Suara.com - Patrick Kluivert, sebagai pelatih Timnas Indonesia, dihadapkan pada dilema besar jika memilih Emil Audero sebagai kiper utama menggantikan Maarten Paes untuk laga kontra Bahrain.
Juru taktik asal Belanda itu mengisyaratkan membuka peluang untuk melakukan rotasi di pos kiper setelah Maarten Paes kebobolan lima gol saat Garuda takluk 1-5 dari Australia pada Kamis (20/3/2025).
Meski tidak bisa serta merta menyalahkan pemain, lini belakang Timnas Indonesia saat dibantai Australia dalam laga ketujuh Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu dinilai relatif buruk.
Situasi itu membuka pembahasan apakah Maarten Paes harus ditepikan lebih dulu untuk memberikan kesempatan kepada Emil Audero, kiper keturunan Italia yang baru dinaturalisasi pada 8 Februari lalu.
Namun, meskipun Emil memiliki pengalaman di Serie A bersama Inter Milan, Juventus hingga Como, keputusan memainkannya dalam waktu dekat dianggap bisa membawa dampak negatif bagi keseimbangan tim.
Berikut tiga faktor utama yang membuat langkah ini berisiko:
1. Kurangnya Peran Pemimpin di Lini Belakang
Salah satu aspek penting dalam tim nasional adalah kepemimpinan di lini pertahanan.
Maarten Paes telah lebih dulu beradaptasi dengan skuat dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap rekan-rekannya.
Baca Juga: Timnas Indonesia vs Bahrain: Waktunya Sepak Bola Menyerang
Jika Emil Audero langsung dimainkan sebagai kiper utama, ia mungkin belum bisa mengambil peran sebagai pemimpin di lini belakang.
Sebagai pemain baru, Emil masih harus menyesuaikan diri dengan gaya bermain Timnas Indonesia serta karakteristik para bek di depannya.
Sementara itu, Paes sudah memiliki chemistry dengan rekan-rekannya, yang membuat komunikasi di lini belakang lebih terorganisir.
Kurangnya sosok pemimpin yang bisa memberikan arahan kepada bek-bek seperti Jordi Amat atau Elkan Baggott bisa menjadi kelemahan yang dimanfaatkan lawan.
Pengalaman Emil di level klub memang lebih mentereng, tapi di level tim nasional, peran kepemimpinan tidak hanya soal skill individu.
Kiper harus bisa menjadi komando pertahanan, mengatur posisi bek, dan memberi instruksi selama pertandingan.
Dengan statusnya sebagai pendatang baru, Emil butuh waktu sebelum bisa mengambil peran ini.
2. Beda Tipikal Permainan Bisa Mengganggu Momentum
Perbedaan gaya bermain antara Emil Audero dan Maarten Paes juga bisa menjadi faktor yang merugikan Timnas Indonesia.
Paes dikenal sebagai kiper yang lebih aktif dalam membangun serangan dari belakang dan memiliki refleks yang solid dalam duel satu lawan satu.
Sementara itu, Emil cenderung lebih konservatif dan mengandalkan positioning serta pengalaman dalam membaca permainan.
Jika Kluivert mengganti Paes dengan Emil, ada kemungkinan ritme permainan Indonesia akan terganggu.
Bek-bek yang sudah terbiasa dengan cara bermain Paes mungkin membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan pendekatan baru yang dibawa Emil.
Ini bisa membuat transisi serangan dan pertahanan menjadi kurang mulus.
Selain itu, momentum yang sudah dibangun bersama Paes bisa hilang jika perubahan dilakukan terlalu cepat. Peran kiper dalam membangun serangan dari belakang sangat krusial, terutama dalam skema permainan modern.
Jika Emil kurang nyaman dengan pendekatan yang diterapkan Kluivert, maka tim bisa kehilangan efektivitas dalam membangun serangan dari lini belakang.
3. Komunikasi Antar Lini Belakang Mungkin Kurang Solid
Salah satu tantangan terbesar dalam memainkan Emil Audero adalah kemungkinan kurang solidnya komunikasi antar lini belakang.
Seorang kiper tidak hanya bertugas menepis bola, tetapi juga harus aktif memberikan instruksi kepada para bek.
Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, kesalahan dalam organisasi pertahanan bisa terjadi dan berujung pada kebobolan yang tidak perlu.
Maarten Paes sudah memahami karakteristik para pemain bertahan Indonesia dan memiliki chemistry yang lebih baik dengan mereka.
Ia sudah terbiasa berkomunikasi dengan Jordi Amat, Elkan Baggott, dan Rizky Ridho, sehingga koordinasi di lini belakang lebih terjaga.
Sebaliknya, Emil Audero mungkin membutuhkan waktu untuk memahami pola komunikasi yang efektif dengan para bek Timnas Indonesia.
Selain itu, kendala bahasa juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi komunikasi di lapangan.
Paes sudah mulai memahami bahasa Indonesia dan beradaptasi dengan rekan-rekannya, sementara Emil masih harus melewati proses tersebut.
Dalam pertandingan level tinggi, komunikasi yang kurang baik bisa berakibat fatal, terutama saat menghadapi tekanan dari lawan.
Kontributor : Imadudin Robani Adam
Berita Terkait
-
Diminta Mundur, Patrick Kluivert Soroti Suporter Timnas Indonesia
-
Marselino Ferdinan: Chemistry Tak Bisa Dibangun 2-3 Hari
-
Kumpulan Optimisme Para Pemain Timnas Indonesia Jelang Lawan Bahrain, Menang Harga Mati!
-
Media Vietnam: Patrick Kluivert Kepedean
-
3 Pemain Bahrain Paling Berbahaya Selain Mohamed Marhoon
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bebas Sanksi, Pulga Vidal Siap Mati-matian untuk PSIM Yogyakarta
-
Butuh 8 Tahun untuk Arsenal Sadar, Putus Kerja Sama dengan Sponsor Bermasalah
-
Viral! Belum Kick-Off, Skuat Jepang U-17 Sudah Dipukuli Pemain Korea Utara
-
Gagal Transfer, Cedera Setahun, Twente Kini Ingin Damai dengan Mees Hilgers
-
Bojan Hodak Nilai Dewa United Tim Kuat
-
Eks Bintang Liverpool Terancam Bangkrut Usai Diterpa Badai Masalah: Bisnis Gagal hingga Konflik
-
Sindiran atau Sadar Diri? Harry Kane Tak Yakin Bisa Raih Ballon d'Or Meski Cetak 100 Gol
-
Legenda Belanda Klaim Lamine Yamal Bisa Lampaui Lionel Messi
-
Air Mata Andy Robertson Kenang Diogo Jota Usai Antar Skotlandia Lolos ke Piala Dunia 2026
-
Arsenal Terancam Kehilangan Gabriel Magalhaes Dalam Waktu Lama, Arteta Bakal Lakukan Apa?