Suara.com - Gara-gara mempertanyakan bonus setelah meraih medali emas di turnamen pra Sea Games, Adya Novali batal dikirim ke ajang Sea Games 2014. Sebagai atlet baru, dia dianggap terlalu banyak permintaan.
Gagal bertanding di Myanmar, Adya tidak patah arang. Dia langsung memasang target untuk bisa tampil di level dunia dan bukan lagi Asia Tenggara. Beruntung, Adya mempunyai kenalan yang mau membiayainya untuk tampil di Arnold Classic, turnamen binaraga bergengsi yang diprakarsai oleh bintang film Hollywood , Arnold Schwarzenegger.
“Persiapan saya untuk tampil di turnamen itu sudah dilakukan sejak Maret 2014. Biaya yang dikeluarkan hampir mencapai Rp1 miliar. Sejak awal, Paul Foston (sponsor Adya-red) sangat yakin saya bisa menjadi juara di turnamen itu,” kata Adya.
Sukses menjadi juara di Arnold Classic, Adya akan mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Binaraga di Australia pada November nanti. Meski pernah ‘dibuang oleh PB PABBSI, Adya tetap bertekad untuk terus mengharumkan nama Indonesia dengan cara menjadi juara dunia binaraga.
Simak perbincangan suara.com dengan Adya Novali beberapa waktu lalu di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Bagaimana ceritanya Anda bisa tampil di turnamen kelas dunia Arnold Classic?
Cukup lama dan panjang proses persiapan untuk ikut turnamen tersebut, sekitar 9 bulan saya latihan di Jakarta lalu setelah itu training di Amerika Serikat dengan pelatih saya Dennis James.
Anda ikut Arnold Classic dengan ‘modal sendiri’, kenapa Anda begitu percaya diri?
Saya yakin bisa menjadi juara di turnamen. Selain itu, passion saya memang di binaraga. Saya melihat peluang untuk jadi juara terbuka, karena itu saya berani mengeluarkan biaya sendiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Jadi saya kerja sendiri untuk dapat dana tersebut. Saya beruntung punya klien, pekerjaan saya itu personal trainer, yang peduli. Dari kesepakatan yang kita buat tentang pelatihan, beliau memberikan satu bantuan lebih. Klien saya orang Amerika dan sudah lama tinggal di Indonesia, namanya Paul Foston, dia punya bisnis di sini. Jadi, hampir 90 persen beliau yang mendanai dan menjadi sponsor tunggal saya.
Berapa dana yang dihabiskan untuk ikut turnamen Arnold Classic?
Total selama 1 tahun sekitar Rp500 juta, kalau ditambah persiapan di Amerika Serikat bisa mencapai Rp1 miliar. Di Amerika saya diservis dengan mewah. Bukan berarti klien saya itu minta sesuatu dari saya, dia tulus memberikan dukungan. Dia memberikan motivasi kepada saya karena dia melihat saya mempunyai potensi. Intinya, selain punya duit, Paul melihay saya punya potensi.
Siapa yang pertama kali memunculkan ide agar Anda tampil di Arnold Classic?
Untuk ikut Arnold Classic memang target saya dan Paul Foston. DIa ingin saya ikut turnamen level dunia dan bergengsi. Di sana, ada banyak pesaing. DI kelas saya, ada 32 pesaing dari 32 negara. Ketika menjadi sponsor, Paul menargetkan saya tampil di Arnold Classic. Setiap punya target saya tidak main-main, makanya saya menargetkan untuk juara di Arnold Classic.
Apa saja yang Anda lakukan selama melakukan persiapan selama satu bulan di Amerika Serikat?
Saya beruntung mendapatkan pelatih dengan kelas dunia, Dennis James. DIa mantan atlet pro, saya detraining langsung oleh beliau, dikasih support nutrisi. Saya dikarantina selama satu bulan.
Sebelum tampil di Arnold Classic, sempat memberitahu pengurus di PB PABBSI (Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, Binaraga Seluruh Indonesia)?
Saya tidak ada sounding ke mereka tapi sekadar berbicara dengan teman-teman di kepengurusan PB PABBSI. Tapi kalau memberikan proposal permintaan dana, itu tidak ada. Karena sebelum-sebelumnya saya sempat diprotes. Pada 2012 saya ikut turnamen Pra Sea Games dan dapat medali emas di kelas 70 kg. Ketika mendekati Sea Games nama saya dicoret karena saya mempertanyakan bonus dalam pra Sea Games. Pengurus menganggap saya terlalu lancang, mereka menganggap saya atlet baru dan sudah bertanya soal bonus.
