Suara.com - Exco PSSI Arya Sinulingga dalam wawancara dengan salah satu media menyebut bahwa pelatih dengan koleksi gelar juara 31 kali Carlo Ancelotti tidak jago taktik.
Hal ini diutarakan Arya menyikapi reaksi publik pasca keputusan PSSI memilih Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia pengganti Shin Tae-yong.
Publik mayoritas meragukan Kluivert sebagai pelatih di lihat dari segi taktik. Arya kemudian menyandingkan Kluivert dengan Don Carlo, yang ia sebutnya tak jago taktik.
"Maka ini seperti mencari Ancelotti, apakah Ancelotti jago teknis? Ayo. Enggak kan? Tapi Ancelotti jago meramu dan melakukan pendekatan emosi kepada pemain," kata Arya seperti dilihat Suara.com dari sejumlah video yang viral di sosial media.
Lantas apakah benar pernyatan Exco PSSI itu? Mari kita uji. Salah satu legenda Italia, Arrigo Sacchi punya penilaian tersendiri terhadap sepak terjang kepelatihan Ancelotti.
"Saya tidak tahu harus berkata apa lagi tentang Ancelotti," kata tulis Sacchi di La Gazzetta dello Sport. Pujian ini diutarakan Sacchi pasca Ancelotti membawa Real Madrid mengalahkan Dortmund di final Liga Champions 2024 di Stadion Wembley.
"Ia selalu tahu bagaimana memperbaiki keadaaan, bagaimana menempatkan pemain di lapangan. Dan ia rendah hati dalam mendengarkan nasihat rekan-rekannya, terutama putranya Davide yang sangat penting baginya,"
"Ia tahu betul bahwa Borrusia Dortmund berbahaya karena mereka memiliki kekuatan fisik yang besar dan terutama di awal pertandingan. Ancelotti memiliki keterampilan untuk menjelaskan hal itu kepada pemainnya dan meyakinkan mereka untuk rendah hati dan mengatakan kapan saat yang tepat untuk menyerang," papar Sacchi.
Dari pernyataan Sacchi ini bisa dibilang Ancelotti sangat paham soal teknis dan taktik psikologis pemain saat menghadapi laga genting.
Baca Juga: Eks Ketum PSSI: Kultur Kepelatihan Shin Tae-yong Tidak Cocok dengan Pemain Timnas Indonesia
Jika merujuk dari rekam jejaknya sebagai pelatih, kita bisa melihat bagaimana Ancelotti sangat detail dalam hal segi teknis, mulai dari taktik yang digunakan hingga penempatan pemain.
Di awal kariernya Ancelotti sangat percaya pada formasi 4-4-2. Dua tahun formasi itu digunakan Ancelotti di Juventus dalam rentang waktu 1999 hingga 2001. Ia kemudian beralih ke formasi 4-2-3-1.
Formasi ini yang kemudian membuat seorang Zinedine Zidane tunjukkan kapasitas dan kehebatannya sebagai seorang maestro lapangan tengah.
"Di Juventus, bersama Zidane saya mulai memahami bahwa lebih baik beradaptasi dengan para pemain," kata Ancelotti.
"Ketika saya mulai melatih, saya memiliki ide yang jelas dan tidak mau beradaptasi. Di Parma, Roberto Baggio ingin bermain sebagai pemain nomor 10 dan saya tidak mau mengubah sistem. Ia pindah ke tim lain. Saya salah jadi saya mulai beradaptasi," tambahnya.
Taktik 4-3-2-1 kembali dipakai oleh Ancelotti saat melatih AC Milan. Hasilnya ia memberikan 8 gelar juara kepada Il Diavolo. Jika di Juventus ada Zidane, di Milan, Ancelotti mengandalkan sosok Andrea Pirlo.
Kepiawaian Ancelotti ialah mampu beradaptasi dengan pemain yang ia dapatkan saat melatih satu klub. Saat melatih di Chelsea. Saat di The Blues, Ancelotti dihadapkan pada pilihan Frank Lampard dan Michale Ballack.
Kedua pemain ini sangat unggul dalam hal box to box. Namun butuh pemain yang bisa menyemimbangkan lapangan tengah, Ancelotti pun tunjukkan kehebatannya dari segi teknis dengan menempatkan John Obi Mikel untuk bermain di belakang Lampard dan Ballack. Di Chelsea, Don Carlo mengusung formasi 4-1-2-1-2. Dua gelar ia berikan kepada The Blues.
