Suara.com - Program naturalisasi sempat digadang-gadang sebagai solusi instan untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia. Namun kini, efek sampingnya mulai terasa.
Sejumlah pemain keturunan yang sebelumnya diharapkan jadi tulang punggung Timnas justru mengalami penurunan karier. Beberapa bahkan kini tak punya klub.
Nama-nama seperti Jordi Amat, Nathan Tjoe A-On, Thom Haye, Shayne Pattynama, Justin Hubner, hingga Rafael Struick masuk dalam daftar tersebut.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran. Sebab, tanpa klub, ritme bermain dan kebugaran mereka tidak terjaga. Hal ini tentu berdampak langsung pada performa di tim nasional.
Padahal, para pemain ini sebelumnya diprioritaskan untuk proses naturalisasi karena dianggap memiliki kualitas di atas rata-rata pemain lokal.
Kasus Jordi Amat cukup mencolok. Setelah dilepas JDT, ia belum juga mengamankan klub baru. Padahal, usianya sudah tidak muda.
(pssi.org)
juga belum mendapatkan kejelasan usai kontraknya diputus oleh Swansea City belum lama ini.
Thom Haye yang sempat jadi motor lini tengah Timnas juga sedang tidak memiliki klub setelah kontraknya habis bersama Almere City.
Begitu pula Shayne Pattynama yang terakhir kali bermain di Liga 2 Belgia bersama KAS Eupen. Kini ia berstatus bebas transfer dan belum terlihat dalam pramusim tim mana pun.
Baca Juga: Berakhir Anti-klimaks, Lika-Liku Isu Jay Idzes Dibeli Inter Milan, Fiorentina Hingga Udinese
Justin Hubner dan Rafael Struick, dua pemain muda yang diharapkan jadi pilar jangka panjang, juga menghadapi situasi serupa. Belum ada kejelasan soal klub baru mereka.
Fenomena ini memperlihatkan sisi rapuh dari proyek naturalisasi. Bahwa tidak semua pemain keturunan bisa dijamin keberlanjutan kariernya.
Timnas Indonesia jadi bergantung pada pemain-pemain yang tidak terjamin jam terbangnya. Ini berpotensi mengganggu stabilitas tim.
Program naturalisasi memang sempat memberi dampak cepat. Tapi dalam jangka panjang, efektivitasnya perlu ditinjau ulang.
Ketiadaan klub bukan sekadar persoalan pribadi pemain. Ini mencerminkan kurang matangnya perencanaan jangka panjang dalam proses perekrutan.
Alih-alih solusi, naturalisasi bisa menjadi jebakan jika tidak disertai strategi pembinaan dan monitoring yang berkelanjutan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Head to Head Semen Padang vs Persija Jakarta, Macan Kemayoran Mudah Menang?
-
Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026, Asnawi Mangkualam Ungkap Kualitas Pemain Belum Merata
-
Jadwal Pertandingan Semen Padang vs Persija Jakarta di Super League 22 Desember 2025 Hari Ini
-
Statistik Gacor Emil Audero, Baru Comeback Langsung Bikin Geger di Olimpico!
-
Deretan Fakta AFC Nations League, Turnamen Baru yang Bikin Uji Coba Timnas Tak Lagi Membosankan
-
Unai Emery Kesurupan? Selebrasi Gila Pelatih Aston Villa Usai Tumbangkan MU
-
Prediksi Semen Padang vs Persija Jakarta 22 Desember 2025 di BRI Super League
-
Update Klasemen Liga Spanyol, Barcelona Kokoh di Puncak Usai Tekuk Villarreal dan Jauhi Real Madrid
-
Bhayangkara FC Pulang Tanpa Poin, Munster: Kualitas Persib Terlihat di Sepertiga Akhir
-
Sudah Gacor, Bayern Munich Tak Rekrut Pemain Baru di Bursa Transfer Musim Dingin 2026