Persiapan ke pra Sea Games itu saya pakai dana pribadi dan setahu saya pemerintah mengalokasikan dana untuk atlet yang akan dikirim ke ajang itu. Setelah saya mempertanyakan hak saya itu, mereka sepertinya kecewa dan tidak mengirim saya ke Sea Games. Hal itu yang membuat saya bertekad untuk bisa tampil ke level dunia.
Ketika nama Anda tidak masuk dalam daftar atlet yang akan ke Sea Games 2014, apakah Anda down atau itu justru jadi pemacu untuk bisa lebih sukses?
Sempat kecewa, down terhadap kerja keras tidak. Saya langsung menargetkan untuk bisa tampil di level dunia. Dengan main di level dunia, saya merasa bisa. Pak Menpora sempat datang ke rumah saya dan bertanya kenapa tidak memberitahu ikut di Arnold Classic? Saya katakan bahwa saya ingin membuktikan kerja keras saya dahulu tanpa adanya bantuan dari pemerintah.
Setelah Anda berhasil menjadi juara di Arnold Classic, apakah Menpora berjanji akan memberikan bantuan dana untuk tampil di turnamen berikutnya?
Bukan janji sebenarnya tapi ada pembicaraan bahwa target saya di November nanti saya ikut di Kejuaraan Dunia di Australia yang digelar oleh IFBB (International Federation Body Building). Ini sudah saya sampaikan ke Pak Menpora bahwa saya mulai persiapan pertengahan Maret karena binaraga perlu persiapan yang lama untuk maksimal. Lalu Pak Menpora bilang akan membicarakan masalah ini dengan beberapa pihak.
Anda sempat dibuang PB PABBSI, kalau nanti diminta bergabung lagi, apakah Anda akan menerima?
Tentu saja mau. Saya tidak ingin semangat ini hilang, saya ingin membangun para generasi baru, semangat baru bahwa kita bisa bersaing di tingkat dunia. Kemarin para atlet dari negara Eropa tidak tahu Indonesia di mana dan punya atlet binaraga. Ketika saya menang mereka baru tahu, ternyata Indonesia punya atlet binaraga.
Bahkan Arnold Schwarzenegger (bintang film Hollywood dan mantan atlet binaraga-red) pun sempat mempertanyakan, wow ini sangat amazing, saya baru tahu Indonesia ada atlet yang bisa bersaing di kompetisi ini. Luar biasa, itu kata Arnold kepada saya di belakang panggung setelah saya menjadi juara.
Setelah jadi juara di Arnold Classic, pernah terlintas untuk jadi atlet profesional?
Saya memang tetapi ingin di jalur profesional. Tapi saya juga punya keinginan untuk bisa mencetak atlet-atlet binaraga baru.
Apa sebenarnya kendala untuk nenghasilkan atlet binaragawan baru di Indonesia?
Masalah utama sebenarnya soal support yaitu keseriusan untuk mencari atlet-atlet baru. Ini yang kurang dilakukan oleh pemerintah karena sebenarnya banyak atlet binaraga yang punya potensi besar.
Berita Terkait
-
Nobody 2 Karya Timo Tjahjanto Guncang Box Office, Kalahkan Rekor Film Klasik Schwarzenegger
-
Performa Dinilai Mengecewakan, Netflix Resmi Akhiri FUBAR di Season 2
-
Film Terminator Ini Dianggap sebagai yang Terburuk oleh Arnold Schwarzenegger
-
Bukan Terminator, Ini Film yang Jadi Bayaran Terbesar Arnold Schwarzenegger
-
Segera Diproduksi, 'Fubar' Season 2 Kembali Gandeng Arnold Schwarzenegger
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Transformasi Sarana Menara Nusantara dari 'Raja Menara' Menuju Raksasa Infrastruktur Digital
-
Tatang Yuliono, Bangun Koperasi Merah Putih dengan Sistem Top Down
-
Reski Damayanti: Mengorkestrasi Aliansi dalam Perang Melawan Industri Scam
-
Andi Fahrurrozi: Engineer Dibajak Timur Tengah saat Bisnis Bengkel Pesawat Sedang Cuan
-
Dewa Made Susila: Pasar Otomotif Sudah Jenuh, Saatnya Diversifikasi
-
Wawancara Khusus Jenderal Dudung: Buka-Bukaan Kontroversi KPR Prajurit TNI AD Rp586,5 Miliar
-
Nirwala Dwi Heryanto: Orang yang Jatuh Cinta Paling Mudah Kena Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai
-
Penuh Tantangan, Ketua KPU Beberkan Dinamika Pemilu 2024 hingga Polemik Pengadaan Private Jet
-
Wawancara Eksklusif: Bro Ron Lawan Kaesang dengan Politik 'Akar Rumput', Bukan Modal Duit
-
SVP Bullion Business BSI: Emas Tak Lagi Harus Disimpan di Rumah