Dua tahun di Liga Inggris, Don Carlo pindah ke Ligue 1 dan melatih PSG. Di tim kaya Prancis itu, Don Carlo kembali mengusung formasi 4-2-3-1. Di PSG, Ancelotti menempatkan Javies Pastore menjadi pemain nomor 10 untuk menopang Ezequiel Lavezzi, Lucas Moura, Nenê dan Jérémy Ménez yang bermain lebih melebar.
Juni 2013, Ancelotti pindah ke Real Madrid. Ia menggantikan posisi Jose Mourinho. Di El Real, Ancelotti memilih menggunakan formasi 4-3-3. Formasi ini bagi Don Carlo sangat tepat untuk mengontrol pertahanan karena El Real punya dua winger eksplosif saat itu, Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo.
Di posisi ini, Don Carlo kembali tunjukkan kemampuannya menempatkan pemain dari segi teknis. Sosok Angel Di Maria yang seorang pemain sayap diubah jadi pemain nomor 8. Formasi 4-3-3 ini kemudian diubah Don Carlo menjadi 4-4-2.
Musim 2016/17, Don Carlo melatih Bayern Munich. Ancelotti kembali bekerja sama dengan Xabi Alonso. Di Munich, Alonso ditempatkan sebagai pivot tunggal dengan formasi 4-3-3. Alonso menguatkan lini tengah Munich bersama Arturo Vidal dan Thiago Alcantara.
Sepanjang karier kepelatihannya Don Carlo setia pada formasi empat beka dan setidaknya satu poros di lini tengah, mulai dari Andrea Pirlo dan John Obi Mikel serta Xabi Alonso. Mereka berfungsi untuk menyeimbangkan permainan.
Jika dicermati lebih mendalam dalam segi taktik Ancelotti, kita bisa menemukan bahwa sistem permainannya hampir dipengaruhi oleh pemain di lini tengah dan depan.
Kejelian Don Carlo dari segi teknis jika bisa dilihat dari caranya dalam hal perubahan permainan. Ia kerap dituding pasif dalam permainan dan pergantian pemain.
Namun seperti dikutip dari coachesvoice, di dua kompetisi LaLiga dan Liga Champions, Ancelotti melakukan tiga pergantian pemain dengan presentase 69 persen. Dengan kata lain, ia mencoba mengubah permainan timnya melalui perubahan taktik setidaknya dalam dua dari tiga pertandingan.
Faktanya segi teknis ini membuat Real Madrid besutan Ancelotti musim ini mampu mendominasi penguasaan bola hanya dalam 75 persen permainan mereka di tiga kompetisi utama, Liga Champions, Laliga dan Copa del Rey.
Di musim ini juga bersama Real Madrid, Ancelotti menggunakan formasi 4-3-1-2 dengan menempatkan Jude Bellingham sebagai pemain nomor 10.
Berita Terkait
-
Eks Ketum PSSI: Kultur Kepelatihan Shin Tae-yong Tidak Cocok dengan Pemain Timnas Indonesia
-
Resmi! Patrick Kluivert Latih Timnas, Bagaimana Nasib Rumor Louis van Gaal Jadi Dirtek?
-
Pemain Timnas Indonesia Pratama Arhan Tampil di Mobile Legends
-
Rafael Struick Alami Lonjakan Nilai Transfer Sampai 2 Kali Lipat
-
Patrick Kluivert Duta Naturalisasi, 3 Pemain Ini Punya Kans Bela Timnas Indonesia
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Luis de la Fuente Semringah dengan Kemenangan Telak Spanyol atas Turki
-
Pemain Keturunan Rp86,91 Miliar Bikin Persaingan Bek Tengah Timnas Indonesia Semakin Ketat
-
Gareth Bale 'Comeback', Siap Kembali Merumput di Korea Selatan
-
Market Value Timnas Indonesia Tembus Rp519 Miliar, Lewati Arab Saudi hingga Qatar Jelang Putaran 4
-
Timnas Indonesia Diuntungkan Imbas Qatar Diserang Israel?
-
Sebanyak 2.000 Personel akan Amankan Laga Persib Bandung vs Persebaya
-
Media Vietnam Sebut Peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia Tergantung pada Ole Romeny
-
Profil Women Torres Calcio, Klub Baru Estella Loupatty di Italia
-
Persiapan Bagus, Julio Cesar Siap Hadapi Persebaya
-
PSSI Akan Gelar Piala Presiden Diikuti 64 Peserta Tahun Depan