Suara.com - Timnas Indonesia, baik di level senior maupun kelompok umur seperti U-17, masih dihadapkan pada tantangan yang sama: penyelesaian akhir yang belum optimal dan eksekusi penalti yang belum konsisten. Masalah ini menjadi perhatian besar di tengah harapan masyarakat untuk melihat sepak bola nasional bersinar di panggung internasional.
Persoalan ini kembali mencuat saat Timnas Senior bertanding melawan Australia dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pertandingan yang berlangsung di Sydney pada 20 Maret lalu menjadi saksi bagaimana peluang emas terbuang sia-sia.
Kevin Diks, salah satu pemain naturalisasi yang diharapkan membawa pengaruh positif, gagal mengeksekusi penalti di menit ke-8. Bola yang ditendangnya hanya membentur tiang, sebuah momen yang seharusnya bisa mengubah arah pertandingan sejak awal.
Tak hanya Diks, Jay Idzes juga hampir membuka keunggulan lewat sundulan tajam, namun upayanya berhasil digagalkan oleh penjaga gawang Australia. Serangkaian kegagalan ini menandai bahwa penyelesaian akhir Timnas Senior masih memerlukan perbaikan menyeluruh, baik dari aspek teknis maupun mental.
Situasi serupa juga dialami Timnas Indonesia U-17. Dalam ajang Piala Asia U-17 2025, mereka menghadapi Korea Selatan pada 4 April. Meski meraih kemenangan berkat gol semata wayang Evandra Florasta, proses terjadinya gol tersebut memperlihatkan kelemahan yang tak jauh beda.
Penalti yang dieksekusi Evandra gagal berbuah gol secara langsung, meskipun ia sukses memanfaatkan bola pantulan untuk mengonversinya menjadi gol.
Fakta bahwa eksekusi penalti masih menjadi momok bagi Timnas U-17 menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya terjadi di level senior, tetapi telah mengakar hingga ke level kelompok usia muda. Ketajaman dan ketenangan di momen penting masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Tak berhenti di penalti, peluang emas dalam situasi terbuka pun gagal dimaksimalkan. Mochamad Mierza Fijatullah, penyerang muda yang tampil penuh semangat, mendapat peluang satu lawan satu dengan kiper. Namun sayang, peluang itu terbuang sia-sia karena tembakannya tidak mampu mengoyak jala gawang lawan.
Kegagalan-kegagalan ini seharusnya menjadi alarm keras bagi jajaran pelatih di semua level. Penyelesaian akhir yang lemah bisa menjadi pembeda antara kemenangan dan kekalahan, apalagi dalam turnamen dengan tekanan tinggi.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-17 Diminta Tutup Kuping dari Ekspektasi Tinggi Publik di Piala Asia U-17 2025
Latihan yang berfokus pada ketenangan dalam mengeksekusi peluang, peningkatan akurasi tembakan, dan simulasi eksekusi penalti dalam tekanan harus dijadikan prioritas.
Penyelesaian akhir sejatinya bukan hanya soal teknik, tapi juga berkaitan dengan aspek psikologis. Banyak pemain muda Indonesia masih terlihat grogi di momen krusial. Maka dari itu, pendampingan psikologis untuk membangun mental juara menjadi hal yang tak kalah penting dari latihan fisik.
Perlu juga dicermati bagaimana negara-negara lain mempersiapkan para pemain muda mereka dalam hal eksekusi penalti dan konversi peluang. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, misalnya, telah lama mengintegrasikan pendekatan analitik dalam pembinaan pemain muda, termasuk analisis biomekanik saat menendang bola.
Untuk bisa bersaing di level Asia, apalagi dunia, Timnas Indonesia harus segera membenahi fondasi-fondasi ini. Jika tidak, maka harapan masyarakat akan terus terganjal oleh realita permainan yang belum efisien di lini depan.
Potensi besar yang dimiliki para pemain muda tak akan berkembang maksimal jika persoalan dasar seperti ini terus dibiarkan.
Momentum saat ini, di mana perhatian publik terhadap sepak bola nasional sedang tinggi, harus dimanfaatkan oleh PSSI dan pelatih tim nasional untuk melakukan evaluasi total.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Emil Audero Kebobolan Tiga Gol, Pelatih Cremonese Tetap Bangga
-
ET Minta Timnas Indonesia Maksimalkan FIFA Series, tapi Siapa Pelatihnya?
-
Timur Kapadze: Bukan Timnas Indonesia yang Lemah
-
Emil Audero Gemilang, Tapi Roma Tetap Pulang dengan Tiga Poin
-
Arsenal Libas Tottenham 4-1, The Gunners Makin Kokoh di Puncak Klasemen
-
AC Milan Tumbangkan Inter: Pulisic Bersinar, Maignan Jadi Pahlawan
-
Road Map PSSI Ramai Dibahas, Zwiers Pastikan Versi Final Rilis Tahun Depan
-
Coach Timo Optimistis Timnas Putri Panen Pemain dari MLSC: Kami Memudahkan PSSI
-
Timur Kapadze di Jakarta Bukan Sekadar Wisata? Laporan Media Uzbekistan Picu Spekulasi Baru
-
PSSI Akui Kapok Pilih Pelatih Seperti Patrick Kluivert, Nama Besar Nihil Hasil