University of Edinburgh, menilai penelitian ini sangat kuat namun tetap menyisakan tingkat ketidakpastian.

Kita tidak hidup di zaman dinosaurus, jadi selalu ada batas dalam menafsirkan perilaku mereka dari fosil,” ujarnya mengutip CNN (4/11/2025).

Jika penelitian ini terbukti, dampaknya dapat sangat besar bagi dunia paleontologi.

Ilmuwan dapat: membedakan fosil hadrosaurus jantan dan betina, menguji apakah bentuk jambul atau hiasan kepala hadrosaur berbeda berdasarkan jenis kelamin, dan mengevaluasi ulang beberapa spesies yang mungkin sebenarnya variasi dari jenis kelamin berbeda.

Baca Juga: Fosil Badak Purba Berusia 23 Juta Tahun Ditemukan di Arktik Kanada: Dulu Bukan Daerah Beku?

Tim peneliti juga berencana memperluas studi ke fosil dari Tiongkok dan Amerika Selatan, serta menggunakan simulasi komputer lebih canggih untuk memodelkan pergerakan ekor dan volume otot.

Bertozzo pun penasaran apakah pola serupa muncul pada kelompok dinosaurus lain, seperti sauropoda berleher panjang. Ia mengakui terkejut karena leluhur hadrosaur, yakni iguanodon, tidak menunjukkan cedera serupa meskipun fosilnya sangat banyak.

Sementara penelitian ini masih berada pada tahap awal, banyak ilmuwan menilai bahwa ia telah membuka jendela baru untuk memahami perilaku dinosaurus yang selama ini dianggap hilang selamanya.

Dr. Yoshitsugu Kobayashi dari Hokkaido University Museum menyebut penelitian ini sebagai salah satu yang paling imajinatif dalam paleobiologi modern. Ia mengatakan bahwa temuan ini membuktikan bahwa tulang bisa menyimpan “jejak kehidupan pribadi” makhluk purba tersebut.

Cedera yang mereka bawa dalam hidup dapat menjadi cerita tentang momen-momen paling intim dari kehidupan dinosaurus,” tulis Kobayashi dalam komentarnya, mengutip dari CNN (4/11/2025).

Secara harfiah, kisah cinta dinosaurus tercatat dalam tulang mereka,” pungkasnya.

Load More